Gelar Doktor dan Profesor Kehormatan ITB bagi Peraih Nobel Kimia
Institut Teknologi Bandung menganugerahkan gelar doktor dan profesor kehormatan kepada Ben L Feringa, Senin (2/3/2020). Ben merupakan peraih nobel di bidang kimia pada 2016.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Institut Teknologi Bandung (ITB) menganugerahkan gelar doktor dan profesor kehormatan kepada Ben L Feringa di Sasana Budaya Ganesha, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (2/3/2020). Ben merupakan peraih nobel bidang kimia pada 2016.
Sebagai kimiawan organik, profesor dari University of Groningen Belanda, itu berhasil membuat senyawa unik, yaitu turunan alkena dengan substituen meruah. Sifat fisik senyawa ini adalah adanya dua keisomeran sekaligus, keisomeran cis-trans dan keisomeran kiralitas.
Ketua tim promotor doktor, Prof Akhmaloka, mengatakan, Ben sangat tertarik meneliti tentang stereokimia. Kajian itu menjadi topik yang menarik dan menantang bagi banyak ahli kimia organik.
“Tanpa pengetahuan ini, tidak mungkin menjelaskan banyak hal tentang sifat fisik senyawa kimia. Ini merupakan studi tentang penataan atom dalam molekul melalui senyawa kimia,” ujarnya.
Atas sejumlah penelitiannya itu, Ben mendapat banyak penghargaan tingkat nasional dan internasional, di antaranya dari Eropa, Jepang, China, dan India. Ben dianggap berkontribusi untuk perkembangan ilmu kimia organik.
“Dengan semua pencapaian itu, kami meminta rektor ITB memberikan gelar doktor kehormatan kepada Ben L Feringa atas terobosannya dalam mengembangkan motor molekuler dan aplikasinya,” ujar Akhmaloka.
Ben mengucapkan terima kasih atas kepercayaan ITB menganugerahkan gelar doktor kehormatan kepadanya. Penganugerahan gelar itu akan dijadikan motivasi untuk terus berkontribusi di bidang ilmu kimia organik.
Dalam pidato ilmiahnya, Ben mengatakan, pengembangan motor molekuler dapat menjadi titik awal untuk konstruksi robotika lunak. “Ini menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai sistem molekuler yang dinamis,” ujarnya.
Atas sejumlah penelitiannya itu, Ben L Feringa mendapat banyak penghargaan tingkat nasional dan internasional, di antaranya dari Eropa, Jepang, China, dan India
Selain menyampaikan pidato ilmiah, Ben juga menjawab pertanyaan dari para hadirin. Beberapa mahasiswa ITB menanyakan caranya menjaga konsistensi meneliti di bidang kimia organik yang dianggap rumit.
Menurut Ben, kegagalan menjadi keniscayaan dalam penelitian. Namun, dia tidak menyesal karena mendapat pengetahuan baru dari kegagalan itu.
Ben memotivasi mahasiswa ITB untuk tidak gampang menyerah dalam meneliti. Sebab, hasil penelitian dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB Edy Tri Baskoro mengatakan, sejak 2007, pihaknya telah bekerja sama dengan University of Groningen. Menurut dia, ilmu dan pengalaman Ben sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas mahasiswa ITB.
“Total sudah lebih dari 50 mahasiswa yang mengikuti program kerja sama ini sejak 2007. Hal ini sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas,” ujarnya.
Pemberian doktor kehormatan itu menjadi rangkaian peringatan Dies Natalis ke-61 ITB. Dalam kegiatan tersebut ITB juga menganugerahkan gelar professor kehormatan kepada Julie Willis dari The University of Melbourne, Australia, dan Johan Woltjer dari University Westminster, Inggris.
“Gelar kehormatan ini diberikan atas kontribusi dan kiprah mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Rektor ITB Reini Wirahadikusumah.