Antisipasi Penimbunan Masker, Polda Sumsel Bentuk Tim Khusus
Tim khusus dari kepolisian dibentuk untuk menelusuri kemungkinan penimbunan masker dan cairan antiseptik di wilayah Sumatera Selatan. Masyarakat diimbau tidak panik dan membeli dua jenis barang itu sesuai kebutuhan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Masker dan cairan antiseptik sulit didapat di Palembang, Sumatera Selatan. Jika tersedia, harganya pun melonjak. Tim khusus telah dibentuk untuk menelusuri kemungkinan penimbunan di wilayah Sumsel.
Desi, pemilik toko alat kesehatan Amifa Medica yang terletak di Jalan Sudirman, Palembang, Rabu (4/3/2020), mengatakan, saat ini dirinya tidak lagi menjual masker biasa. ”Sejak sebulan lalu, distributor tidak lagi memasok masker biasa,” ujarnya.
Saat ini, ucap Desi, dirinya hanya menjual masker N95 yang harganya mencapai Rp 85.000 per buah. Harga ini meningkat dibanding harga normal, yakni Rp 50.000 per buah. Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua pasien positif Covid-19.
Desi mengungkapkan, untuk masker biasa, pihak distributor tidak lagi mengirimkan stok sejak satu bulan lalu. Padahal, banyak konsumen yang menanyakan keberadaan masker tersebut.
Dia mengatakan, setidaknya ada empat perusahaan distributor masker di Sumsel. Namun, pabriknya berada di Jakarta dan Surabaya. ”Terdengar kabar, kelangkaan ini karena pabrik masker tidak mendapatkan bahan baku yang sebagian besar berasal dari China,” ujar Desi.
Adapun cairan antiseptik pembersih tangan masih tersedia. Namun, sama seperti masker N95, harga cairan antiseptik ini naik dari semula Rp 160.000 per unit menjadi Rp 185.000.
Desi menyebutkan, untuk cairan antiseptik, dirinya membatasi pembelian satu konsumen maksimal membeli dua unit. ”Kami ingin semua masyarakat bisa memilikinya dan jangan sampai ada penimbunan,” katanya.
Polisi membentuk tim khusus di tingkat polres untuk menelusuri kemungkinan adanya penimbunan di lapangan.
Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal Priyo Widyanto mengungkapkan, pihaknya sudah membentuk tim khusus di tingkat polres untuk menelusuri kemungkinan penimbunan di lapangan. ”Hanya saja, sampai saat ini belum ditemukan adanya penimbunan masker,” katanya.
Namun, lanjut Priyo, jika sewaktu-waktu ada pihak yang melakukan penimbunan sehingga memicu kelangkaan, dirinya tidak segan memberikan sanksi pidana kepada pelaku.
”Intinya, jangan menimbun atau menjual jauh di atas harga kewajaran yang bisa membebankan masyarakat,” ucapnya.
Menurut dia, kelangkaan masker ini disebabkan kepanikan masyarakat yang terlalu berlebihan terkait penyakit Covid-19. Hal ini menyebabkan masyarakat membeli masker dan bahan pangan secara berlebihan untuk stok mereka.
Kondisi ini dikhawatirkan dimanfaatkan sejumlah pihak yang ingin meraup keuntungan. ”Sikapi dengan kedewasaan, apa yang yang diinstruksikan pemerintah sebagai pihak berwenang, perlu diikuti,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy menerangkan, sampai saat ini stok masker dan cairan antiseptik di sejumlah fasilitas kesehatan masih tersedia. ”Kami masih memiliki stok dari Kemenkes. Namun, jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah masyarakat,” katanya.
Untuk itu, Lesty berharap, masyarakat dapat lebih kreatif menciptakan alat pelindung diri. Menurut dia, selain dengan menggunakan masker, masyarakat diharapkan menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk menjaga imunitas tubuh.
”Dengan daya tahan tubuh yang optimal, kemungkinan masyarakat terjangkit juga kecil,” ujarnya.