Indonesia dan Belanda Bakal Kolaborasi Tingkatkan Pemenuhan Sayuran di Calon Ibu Kota Baru
Kementerian Pertanian dan Pemerintah Belanda bakal bekerjasama memajukan sektor pertanian di calon ibu kota baru Indonesia. Produksi hortikultura di daerah diharapkan kian meningkat dengan ketersediaan benih unggul.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS - Kementerian Pertanian dan Pemerintah Belanda berencana berkolaborasi memajukan sektor pertanian di Kalimantan Timur, calon ibu kota baru Indonesia. Produksi hortikultura di sana diharapkan kian meningkat dengan ketersediaan benih unggul dan sumber daya manusia yang ideal.
Belanda dikenal sebagai raksasa pertanian dunia. Topsector Horticulture, lembaga kajian ekonomi di Belanda, menyebut, nilai ekspor Belanda dari sektor pertanian 107 miliar dollar AS pada 2013 atau meningkat 9 persen dari tahun sebelumnya. Sebanyak 39 persen di antaranya disumbangkan hortikultura.
Salah satu pendorongnya, sektor pertanian dibangun dengan teknologi inovasi. Ada sekitar 10.000 hektar pertanian rumah kaca atau sekitar setengah total lahan pertaniannya. Dengan inovasi teknologi penghematan energi, para petaninya punya kuasa menentukan suhu, kebutuhan air, hingga pasokan karbon dioksida menjamin panen hortikultura sepanjang waktu. Belanda juga punya Universitas dan Pusat Riset Wageningen, salah satu tempat terbaik di dunia tentang studi pangan.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, Kamis (12/3/2020), mengatakan, Belanda dikenal sangat maju di bidang pertanian. Industri benih di sana sudah berkembang sangat pesat. Indonesia, kata Prihasto, kerap bekerjasama dengan Belanda memajukan potensi pertanian lokal.
"Indonesia telah mengirim banyak tenaga peneliti untuk belajar teknologi pembuatan bibit unggul ke Belanda," kata dia.
Oleh karena itu, dalam waktu dekat, Prihasto mengatakan, pihaknya tertarik kembali bekerjasama membangun potensi pertanian di daerah calon ibu kota baru di Kalimantan Timur. Beberapa hal yang bakal menjadi perhatian utama adalah pelatihan sumber daya manusia dan pengelolaan hortikultura secara mandiri. Saat ini, pasokan holtikultura di Pulau Kalimantan masih didominasi produk dari Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi.
“Kalau (sayuran) bisa diproduksi sendiri maka akan menekan cost (biaya). Kami melihat potensi luar biasa. Selanjutnya, yang harus dikerjakan bagaimana memberikan pembinaan hortikultura pada petani di sana,” ucap Prihasto di Purwakarta, Kamis (12/3/2020).
Dalam kesempatan tersebut, hadir juga Wakil Menteri Pertanian, Alam, dan Kualitas Pangan Belanda, Jan-Kees Goet. Dia datang bersama rombongan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima dari Kerajaan Belanda. Goet menyambut baik rencana kerjasama itu.
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi lahan subur yang besar, termasuk bakal calon ibu kota negara baru di Pulau Kalimantan. Namun, untuk ikut memajukan perekonomian negara, potensi ini harus didukung penggunaan benih varietas unggul dan berlanjutan.
"Kolaborasi antara Indonesia dan Belanda bisa terwujud. Kerjasama di penerapan teknologi, pelatihan, dan penelitian, bisa memberikan hasil positif bagi kedua negara," katanya.
Dalam kunjungannya kali ini, Prihasto dan Goet berkunjung ke PT East West Seed Indonesia (Ewindo). PT Ewindo adalah produsen benih hortikultura yang memproduksi, mengembangkan, dan memasarkan benih sayuran tropis hibrida lokal. Misi yang diemban menyediakan benih berkualitas untuk meningkatkan pendapatan petani dan memperbesar konsumsi sayuran.
Kolaborasi antara Indonesia dan Belanda bisa terwujud. Kerjasama di penerapan teknologi, pelatihan, dan penelitian, bisa memberikan hasil positif bagi kedua negara
Ewindo adalah bagian dari East West Seed Company yang didirikan Simon Nanne Groot asal Belanda. Keberadaan East West Seed Company vital dalam pengembangan sayur di 60 negara tropis dunia, termasuk Indonesia. Mereka mendorong petani lokal mendapatkan penghasilan lebih tinggi.
Program alih pengetahuan yang digelar East-West Company berkembang pesat. Kini 100 petugas melatih lebih dari 56.000 petani di delapan negara di Asia dan Afrika setiap tahun. Dengan transfer pengetahuan itu, petani bisa dengan cepat mengadaptasi sistem untuk mengoptimalkan produksi mereka.
Pada 10 Juni 2019, Simon Nanne Groot diumumkan sebagai pemenang Penghargaan Pangan Dunia 2019 oleh Yayasan World Food Prize. Penghargaan itu diprakarsai penerima Penghargaan Nobel Perdamaian, Norman Borlaug, sejak 1986 sebagai pengakuan atas pencapaian seseorang atas jasanya meningkatkan kualitas, kuantitas, dan ketersediaan pangan dunia. (Kompas, 25 Juni 2019).
Masuk ke Indonesia sejak tahun 1990, East West Company berkembang pesat. PT Ewindo telah menghasilkan sekitar 150 varietas unggul sayuran tropis lokal, antara lain oyong, timun, cabai, tomat, kangkung, hingga terong. Mereka melibatkan 17.000 petani produksi benih dan 70.000 tenaga kerja polinator yang bekerja pada petani produksi di Jabar, Jawa Timur, dan Lampung.
Managing Director PT Ewindo Glenn Pardede mengatakan, sudah bekerjasama dengan pemerintah Indonesia mengembangkan sektor pertanian nasional. Bersama kementan, pihaknya kerap mengedukasi petani untuk beralih membibitkan tanaman, dari umbi ke bibit. Bibit dinilai murah dan lebih tahan terhadap serangan penyakit tanaman.
Sedangkan dengan kementerian kesehatan, pihaknya kerap mengedukasi anak-anak sekolah untuk gemar makan sayur. Pendekatan dengan melatih anak-anak bercocok tanam mengenali sayuran dai benih diyakini dapat mendorong peningkatan konsumsi sayur Indonesia.
"Kini, konsumsi sayuran nasional sekitar 43 kilogram per kapita per tahun. Angka ini lebih rendah dibandingkan konsumsi banyak negara lain, mencapai 70 kilogram per kapita per tahun. Padahal, bila semakin banyak makan sayur maka akan berpotensi meningkatkan kesejahteraan Indonesia," kata dia.