Kehadiran teknologi informasi membuka peluang bagi siapa pun, termasuk petani. Karena itu, petani terus didorong memanfaatkan laman pemasaran untuk memperluas akses pemasaran sehingga meningkatkan produktivitas.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Para petani terus didorong memanfaatkan teknologi informasi untuk memperluas akses pemasaran dan meningkatkan produktivitas. Petani dapat memanfaatkan aplikasi marketplace atau laman pemasaran untuk menjual produk pertanian.
Hal itu mengemuka dalam kegiatan Pojok Literasi, Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020). Hadir sebagai narasumber, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Komunikasi dan Informatika Septriana Tangkary, Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Sudirman, dan Sekretaris Daerah Boyolali Masruri.
Septriana mengatakan, dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 264,16 juta jiwa, pengguna internet tercatat mencapai 171,17 juta jiwa atau 64,8 persen penduduk. Saat ini, banyak petani juga sudah memiliki telepon seluler atau bahkan telepon cerdas. Untuk itu, para petani perlu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. ”Teknologi ini membuka peluang untuk semua, termasuk bagi petani,” katanya.
Menurut Septriana, pada 2018 tercatat sebanyak 253.507 petani terdaftar di aplikasi laman pemasaran pertanian. Setidaknya terdapat 41 laman pemasaran yang bisa dimanfaatkan petani untuk menjual produk-produk pertanian. Dengan memanfaatkan laman pemasaran, petani dapat memperluas akses pemasaran ke sejumlah daerah. Di luar laman pemasaran, saat ini juga sudah terdapat banyak aplikasi pertanian atau aplikasi khusus yang dirancang bagi para petani untuk mengembangkan produktivitas mereka.
Septriana mengatakan, ada sejumlah keuntungan yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan laman pemasaran pertanian. Melalui bantuan teknologi digital, petani bisa lebih mendekatkan pasar dan lebih cepat dalam memasarkan produk pertanian. Marketplace juga memberikan peluang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, juga berguna meningkatkan produktivitas pertanian.
”Dengan teknologi informasi itu, bisa sambung silaturahmi dengan kelompok petani yang lain dari daerah lain, bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian,” katanya.
Masruri mengatakan, Pemerintah Kabupaten Boyolali telah mengembangkan aplikasi dan situs web Komodita.id. Komodita memberikan informasi harga komoditas pertanian di seluruh pasar tradisional di Boyolali yang selalu diperbarui setiap hari. Informasi harga tersebut bisa menjadi patokan para petani saat menjual hasil panen.
Dengan mengetahui harga komoditas terbaru di pasaran, petani dapat menentukan sendiri harga jual hasil pertaniannya. Dengan demikian, petani bisa memperoleh keuntungan lebih tinggi dibandingkan apabila harga jual produk pertanian ditentukan pihak perantara.
”Ini sudah dipakai oleh pedagang kecil di pasar, terutama pedagang hortikultura, misalnya pedagang cabai di Pasar Cepogo,” ujarnya.
Dengan mengetahui harga komoditas terbaru di pasaran, petani dapat menentukan sendiri harga jual hasil pertaniannya.
Sementara itu, Sudirman mengatakan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terus melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menunjang pemajuan pertanian di sejumlah daerah. Pada 2020, pagu anggaran bidang sumber daya air mencapai Rp 43,97 triliun. Dari anggaran itu, sebanyak Rp 18,52 triliun disiapkan untuk melanjutkan pembangunan 49 bendungan, rehabilitasi dua bendungan, pembangunan 70 embung, dan revitalisasi tiga danau.
Selain itu, anggaran Rp 8,32 triliun disiapkan untuk pembangunan irigasi lahan pertanian seluas 20.000 hektar serta rehabilitasi irigasi pertanian seluas 89.000 hektar di sejumlah daerah.