Muntahkan Lava Pijar Sejauh 1.000 Meter, Status Gunung Semeru Tetap Waspada
Gunung Semeru beberapa kali mengeluarkan lava pijar, Sabtu (29/2/2020) malam. Muntahan lava meluncur ke arah selatan atau wilayah Lumajang sejauh 1.000 meter. Namun, status gunung itu masih Waspada (level II).
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, beberapa kali mengeluarkan lava pijar, Sabtu (29/2/2020) malam. Lava meluncur ke arah selatan atau wilayah Lumajang sejauh 1.000 meter. Status Semeru masih tetap Level II atau Waspada.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani saat dihubungi dari Malang, Minggu (1/3/2020), mengatakan, pada pukul 20.43, teramati api diam dan guguran lava pijar sejauh 1.000 meter dari pusat guguran ke arah Besuk Bang di Kecamatan Pronojiwo.
Adapun pada pukul 20.49 kembali teramati kondisi serupa, yakni api diam dan guguran lava pijar sejauh 1.000 meter dari pusat guguran dengan arah lelehan ke Besuk Kembar. ”Status masih Level II,” ujar Nia.
Kejadian ini adalah lelehan lava pijar yang pertama kali keluar dari kawah Semeru sejak awal 2020. Lelehan lava sendiri merupakan karakteristik erupsi Semeru.
Menurut Nia, kejadian ini adalah lelehan lava pijar yang pertama kali keluar dari kawah Semeru sejak awal 2020. Lelehan lava sendiri merupakan karakteristik erupsi Semeru. ”Karakteristik erupsinya seperti itu. Menghasilkan aliran lava dan guguran lava pijar dari ujung aliran lava. Jadi bukan sesuatu yang diluar kebiasaan,” katanya.
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo membenarkan bahwa pada Sabtu malam, aktivitas gunung Semeru meningkat. BPBD Lumajang pun mengimbau warga tetap tenang tetapi perlu meningkatkan kewaspadaan.
”Semalam teramati sekitar delapan kali guguran lava pijar ke Besuk Bang dan Besuk Kembar sejauh 1 kilometer dari puncak. Semeru memang seperti itu, kondisinya fluktuatif. Namun, secara umum status masih tetap di Waspada (level II),” katanya.
Menurut Wawan, kondisi di kawasan rawan bencana 1-3 masih aman. Namun, rekomendasi pos pantau Gunung Sawur (PVMBG), masyarakat dilarang melakukan aktivitas dalam radius 1 km dari wilayah sejauh 4 km dari sektor lereng. Jika ada pendakian, hanya diperbolehkan sampai kawasan Kalimati, tidak sampai puncak Mahameru.
Jangkauan lelehan lava pijar masih jauh dari tempat warga beraktivitas. Gunung Semeru memiliki tinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) sehingga kawasan tersebut jarang terguyur air hujan. Hujan sering turun di kawasan di bawah ketinggian 2.000 mdpl.
Warga yang beraktivitas di bawah 2.000 mdpl perlu waspada potensi lahar hujan seiring memasuki puncak musim hujan.
Sebaliknya, warga yang beraktivitas di bawah 2.000 mdpl perlu waspada potensi lahar hujan seiring memasuki puncak musim hujan. ”Warga di Daerah Aliran Sungai Besuk Sat, Beduk Kembang, Kali Glidik, Curah Kobokan harus berhati-hati. Penambang pasir kalau memang mendung dan gerimis agar segera meninggalkan lokasi karena dikhawatirkan debit air meningkat,” katanya.
Sepanjang musim hujan sudah terjadi beberapa kali banjir lahar hujan Gunung Semeru, antara lain pada pertengahan dan akhir Februari 2020 di Kali Besuk Sat, Desa/Kecamatan Pasrujambe. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Para petambang pasir berhasil menghindar saat banjir terjadi.
Adapun hingga kini, pendakian ke Gunung Semeru belum dibuka kembali setelah ditutup sejak September 2019. Saat itu, kegiatan pendakian terpaksa ditutup sebagai dampak kebakaran lahan di lereng Semeru pada musim kemarau 2019. Sebagian jalur pendakian rusak tertutup sisa-sisa material yang terbakar.
”Masih tutup. Sementara ini, belum kami tentukan kapan waktunya (aktivitas pendakian dibuka kembali),” kata Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Syarif Hidayat.