Jabar Bakal Kucurkan Dana Tak Terduga untuk Penuhi Fasilitas Kesehatan RSUD
Setelah penetapan Covid-19 sebagai pandemi global, Jawa Barat memaksimalkan rumah sakit rujukan utama. Saat ini Jabar mengawasi 27 pasien dalam pengawasan dan 396 orang dalam pengawasan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Setelah penetapan infeksi saluran pernapasan Covid-19 sebagai pandemi global, Jawa Barat memaksimalkan rumah sakit rujukan utama yang telah ditetapkan. Dana tak terduga Pemerintah Provinsi Jabar akan digunakan untuk melengkapi fasilitas rumah sakit yang terbatas dalam penanggulangan wabah virus korona jenis baru ini.
Berdasarkan informasi dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat, hingga Kamis (12/3/2020) pukul 14.00, tercatat 27 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 396 orang dalam pemantauan (ODP). Jika dihitung total dengan warga yang telah selesai diawasi, ada 63 PDP dan 653 ODP di Jabar.
PDP adalah orang yang telah menunjukkan gejala Covid-19 seperti batuk, pilek, dan sesak napas. ODP adalah orang yang belum menunjukkan gejala sakit, tetapi telah bepergian ke negara terpapar atau melakukan kontak dengan pasien positif. PDP mendapatkan pelayanan khusus di rumah sakit, sedangkan ODP tetap melakukan beraktivitas, tetapi dipantau petugas kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani menyatakan belum dibutuhkan tambahan rumah sakit rujukan utama berdasarkan persebaran PDP dan ODP tersebut. ”Semua masih melihat perkembangan PDP dan ODP dulu. Kami sudah melakukan banyak langkah untuk menghadapi pandemi jauh lebih dulu dari daerah lain. Jadi, tinggal merealisasikan saja,” tuturnya.
Delapan rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, RS Paru Rotinsulu Bandung, RSUD R Syamsudin Sukabumi, RSUD dr Slamet Garut, RSUD Indramayu, RS Gunung Jati Cirebon, RS Dustira Cimahi, dan RS Paru Cipanas. Di samping rumah sakit utama, Jabar juga menyiagakan 52 RSUD yang tersebar di 27 kabupaten/kota di Jabar.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan sedang mendata kebutuhan peralatan kesehatan di rumah sakit. ”Kami akan menggunakan dana tak terduga untuk melengkapi fasilitas di rumah sakit,” ujarnya.
Dana tak terduga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jabar 2020 sebesar Rp 25 miliar. Sekitar Rp 7 miliar sudah digunakan untuk tanggap darurat bencana alam pada awal tahun. Ke-52 RS yang disiapkan telah memiliki ruang isolasi. Namun, sejumlah peralatan, di antaranya ventilator, alat memonitor pasien, pengatur tekanan udara, serta pelindung diri bagi tenaga medis, belum memadai.
Pekan lalu, petugas ambulans RSUD Soekardjo, Kota Tasikmalaya, terpaksa mengenakan jas hujan plastik saat mengantar orang dalam pemantauan Covid-19. Hal itu dilakukan karena alat pelindung diri untuk petugas medis di rumah sakit tersebut terbatas.
Kami akan menggunakan dana tak terduga untuk melengkapi fasilitas di rumah sakit.
Riset universitas
Di samping mempersiapkan infrastruktur, Ridwan Kamil juga meminta perguruan tinggi melakukan riset dengan menggunakan kina yang banyak tumbuh di Jawa Barat. Riset tersebut diharapkan bisa mencegah pertumbuhan virus korona jenis baru ini.
”Saya mengimbau universitas untuk melakukan riset praktis, seperti mengecek hasil riset terkait upaya penyembuhan penyakit korona,” ujar Kamil.
Hasil studi lembaga riset di China dan Amerika Serikat kabarnya menunjukkan 100 orang terpapar virus korona di Wuhan bisa sembuh atau membaik dengan menggunakan klorokuin fosfat pada kina.
Di Jabar, pohon kina telah ditanam sejak zaman kolonial Belanda, seperti di kawasan Jayagiri, Kecamatan Lembang, Bandung Barat, Bukit Tunggul, Kabupaten Bandung, dan kawasan Subang. Kina saat ini dikelola dua institusi, yaitu PT Kimia Farma dan PTPN VIII.
”Saya sudah berdiskusi dengan Profesor Keri Lestari dari Unpad (Universitas Padjadjaran). Dia memang sudah meneliti terkait klorokuin fosfat. Awamnya, klorokuin fosfat adalah obat yang telah digunakan dari zaman kolonial. Karena itu, saya imbau universitas, salah satunya Unpad, untuk lebih meyakinkan lagi bukti-bukti empirik klorokuin fosfat bisa jadi obat,” ujarnya.