Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah menetapkan status kejadian luar biasa demam berdarah dengue. Upaya mencegah peningkatan kasus penyakit ini kini dilakukan kian gencar di Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah menetapkan status kejadian luar biasa demam berdarah dengue. Upaya mencegah peningkatan kasus penyakit ini kini dilakukan kian gencar di Lampung.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Lampung, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Lampung Tengah mencapai 423 kasus. Sebanyak lima orang tewas akibat penyakit ini.
”Jumlah pasien meninggal naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pasien meninggal dua orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Lampung Tengah Otniel Sriwidiatmoko saat dihubungi dari Bandar Lampung, Jumat (13/3/2020).
Menurut dia, pemerintah sudah melakukan sosialisasi pencegahan DBD pada masyarakat sejak Oktober 2019. Namun, penyebaran penyakit akibat virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti initerus berkembang, bahkan hingga memicu kematian.
Hingga saat ini, pasien yang terkena DBD masih dirawat di rumah sakit dan puskesmas di Lampung Tengah. Rumah sakit yang menangani pasien antara lain RS Harapan Bunda, RS Yukum Medical Centre, dan RSUD Demang Sepulau Raya.
Kini, Pemkab Lampung Tengah juga gencar melakukan fogging atau pengasapan di desa-desa yang banyak kasus DBD. Pengasapan menyasar lokasi yang dinilai menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Selain fogging, masyarakat diajak membersihkan lingkungan.
Otniel menilai, mayoritas masyarakat sebenarnya sudah paham tentang upaya mencegah berkembangnya jentik nyamuk Aedes aegypti. Namun, masih ada yang bersikap masa bodoh dan kurang peduli terhadap genangan air di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Untuk itu, pihaknya akan menggerakkan kembali program menguras, menimbun, dan menutup tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Otniel mengakui, belum semua puskesmas di Lampung Tengah memiliki alat fogging. Namun, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Lampung untuk membantu pengadaan alat. Tak hanya itu, pemerintah juga membagikan bubuk abate ke rumah tangga.
Menurut dia, kasus DBD masih mungkin terjadi pada Maret hingga April 2020. Namun, kini puncak kasus DBD diprediksi sudah berakhir karena potensi hujan semakin sedikit.
Masih ada yang bersikap masa bodoh dan kurang peduli terhadap genangan air di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Di Bandar Lampung, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana menuturkan, kejadian luar biasa baru terjadi di Kabupaten Lampung Tengah. Dia berharap upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak bisa efektif sehingga tidak ada kabupaten lain di Lampung yang mengalami hal sama. Hingga kini, jumlah kasus DBD di Lampung tercatat 2.935 kasus dengan 10 orang meninggal.
Menurut dia, Pemprov Lampung telah membantu Pemkab Lampung Tengah mencegah DBD. Selain menerjunkan petugas untuk membantu memantau perkembangan jentik nyamuk, pihaknya juga sudah memberikan alat pengasapan dan bubuk abate untuk masyarakat. Hal itu diharapkan mampu menekan penyebaran DBD di Lampung.
”Upaya pencegahan serupa juga dilakukan di 14 kabupaten dan kota lain. Harapannya, upaya pemerintah dan kepedulian masyarakat untuk membersihkan lingkungan dapat menekan kasus DBD,” katanya.