Bagi para angler atau orang yang menggeluti hobi memancing, mendapatkan ikan toman atau ”giant snakehead” sama seperti mendapat piala.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
Bagi para angler atau orang yang menggeluti hobi memancing, mendapatkan ikan toman atau ”giant snakehead” sama seperti mendapat piala. Ikan itu merupakan predator dengan kasta tertinggi di air tawar. Sungai Sebangau di kawasan gambut dalam menjadi surga bagi para angler untuk mencari piala itu.
Joan Prahara (32), asal Yogyakarta, datang ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, hanya untuk berburu toman. ”Ada kepuasan tersendiri saat memancing toman di habitat aslinya (di Kalimantan). Di Jawa ada (ikan toman), tapi di kolam. Sensasinya pasti beda,” katanya di Palangkaraya, Minggu (1/3/2020).
Sejak 2017, ia puluhan kali datang ke Kalteng dan tujuh kali mendapat toman dengan berat di atas 3 kilogram. Pada Minggu sore, Joan membuat umpan dari kayu, di bagian dalamnya diisi benda kecil bulat seperti besi agar ketika bergerak umpan itu berbunyi.
Untuk memancing toman, membutuhkan umpan khusus. Umpan itu berbentuk ikan kecil dengan benang-benang plastik seperti ekor yang penuh warna. Saat masuk ke dalam air, umpan itu bergerak lincah layaknya ikan kecil. Jika umpan dibuat tidak bergerak, ikan toman tidak tertarik memakannya.
Ada kepuasan tersendiri saat memancing toman di habitat aslinya (di Kalimantan)
Umpan dan pancingan sudah siap. Joan pun pergi menuju Sungai Sebangau di Palangkaraya. Dari pusat kota, sungai itu bisa diakses tak sampai 15 menit. Masuk melalui Dermaga Kereng Bangkirai di bagian selatan Kota Palangkaraya. Para pemancing atau pengunjung bisa menyewa kelotok atau perahu kayu dengan biaya Rp 20.000 per jam. Biaya sewaktu-waktu berubah sesuai jarak dan durasi penyewaan.
Sungai Sebangau panjangnya 191 kilometer, dengan bentang mencapai 200 meter. Hulu sungai ini merupakan rawa gambut. Itu sebabnya, sebagian besar sungai berwarna hitam. Kandungan tanin dalam air gambut yang keluar masuk sungai mengubah warna sungai menjadi kehitaman seperti kopi. Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki sensasi rasa pahit dan sepat. Hal itu berdampak pada ikan yang hidup di situ. Jika dimakan langsung, menurut warga setempat, daging ikan terasa pahit.
Dalam perjalanan dengan kelotok, baik di sisi kanan maupun kiri sungai ini dipenuhi oleh rasau (Pandan helicopus), tumbuhan liar yang biasa hidup di permukaan sungai gambut. Menurut Ahmad (30), pengemudi kelotok, pemancing atau para pengunjung jika beruntung bisa melihat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bergelantungan atau bekantan (Nasalis larvatus) yang sering disebut monyet belanda.
”Tapi agak susah, mereka sudah jarang ke pinggir,” katanya. Joan akhirnya tiba di spot ia biasa memancing. Ia mengeluarkan pancingan dan memasang umpan. Umpan pun dilempar sambil ia menyulut sebatang rokok. Dalam waktu tiga jam, tali pancingan Joan bergerak-gerak. Ia langsung tahu bahwa ikan yang menarik umpannya adalah toman.
Berbeda dengan ikan air tawar lain, saat umpan dimakan toman dan tali pancing ditarik, ikan toman tidak melawan. Namun, ketika ditarik ke permukaan air, toman menggelepar begitu hebat, bahkan saat sudah ditangkap di tangan. Apabila dilihat sekilas, ikan toman mirip ikan gabus. Hanya saja, di atas punggung ikan toman terdapat sirip yang bisa ditegakkan dan juga dibentangkan hingga ke pangkal ekor.
Ikan toman memang memiliki tubuh yang indah. Hanya saja, toman memiliki sifat cukup agresif dan tidak segan untuk menyerang jenis ikan lainnya yang lebih besar.
Sirip utama ikan toman ukurannya tidak terlalu besar, letaknya di belakang insang. Pada area di bawah perut terdapat sepasang sirip kecil. Di belakang sirip, ada sirip lainnya yang ukurannya sedang dan dapat terbentang hingga ke area pangkal ekor. Walaupun badannya sekilas mirip dengan ikan gabus, ekor ikan toman mirip dengan ikan cupang. Ikan toman memiliki bagian atas kepala yang lebar dan mata yang besar.
Mulutnya cukup lebar dan dilengkapi deretan gigi yang kecil dan juga tajam. Seluruh tubuhnya ditutupi sisik kecil. Sisik terlihat lebih jelas ketika terkena sinar matahari. Warna tubuhnya bermacam-macam, mulai dari hitam, hijau, coklat, hingga putih.
Oleh karena keindahan warnanya, banyak pehobi ikan yang tertarik untuk memeliharanya daripada memakannya. Ikan toman memang memiliki tubuh yang indah. Hanya saja, toman memiliki sifat cukup agresif dan tidak segan untuk menyerang jenis ikan lainnya yang lebih besar.
Nilai ekonomi
Penelitian yang dilakukan antropolog Dayak, Marko Mahin, yang didukung oleh World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Sungai Sebangau, menunjukkan beberapa jenis ikan yang bernilai ekonomi tinggi di Sungai Sebangau. Seperti toman, kerandang, ikan gabus atau haruan, puhing, dan banyak lagi.
Menurut Marko Mahin, masyarakat Dayak membagi hasil tangkapan ke dalam dua kategori, yakni berdasarkan jenis dan nilai ekonomi. Toman merupakan jenis tangkapan lauk besisik atau ikan bersisik serta lauk barega atau ikan dengan nilai ekonomi tinggi. ”Artinya, toman ini termasuk ikan yang bisa dijual dalam keadaan kering atau ikan asin ataupun basah atau masih dalam keadaan segar,” kata Marko.
Oleh karena bernilai tinggi, banyak nelayan di sekitar Sungai Sebangau membudidayakan ikan toman dengan membuat keramba. Namun, ikan yang dibudidayakan dan yang liar tentu memiliki perbedaan. Toman yang dibudidayakan rasanya bisa jauh lebih manis dibandingkan dengan yang hidup di alam liar. Sifat liar ikan pun bisa hilang ketika dibudidayakan.
Meskipun demikian, para pemancing tentunya lebih senang mendapatkan toman langsung dari sungai, bukan keramba. Selain sensasi, mereka menikmati proses mendapatkan si predator yang katanya lebih garang ketimbang piranha ini.