Sebanyak 17 rumah terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Angin di Kecamatan Sumpiuh serta meluapnya Sungai Serayu di Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (5/3/2020).
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Air luapan Sungai Serayu merendam sebuah rumah di Grumbul Banjarwaru, Desa Banjarparakan, Kecamatan Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (5/3/2020).
PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 17 rumah terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Angin di Kecamatan Sumpiuh serta meluapnya Sungai Serayu di Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (5/3/2020). Banjir susulan harus diwaspadai karena hujan masih akan turun deras sepanjang bulan ini.
Selain permukiman, banjir luapan Sungai Serayu juga menggenangi areal perkebunan di Grumbul Kaliwangi, Desa Tambaknegara, Rawalo. Ketinggian air sekitar 20 sentimeter.
”Kemarin, hujan seharian tidak berhenti-berhenti sampai pagi ini. Air sungai meluap dan masuk ke rumah sekitar jam 07.00,” ucap Andar (58), warga Grumbul Banjarwaru, Desa Banjarparakan, Kecamatan Rawalo, Kamis.
Air Sungai Serayu meluap hingga berjarak sekitar 35 meter merendam rumah Andar. Ketinggian air mencapai 50 cm. Aliran air cukup deras dan berwarna kecoklatan serta menghanyutkan sampah dan dedaunan.
”Dulu pernah meluap sampai masuk rumah juga, sekitar 2017,” kata Warsinah (51), istri Andar.
Dua rumah lain di sekitar rumah Andar bebas dari banjir karena dibangun lebih tinggi dari permukaan tanah. Andar dan Warsinah sehari-hari berjualan makanan dan minuman bagi petambang pasir di sekitar Banjarwaru. ”Ini mau masak buat jualan jadi susah,” ujar Warsinah.
Air luapan Sungai Serayu merendam sebuah rumah di Grumbul Banjarwaru, Desa Banjarparakan, Kecamatan Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (5/3/2020). Ketinggian air mencapai 50 sentimeter.
Tabah Munawar (40), petambang pasir di Grumbul Banjarwaru, menyampaikan, air sungai yang deras dan tinggi menyulitkannya menambang pasir. ”Harus hati-hati karena arusnya deras,” ujar Tabah.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyumas Ariono Poerwanto menyampaikan, sebanyak belasan rumah terendam banjir di Kecamatan Sumpiuh. Penyebabnya, tanggul Sungai Angin yang jebol pada Kamis sekitar pukul 01.00.
”Tanggul sungai sepanjang 7 meter jebol karena debit sungai meningkat,” ujar Ariono.
Menurut Ariono, banjir merendam rumah warga di wilayah RT 003 RW 004 dan RT 004 RW 004. Ketinggian air berkisar 20 cm-60 cm. ”Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” katanya. Warga bergotong royong membuat tanggul sementara, dan menjelang siang, air sudah mulai surut.
Tanggul sungai sepanjang 7 meter jebol karena debit sungai meningkat. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Warsinah menunjukkan perabot rumah tangganya yang terendam banjir luapan Sungai Serayu di Grumbul Banjarwaru, Desa Banjarparakan, Kecamatan Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (5/3/2020).
Prakirawan di Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Cilacap, Rendi Krisnawan, mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem. Pada dasarian pertama bulan Maret merupakan puncak musim hujan untuk Banyumas, Cilacap, dan Kebumen.
”Antara tanggal 1 dan 10 bulan Maret, curah hujannya dalam kategori tinggi berkisar 151-200 milimeter. Saat ini adalah puncak musim hujan untuk sebagian besar wilayah Cilacap, Banyumas, dan Kebumen,” kata Rendi.
Akan tetapi, pada dasarian kedua bulan Maret, curah hujan diperkirakan turun meski antara 76 mm dan 150 mm. ”Itu masih dalam kategori menengah. Artinya, potensi hujan masih cukup lumayan banyak. Untuk potensi kondisi cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, potensi angin kencang yang disertai petir, itu masih ada selama Maret,” ujarnya.