Integrasi Peternakan dan Kehutanan Sejahterakan Masyarakat
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Aek Nauli di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mulai diintegrasikan dengan peternakan sapi masyarakat dalam program silvopastura.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIMALUNGUN, KOMPAS — Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Aek Nauli di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mulai diintegrasikan dengan peternakan sapi masyarakat dalam program silvopastura. Program itu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan peternak dengan tetap melestarikan fungsi konservasi kawasan hutan yang ada di sekitar Danau Toba itu.
”Program ini merupakan bentuk komitmen kami dalam menyejahterakan masyarakat di desa-desa penyangga hutan,” kata Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto, di Aek Nauli, Jumat (13/3/2020).
Agus menyebutkan, Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli yang mempunyai luas sekitar 1.900 hektar itu tujuan utamanya adalah untuk kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan kebudayaan. Dengan program silvopastura, kawasan hutan Aek Nauli pun diharapkan bisa menyediakan pakan alami di zona tertentu untuk ternak.
Program ini merupakan bentuk komitmen kami dalam menyejahterakan masyarakat di desa-desa penyangga hutan.
Untuk tahap awal program tersebut, lanjut Agus, mereka memberikan delapan sapi kepada masyarakat. Mereka juga menyediakan kandang dan tempat mengangon di kawasan hutan Aek Nauli itu.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Pratiara mengatakan, sebagai pengelola KHDTK Aek Nauli, mereka melihat kawasan tersebut punya potensi sumber pakan ternak yang selama ini belum maksimal dimanfaatkan. Kawasan hutan itu mempunyai arboretum seluas 45 hektar yang terdiri atas blok-blok tanaman yang tersusun rapi sejak tahun 1989.
Blok tanaman tersebut terdiri atas berbagai jenis pohon endemik di kawasan Danau Toba, seperti damar, sampinur tali, sampinur bunga, dan kemenyan. Lantai hutan di kawasan itu pun rutin dibersihkan dari rerumputan. Rumput yang tumbuh secara alami di hutan itu akan dimanfaatkan untuk peternakan sapi.
Penggabungan kegiatan
”Program silvopostura adalah bentuk agroforestri yang menggabungkan kegiatan kehutanan dan peternakan dalam satu sistem pengelolaan lahan. Kehadiran kami pun tidak hanya untuk penelitian dan pengembangan, tetapi juga untuk menyejahterakan masyarakat desa penyangga hutan,” tutur Pratiara.
Ia menambahkan, bantuan sapi delapan ekor kepada masyarakat adalah tahap awal dari program silvopastura tersebut. Mereka berharap, ke depan, bisa membagikan lagi ternak sapi kepada masyarakat. Masyarakat desa juga bisa membeli sendiri ternaknya dan memanfaatkan kawasan hutan zona tertentu sebagai sumber pakan ternaknya.
Kepala Desa Sibaganding Martnowandi Bakkara mengatakan, masyarakat desa mereka selama ini belum pernah memanfaatkan kawasan hutan sebagai sumber pakan ternak. Mereka berharap, peternakan sapi bisa menjadi salah satu sumber ekonomi di desa tersebut.
”Sebagian besar masyarakat kami adalah petani. Ada juga sebagian yang membudidayakan ikan di keramba jaring apung di Danau Toba. Semoga program silvopostura ini bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi kami,” ucapnya.
Martnowandi mengatakan, mereka berharap program tersebut bisa terus berkembang dan menyentuh lebih banyak masyarakat.