Wali Kota Semarang dan Surabaya menolak kapal pesiar Viking Sun bersandar demi mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2. Kapal tersebut sempat singgah di Australia.
Oleh
Kristi D Utami/Aditya Putra Perdana/Iqbal Basyari/Cokorda Yudistira
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah daerah tetap memprioritaskan ketenangan warga dalam upaya pencegahan virus SARS-CoV-2. Rekam jejak jalur pelayaran kapal pesiar menjadi pertimbangan utama kepala daerah dalam memutuskan penolakan kapal sandar dan wisatawan bersama kru kapal.
Sebelumnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak kapal pesiar berbendera Norwegia, Viking Sun, berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak, Kota Surabaya. Kini giliran Wali Kota Semarang Hendrar Pribadi melarang penumpang dan kru turun.
Pada Kamis (5/3/2020) pagi, Viking Sun, yang sebelumnya singgah ke Darwin, Australia, dan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, lego jangkar 1,5 mil (2,7 kilometer) dari dermaga Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang.
Namun, histori perjalanan kapal ini pernah ke Australia, yang sudah terjangkit Covid-19. Kami lalu menolak demi kenyamanan agar warga Semarang terlindungi.
Hasil pemeriksaan terhadap sekitar 1.100 penumpang dan kru Viking Sun oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang menunjukkan tidak ada yang demam, batuk, pilek, atau gejala yang mengarah terinfeksi virus korona tipe baru, Covid-19. Namun, demi ketenangan masyarakat, semuanya dilarang turun dari kapal.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memutuskan tidak mengizinkan penumpang dan kru Viking Sun turun dari kapal. Keputusan diambil setelah rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Semarang. Hendrar menuturkan, secara umum hasil pemeriksaan berjalan baik atau tidak ada penumpang berkriteria terduga korona. ”Namun, histori perjalanan kapal ini pernah ke Australia, yang sudah terjangkit Covid-19. Kami lalu menolak demi kenyamanan agar warga Semarang terlindungi,” ujar Hendrar.
Kendati demikian, kapal diperbolehkan bersandar untuk pengisian logistik. ”Untuk sekadar memasukkan logistik tidak apa-apa. Tetapi, tetap harus diperhatikan, tidak ada satu penumpang pun yang boleh turun,” kata Hendrar. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Semarang Ariyanti menjelaskan, pemeriksaan dilakukan terhadap semua penumpang dan kru Viking Sun selama sekitar 2,5 jam dimulai pukul 09.00.
Sebanyak 15 personel KKP Semarang naik ke atas kapal memeriksa penumpang dan kru. ”Hasilnya aman. Tidak ada satu pun yang sakit demam, batuk, pilek, dan tidak ada yang suhu tubuhnya mencapai 38 derajat celsius. Tidak ada yang menunjukkan gejala penyakit Covid-19 atau gejala-gejala influenza. Hasilnya sudah saya laporkan ke Menteri Kesehatan, Gubernur Jateng, dan Wali Kota Semarang,” kata Ariyanti.
Sejak Kamis pagi, 29 bus parkir di Pelabuhan Tanjung Emas. Mereka sedianya mengantar penumpang kapal mengunjungi obyek wisata, seperti kawasan Kota Lama, Lawang Sewu, dan Sam Poo Kong, juga ada opsi ke Candi Borobudur. ”Kami mengikuti semua yang jadi ketentuan pemerintah,” kata Kepala Cabang ”Destination Asia” Yogyakarta Nyoman Sudirman, yang menjadi operator perjalanan di Kota Semarang.
Nyoman menuturkan, terdapat 738 penumpang dan 438 kru kapal Viking Sun. Penumpang mayoritas berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Setelah dari Darwin (Australia), kapal berlayar ke Labuan Bajo dan Semarang. Dari Semarang, kapal dijadwalkan menuju Surabaya dan terakhir ke Bali.
Selektif
Pemerintah Kota Surabaya dengan tegas melarang Viking Sun, yang dijadwalkan tiba pada Jumat (6/3), bersandar di Surabaya. Keputusan diambil dengan berbagai pertimbangan, terutama demi kesehatan warga Surabaya. Ketika memasuki Labuan Bajo, dua penumpang ditemukan menunjukkan gejala Covid-19, seperti demam, batuk, dan pilek. Keduanya juga diketahui pernah mengunjungi Kaledonia Baru dan Australia yang merupakan negara yang memiliki kasus Covid-19.
”Keputusan ini diambil dengan berbagai pertimbangan, utamanya demi kesehatan warga Surabaya,” kata Risma, Kamis, di Surabaya. Dia menuturkan, keputusan ini akan berlaku dalam jangka waktu yang belum ditentukan. Pihaknya akan terus mengevaluasi keputusan ini sesuai dengan kondisi wabah Covid-19 di Indonesia dan negara lainnya.
”Tidak semua kapal pesiar dilarang sandar, tetapi hanya yang pernah singgah ke negara terjangkit korona. Kami harap tidak terlalu lama karena bisa berdampak pada pariwisata di Surabaya,” katanya. Berkait keputusan tersebut, Vice President Corporate Communication PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Wilis Aji Wiranata mengatakan, Pelindo III sebagai operator menghormati keputusan Pemkot Surabaya.
Wilis mengatakan, tahun ini, menurut rencana, ada 15 kapal pesiar yang akan sandar ke Surabaya. Namun, sejak wabah Covid-19 menyebar, lima kapal pesiar membatalkan perjalanan ke Surabaya.
Bali terbuka
Pemerintah Provinsi Bali menyatakan, Bali tetap terbuka dan menerima kunjungan wisatawan mancanegara, termasuk kedatangan melalui kapal pesiar. Berdasarkan kalender kapal pesiar di Bali 2020, Pelabuhan Benoa dijadwalkan menerima kapal pesiar MS Albatros, Jumat ini.
Kapal pesiar berbendara Bahama yang berlayar dari Labuan Bajo membawa 211 penumpang dan 317 anggota kru. ”Prinsipnya, Bali masih terbuka untuk dikunjungi sepanjang belum ada regulasi dari (pemerintah) pusat yang melarang,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, Kamis, di Denpasar.