Pekalongan Masih Tergenang, Rencana Induk Drainase Disiapkan
Pemerintah telah menyiapkan rencana induk drainase Kota Pekalongan. Hingga Rabu (26/2/2020), pekalongan masih dilanda banjir.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Hingga Rabu (26/2/2020) banjir masih menggenangi sejumlah wilayah di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, dengan ketinggian hingga 40 sentimeter. Untuk mengatasi banjir, Pemerintah Kota Pekalongan telah menyiapkan rencana induk drainase Kota Pekalongan.
Berdasarkan pemantauan Kompas, Rabu, ketinggian banjir di Kota Pekalongan mulai surut, tetapi belum signifikan. Genangan dengan ketinggian berkisar 10 cm-40 cm masih didapati di beberapa titik, di antaranya di Kecamatan Pekalongan Utara seperti di Jalan WR Supratman dan Jalan Kusuma Bangsa, yang berjarak kurang 2 kilometer dari pantai.
Di lokasi itu, sejumlah sepeda motor mogok karena pengendara memaksa menerobos banjir. Sebagian warga juga memarkirkan kendaraan mereka di area kering meskipun berjarak sekitar 1 km dari tempat tinggal mereka. Adapun mobil dan truk bisa melintasi genangan dengan pelan-pelan.
Banjir juga menggenangi rumah warga, terutama yang permukaannya rendah. ”Biasanya surut dalam satu hingga dua hari, tetapi ini sudah hari ketiga rumah masih terendam sekitar 20 sentimeter. Surutnya lebih lama daripada biasanya,” ujar Abdul Hadi (40), warga Kelurahan Panjang Wetan, Pekalongan Utara.
Wilayah lain yang tergenang banjir yakni RT 002 RW 001 Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, yang letaknya bersebelahan dengan Sungai Bremi. Di titik terendah kawasan itu ketinggian banjir mencapai 40 cm. Sejumlah warga mengungsi di Masjid Al Karomah Pekalongan, sebagian lainnya membuat posko mandiri di sisi Jalan Pantura.
Dorihan (44), salah seorang warga di Kelurahan Tirto, mengatakan, nyaris setiap tahun tempatnya dilanda banjir. ”Sebelumnya, banjir bisa campuran rob (limpasan air laut) dan luapan sungai. Saat ini, sudah tidak ada rob, tetapi karena luapan kali akibat hujan deras di wilayah selatan atau hulu. Semoga Sungai Bremi ini tertangani,” katanya.
Banjir yang melanda Kota Pekalongan dan sekitarnya dimulai pada pekan lalu saat hujan lebat mengguyur wilayah pantura Jateng pada Rabu hingga Kamis (19-20/2/2020). Banjir perlahan surut hingga akhir pekan, tetapi air kembali menggenang setelah hujan lebat pada Senin (24/2/2020) dini hari. Banjir diakibatkan luapan sungai Bremi, Meduri, dan drainase kota.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan, hingga Rabu pukul 18.00 terdapat 1.222 jiwa yang mengungsi di lebih dari 10 titik pengungsian. Adapun titik utama pengungsian serta dapur umum berada di Stadion Hoegeng.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Pekalongan Saminta mengatakan, banjir mulai surut, tetapi aliran air membebani wilayah utara. ”Sebanyak 4.200 karung berisi tanah sudah digunakan untuk menahan luapan sungai. Hari ini (Rabu) mulai ditambah lagi karena ada bantuan 25.000 karung dari Pemprov Jateng,” katanya.
Pada Rabu, Menteri Sosial Juliari P Batubara meninjau sejumlah titik pengungsian di sejumlah daerah di Jateng yang terdampak banjir, yakni Kota Pekalongan serta Kabupaten Pekalongan dan Pemalang. Di Kota Pekalongan, Juliari menyerahkan bantuan dari Kemensos senilai Rp 1,2 miliar yang terdiri dari bantuan berupa beras, logistik bencana alam, dan peralatan kebersihan.
Menurut dia, pada prinsipnya pihaknya siap mengirim bantuan kepada para korban terdampak banjir, termasuk di Jateng. ”Koordinasi terus dilakukan agar sama-sama menanggulanginya. Juga kami berikan layanan dukungan psikososial agar mereka tak trauma dan cemas. Ini kami perhatikan terus,” kata Juliari.
Pengendalian banjir dan rob
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno menjelaskan, pengendalian banjir dan rob di Pekalongan terdiri atas tiga paket, mencakup Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Paket antara itu lain berisi pekerjaan tanggul dan long storage (bangunan penahan air), dan rumah pompa.
Sebagian besar pekerjaan paket sudah tuntas, tinggal menunggu revitalisasi Pintu Air Bremi dan proteksi tanggul pertemuan Sungai Bremi dan Meduri. ”Yang belum (penanganan) Bremi-Meduri dan yang paling berdampak memang kedua sungai itu. Tahun ini dimulai. Juga akan ada penambahan pompa. Delapan pompa, masing-masing 2 meter kubik per detik,” ujar Ruhban.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pekalongan Nur Priyantomo mengatakan, saat ini beberapa titik pada sistem drainase kota tersendat. Hal itu antara lain karena adanya bangunan liar dan sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Juga elevasi yang membuat aliran cepat ke wilayah utara.
”Tahun ini, Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Pekalongan membuat rencana induk drainase. Diharapkan pada 2021 dieksekusi berdasarkan prioritas. Detailnya seperti apa belum tahu, tetapi diharapkan ada sistem drainase yang baik dan terhubung satu sama lain,” kata Priyantomo.