Petani Temukan Arca Dewa Wisnu di Tengah Kebun Sayur
Masyarakat Desa Jambi Tulo dan Jambi Kecil di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, menemukan pecahan arca yang diduga Dewa Wisnu di tengah pembukaan baru kebun sayur.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS—Masyarakat Desa Jambi Tulo dan Jambi Kecil di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, menemukan pecahan arca yang diduga Dewa Wisnu di tengah pembukaan baru kebun sayur. Di sekitar temuan itu pula didapati sejumlah struktur bangunan dari bata kuno serta pecahan keramik dan tembikar.
Petani di Desa Jambi Tulo, Asnawi (38), menceritakan, Kamis (27/2/2020), dirinya tengah membuka lahan untuk menanam sayuran. Lahan sempat dibersihkan dengan alat berat. Sewaktu hendak membuka lubang dengan cara mencangkul, ia mendapati pecahan-pecahan benda dari perunggu. Setelah dikumpulkan, tampak salah satu pecahan berbentuk tangan yang sedang memegang keong.
Peneliti Sejarah, Wenri Wanhar, memperkirakan temuan arca tersebut menyerupai Dewa Wisnu. Arca serupa ditemukan pula pada situs peninggalan Melayu Kuno di Darmasyara, Sumatera Barat. Meski begitu, untuk temuan petani di Jambi Tulo, pihaknya mendorong agar dapat ditindaklanjuti lewat penelitian dari tim Balai Arkeologi.
Terkait temuan warga di Jambi Tulo, Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwanti mengatakan pihaknya belum mengetahui perihal temuan tersebut. Namun, laporan dari masyarakat perlu segera dilaporkan untuk dapat ditindaklanjuti.
Setelah mendapati potongan arca, masyarakat di Jambi Tulo dan Jambi Kecil mulai penasaran untuk mengetahui sejarah masa lalu di desa mereka. Atas inisiatif bersama, mereka mulai memetakan sebaran temuan bata kuno.
Kami berharap arkeolog dan pemerintah mau serius meneliti temuan-temuan di wilayah itu.
Ada setidaknya tiga titik, didapati tumpukan bata dengan struktur menyerupai bangunan. Namun, warga tak berani melanjutkan pengupasan lebih lanjut demi menghindari kerusakan. “Kami berharap arkeolog dan pemerintah mau serius meneliti temuan-temuan di wilayah itu,” ujar Asnawi.
Temuan Arca Dewa Wisnu dan tumpukan bata dan keramik di dua desa itu hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Bukit Sengkalo atau Bukit Perak yang menjadi bagian dalam kompleks Candi Muaro Jambi. Sejauh ini, penelitian, ekskavasi, dan pemugaran baru dilakukan di sekitar kompleks utama candi. Padahal, kawasan cagar budaya yang luasnya mencapai lebih dari 3.000 hektar itu masih memiliki potensi yang besar yang belum diungkap.
Meski telah didaftarkan sebagai Warisan Budaya Dunia sejak sepuluh tahun silam, kompleks percandian Muaro Jambi di Kabupaten Muaro Jambi terus tergerus kelestariannya. Pariwisata massal dan maraknya industri di tengah kawasan cagar budaya itu kian mempercepat kerusakan situs.
Industri sawit dan penimbunan batubara sejak lebih dari 5 tahun terakhir memadati kawasan di sekitar kompleks percandian. Industri-industri itu berkembang pesat karena lokasinya dekat dengan Pelabuhan Talang Dukuh. Sejumlah candi dan menapo (tumpukan bata berstruktur candi) bahkan berada persis di tengah-tengah lokasi pabrik dan areal penimbunan batubara.
Akibatnya, sejak diusulkan sebagai Warisan Budaya Dunia, peninggalan agama Buddha abad VII hingga XIV itu semakin terancam rusak.