Peneliti di Malang Temukan Antibiotik Alami Yang Aman Untuk Tubuh
Peneliti dari Laboratorium Brotosudarmo Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) menemukan antibiotik alami dari bakteri berpigmen dari laut Alor, NTT.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS – Peneliti dari Laboratorium Brotosudarmo Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) menemukan antibiotik alami. Antibiotik alami tersebut diperoleh dari bakteri berpigmen dari Laut Alor, Nusa Tenggara Timur. Antibiotik alami itu diyakini lebih aman bagi tubuh, karena tidak terbuat dari bahan-bahan sintetis seperti yang kebanyakan digunakan selama ini.
Penelitian untuk menghasilkan antibiotik alami tersebut sduah dilakukan selama 2 tahun oleh tim peneliti MRCPP. Mereka terdiri dari Edi Setiyono, Monika Prihastyanti, Marcelinus Adhiwibawa, dan Renny Indrawati. Mereka menemukan bakteri berpigmen itu di Pantai Sebanjar dan Pulau Sika, Kabupaten Alor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bakteri laut dimaksud adalah Pseudoalteromonas rubra yang menghasilkan pigmen antimikroba. Warna bakterinya mulai dari kuning, oranye, hingga merah.
Peneliti dari Ma Chung Research Cetre for Photosyntetic Pigments (MRCPP) Universitas Ma Chung, Edi Setiyono, Senin (03/02/2020), menunjukkan hasil penelitiannya yaitu temuan antibiotik alami, terbuat dari bakteri laut. Antibiotik alami tersebut diyakini lebih aman daripada antibiotik sintetis yang selama ini digunakan. Bakteri berpigmen kuning hingga merah tersebut cocok digunakan untuk industri farmasi, pewarna kain, dan solar sel.
Dari penelitian, bakteri tersebut mengandung enam jenis pigmen antimikroba. Pigmen-pigmen tersebut kemudian diuji aktivitasnya sebagai agen antimikrobia pada beberapa bakteri patogen seperti Escherichia coli (penyebab Diare), Straphylococcus aureus (penyebab infeksi kulit), Salmonella typhi (penyebab Tipus), dan Candida albicans (penyebab infeksi). Diketahui, pigmen merah dari bakteri Pseudoalteromonas rubra paling efektif untuk melawan patogen Straphylococcus aureus atau cocok dikembangkan sebagai antibiotik penyakit infeksi kulit.
“Antibiotik yang ada selama ini terbuat dari bahan sintetis. Jika dikonsumsi tubuh terus menerus, maka bisa jadi mengganggu fungsi ginjal. Kalau ginjalnya kuat tidak masalah. Tapi kalau tidak, maka bisa berdampak tidak baik. Antibiotik alami ini diyakini lebih aman,” kata Edi Setiyono, salah seorang anggota tim peneliti, Senin (02/03/2020).
Meski temuan tersebut cukup potensial, namun Edi mengatakan hingga kini penelitian tersebut masih belum mengarah untuk dijadikan obat-obatan. “Sementara masih temuan di laboratorium. Untuk jadi obat, tahapannya masih panjang dan biayanya juga mahal. Jadi saya dan tim, untuk sementara berfokus memetakan sumber daya di Indonesia. Ini karena faktanya, potensi Indonesia sangat besar untuk dikembangkan menjadi agen-agen mikroba,” kata Edi menambahkan.
Peneliti dari Ma Chung Research Centre for Photosyntetic Pigments (MRCPP) Universitas Ma Chung, Edi Setiyono, Senin (03/02/2020), menunjukkan hasil penelitiannya yaitu temuan antibiotik alami, terbuat dari bakteri laut. Antibiotik alami tersebut diyakini lebih aman daripada antibiotik sintetis yang selama ini digunakan. Bakteri berpigmen kuning hingga merah tersebut cocok digunakan untuk industri farmasi, pewarna kain, dan solar sel.
Ketua Laboratorium Brotosudarmo–Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) MRCPP Universitas Ma Chung, Tatas Brotosudarmo. Ia mengatakan bahwa riset tersebut dilatarbelakangi oleh mudahnya tenaga medis memberikan antibiotik pada pasien.
“Riset ini berangkat dari fenomena mudahnya para tenaga medis memberikan antibiotik kepada pasien. Penggunaan antibiotik dalam pengobatan, yang terlalu sering dan tidak tepat, berkontribusi pada penyebaran resistensi antibiotik oleh tubuh. Ini merupakan masalah global,” kata Tatas.
Laboratorium Brotosudarmo di PUI-PT MRCPP, Universitas Ma Chung, dipimpin oleh Dr Tatas Brotosudarmo. Sejak 2011, laboratorium tersebut telah dikenal internasional dengan riset pigmen dari sumber daya alam di Indonesia. Laboratorium bekerja dengan teknik separasi kromatografi, serta determinasi struktur dan fungsi pigmen dengan spektrometri massa. Selain itu juga mengembangkan bioteknologi dan biologi molekuler untuk mempelajari lebih dalam biosintesis pigmen.
Penggunaan antibiotik dalam pengobatan, yang terlalu sering dan tidak tepat, berkontribusi pada penyebaran resistensi antibiotik oleh tubuh. Ini merupakan masalah global
Berbagai penghargaan bergengsi telah diperoleh Dr. Brotosudarmo, antara lain Science & Technology Award 2015 dari Indonesia Toray Science Foundation, Alumni Award 2017 dari British Council, Fellow Kavli Frontier of Science, Fellow 63rd Meeting of Nobel Laureate in Lindau, Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, dan Georg Foster Fellow dari Alexander von Humboldt Foundation Jerman.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Gedung MRCPP Universitas Ma Chung di Malang, Jawa Timur.