Penyebaran global virus korona jenis baru hendaknya dijadikan momentum memperkuat swasembada ekonomi di Jawa Barat. Potensi berkurangnya suplai dari negara lain menjadi peluang bagi supplier dalam negeri.
Oleh
MELATI MEWANGI/machradin wahyudi ritonga
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Penyebaran global virus korona jenis baru hendaknya dijadikan momentum memperkuat swasembada ekonomi di Jawa Barat. Potensi berkurangnya suplai dari negara lain menjadi peluang bagi supplier dalam negeri untuk meningkatkan produksi bagi kebutuhan sendiri.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Senin (9/3/2020), mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi di Jabar mencapai 5,07 persen tahun 2019. Ia memperkirakan tahun ini bakal ada penurunan akibat penyebaran global Covid-19 meski tidak terlalu signifikan. Sekitar 90 persen sektor ekonomi di Jabar mengandalkan usaha mikro, kecil, dan menengah.
”Jabar bisa bertahan. Kami tidak menumpukan sektor ekonomi hanya pada ekspor dan impor,” kata Kamil dalam acara Musyawarah Daerah Ke-16 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Barat di Karawang, Jawa Barat.
Menurut dia, saat sebagian suplai negara asing tidak hadir, produk lokal berpotensi menggantikannya. Ia berharap masalah ini dapat menjadi pembelajaran ke depan dalam memetakan pemenuhan suplai lokal untuk kebutuhan dalam negeri.
”Ini menjadi momentum bagi pengusaha lokal untuk memperkuat swasembada ekonomi,” ucap Kamil.
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Hipmi Mardani H Maming menyampaikan, tertutupnya keran impor dari sejumlah negara berdampak terhadap pelaku usaha di Indonesia. Pemerintah diharapkan kian menggali potensi dalam negeri lebih luas dan mendorong pelaku usaha lokal dengan mengucurkan investasi.
Ia mencontohkan berkurangnya pasokan bawang putih impor dari China. Hal itu hendaknya disiasati dengan mendorong petani lokal untuk menanam bawang putih dengan harga dan kualitas yang tak kalah dari produk impor.
Senada dengan Kamil, Mardani menilai terjadinya musibah ini justru menjadi peluang bersama agar industri dapat melepas ketergantungan impor dari pasar luar negeri. ”Dengan menggunakan produk dalam negeri, kita sekaligus meningkatkan ekonomi lokal,” ujarnya.
Tak berpengaruh
Eksportir sayuran asal Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ulus Pirmawan (46), mengatakan, isu korona jenis baru (SARS-CoV-2) tidak berdampak terhadap kegiatan pengiriman komoditasnya, yaitu baby buncis dan buncis super. Hingga akhir Februari 2020, pemesanan dua komoditas tersebut meningkat hingga lebih dari 20 persen.
Menurut Ulus, ekspor rata-rata baby buncis per bulan mencapai 30 ton. Dalam dua bulan terakhir, permintaan meningkat menjadi 50 ton per bulan. Sementara buncis super diekspor hingga 15 ton per bulan.
Ulus berujar, bisa dikatakan isu korona jenis baru yang melanda Singapura dan Indonesia tidak berdampak kepada pemasaran hasil pertaniannya. Bahkan, dalam dua bulan terakhir, dia mengadakan pertemuan dengan mitra Jepang dan Uni Emirat Arab untuk membahas ekspor baby buncis dan sayuran lainnya.
Bersama kliennya dari Jepang, Ulus diminta mengekspor lebih kurang 20 jenis sayuran dengan jumlah 17 ton dalam sekali pengiriman. Paket ini diharapkan bisa diekspor beberapa kali dalam sebulan. Kepada mitra di Uni Emirat Arab, dia membicarakan rencana ekspor sebesar 20 ton per bulan.
”Klien masih percaya dengan kami meski Indonesia sudah waspada korona. Di sini kami memastikan kualitas dan kebersihan sayur. Para petani juga tidak khawatir karena menjaga kesehatan selama berkegiatan,” tuturnya.
Klien masih percaya dengan kami meski Indonesia sudah waspada korona. Di sini kami memastikan kualitas dan kebersihan sayur. Para petani juga tidak khawatir karena menjaga kesehatan selama berkegiatan.
Meski tidak terkendala, Ulus menyatakan siap masuk pasar lokal jika keran ekspor ditutup. Namun, dia mengharapkan pemerintah bisa memberikan kepastian pasar sesuai dengan kualitas barang yang dihasilkan.
”Kami berencana menyasar pasar lokal, yang penting bisa dijual daripada busuk. Biar tidak bertambah rugi, hasil panen kali ini akan disimpan untuk jadi benih, apalagi untuk baby buncis. Itu lebih menguntungkan,” ujarnya.