Penanganan banjir di sejumlah wilayah di pesisir pantai utara Jawa masih terfokus pada upaya menangani pengungsi. Normalisasi sungai menjadi solusi jangka panjang.
Oleh
·2 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir hingga Kamis (5/3/2020). Sebelumnya, masa tanggap darurat dijadwalkan berakhir kemarin, tetapi diperpanjang karena sejumlah daerah masih tergenang dan hampir 1.000 orang masih mengungsi.
Banjir setinggi hingga 50 sentimeter masih terjadi di Kecamatan Pekalongan Utara dan Kecamatan Pekalongan Barat. Genangan surut dibandingkan hari sebelumnya yang 80 cm. Sebanyak 996 orang masih mengungsi, antara lain, di Masjid Al Karomah, Stadion Hoegeng, Aula Kecamatan Pekalongan Barat, dan Musala Al Ghazali Pasirsari. Pada Rabu, jumlah pengungsi masih mencapai 1.200 orang.
”Kami memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir karena sebagian daerah masih tergenang dan ratusan orang masih mengungsi. Kemungkinan hujan deras juga masih akan turun hingga beberapa hari ke depan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Saminta. Sementara itu, banjir di Kabupaten Pekalongan merendam sebagian wilayah Kecamatan Tirto dan Kecamatan Wonokerto hingga ketinggian 50 cm.
Sebanyak 2.475 orang mengungsi. Pemkab Pekalongan menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir dari Senin (24/2) hingga Minggu (1/3). ”Fokus kami menangani pengungsi, melayani evakuasi, dan membuka dapur umum. Kami terus siaga karena hujan deras masih berpotensi terjadi hingga beberapa hari ke depan,” kata Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Raharjo.
Di Kabupaten Subang, Jawa Barat, banjir ditengarai akibat sedimentasi dan sampah di sejumlah sungai. Sungai pun harus segera dinormalisasi. Gubernur Jabar Ridwan Kamil, saat meninjau lokasi banjir ke Desa Mulyasari, Kecamatan Pamanukan, kemarin, mengatakan, mayoritas penyebab banjir di wilayah pesisir pantai utara bagian barat adalah kondisi sungai yang tidak mampu menampung air karena pendangkalan dan sampah.
Hujan deras turut memicu banjir tersebut. Sungai di wilayah pantura merupakan bagian hilir dari sungai besar yang melintas di Jabar, seperti Sungai Cipunagara, Cilamaya, Citarum, dan Cibeet.
Normalisasi
”Normalisasi akan dilakukan segera. Tidak hanya di sungai ini (Cipunagara), tetapi juga di beberapa sungai di Jabar,” ucap Ridwan. Normalisasi merupakan upaya untuk mengembalikan keadaan sungai agar air tetap mengalir lancar. Normalisasi dilakukan dengan alat berat untuk mengangkut sedimentasi.
Kepala BPBD Subang Hidayat menambahkan, normalisasi Sungai Cipunagara terakhir kali dilakukan pada 2014. Hal itu disebabkan keterbatasan wewenang dan pembiayaan. Selain normalisasi, pihaknya juga mengusulkan pembuatan tanggul yang lebih tinggi. Banjir di Subang melanda 12 kecamatan dan merendam sekitar 14.000 rumah. Sebanyak 3.131 keluarga atau 8.582 orang mengungsi.