Ribuan warga pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Barat terdampak banjir beberapa hari terakhir. Mereka terpaksa mengungsi di tengah puncak hujan yang belum lewat.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ribuan warga pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Barat terdampak banjir beberapa hari terakhir. Mereka terpaksa mengungsi di tengah puncak hujan yang belum lewat. ”Ini banjir paling parah, sudah enam kali terjadi sejak awal 2020,” ujar Dimas (26), warga Perumahan Bumi Mutiara Indah I, Kecamatan Cikampek, Karawang, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020).
Banjir membuat Dimas mengungsi ke rumah saudaranya. Ada 9.514 orang dari 3.111 keluarga di Karawang yang harus mengungsi karena banjir. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Karawang, sebanyak 14 dari 30 kecamatan di Karawang dilanda banjir dalam tiga hari terakhir.
Lima kecamatan dilanda banjir sejak Minggu (23/2), yakni Kecamatan Kutawaluya, Jayakerta, Cilebar, Telukjambe Barat, dan Rengasdengklok. Pada Senin (24/2), banjir menerjang sembilan kecamatan. Ketinggian air 10-200 sentimeter, yang berdampak terhadap 11.212 keluarga dan 10.529 rumah.
”Dulu (banjir) tidak pernah masuk rumah. Semoga ini yang terakhir kali,” kata Suryani (48), warga Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Karawang, sambil membersihkan teras rumahnya, kemarin. Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri mengatakan telah mengajukan kajian penanganan banjir sejak 2019. Beberapa penyebab banjir antara lain sampah dan limpasan air dari bendung.
Normalisasi sungai akan dilakukan di Sungai Cikaranggelam dan Cilamaya. Sementara itu, sekitar 80 persen wilayah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, terdampak banjir. Kemarin, genangan mulai surut, tetapi 1.400 warga masih mengungsi. Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Pekalongan Saminta mengatakan, distribusi logistik terus dilakukan bagi warga yang rumahnya terdampak. ”Masih ada genangan setinggi sekitar 40 cm,” katanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan terus memantau banjir di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan membangun tanggul sepanjang 7,26 kilometer sebagai salah satu langkah mencegah banjir.
Bertambah
Di Jawa Timur, hujan deras menambah titik banjir di Sidoarjo. Selain di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, banjir juga terjadi di Kelurahan Sidokare, Desa Sepande, dan Banjarpoh. Di Kedungbanteng dan Banjarasri, banjir sudah terjadi hampir dua bulan. Setelah sempat surut, hujan yang mengguyur sejak Senin menyebabkan genangan kembali merendam permukiman.
Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, banjir diduga disebabkan meluapnya sungai dan buruknya sistem drainase. Di Surabaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, antisipasi banjir dilakukan dengan setiap hari mengecek saluran air. Pengecekan ini lebih diintensifkan sejak memasuki musim hujan, terutama di kawasan rawan banjir.
Pada Januari lalu terjadi dua kali banjir di Surabaya saat intensitas hujan 125 milimeter per hari atau berkategori ekstrem. Puluhan tempat tergenang hingga 60 cm, tetapi genangan itu surut dalam 2 jam. Banjir yang melanda Jakarta pun berimbas pada perjalanan kereta di Daerah Operasi III Cirebon.
Belasan perjalanan kereta terlambat 30 menit hingga lebih dari 180 menit. ”Perjalanan kereta melambat karena rel terendam di atas 10 cm. Kereta harus antre,” kata Manajer Humas PT KAI Daop III Cirebon Luqman Arif. (MEL/SYA/DIT/NIK/IKI)