Pemkot Surabaya Intensifkan Pemeriksaan Saluran Air
Pemerintah Kota Surabaya mengintensifkan pemeriksaan saluran air, terutama pada puncak musim hujan. Saluran air harus bersih dari sampah atau sedimen agar air hujan mengalir lancar dan bencana banjir terhindar.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mengintensifkan pengecekan kondisi saluran air pada puncak musim hujan. Saluran air harus dipastikan bersih dari sampah dan sedimen agar air hujan mengalir lancar sehingga risiko banjir dapat ditekan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Selasa (25/2/2020), mengatakan, pengecekan saluran air dilakukan rutin setiap hari. Namun, sejak memasuki musim hujan pada Januari-Februari, pengecekan saluran lebih diintensifkan, terutama di kawasan rawan banjir. Bahkan, selama intensitas hujan masih tinggi, semua pintu air yang berdekatan dengan bibir laut ditutup. Dengan penutupan pintu air, meski air laut pasang bersamaan dengan hujan deras, air yang berada di saluran tetap terkendali.
Dari banjir yang terjadi pada Januari, Risma menyimpulkan, salah satu penyebabnya terjadi hambatan di saluran air. Akibatnya, air hujan tidak bisa mengalir lancar di saluran sehingga menggenangi jalan raya. ”Selain memang intensitas hujan sangat tinggi,” katanya.
Sebelumnya, pada Januari terjadi dua kali banjir di Surabaya. Saat itu, intensitas hujan mencapai 125 milimeter per hari atau masuk dalam kategori ekstrem. Puluhan titik tergenang hingga ketinggian sekitar 60 sentimeter. Banjir tersebut surut dalam waktu sekitar 2 jam.
Berdasarkan pengecekan kondisi di lapangan selama dua bulan terakhir, lanjut Risma, ditemukan berbagai hambatan di saluran air. Hambatan-hambatan tersebut antara lain sampah, sedimentasi, dan akar pohon yang menembus saluran air. Kondisi itu mengakibatkan air hujan tidak bisa mengalir maksimal.
Sampah yang ditemukan sebagian besar adalah sampah rumah tangga, antara lain pakaian bekas, plastik, daun, bahkan hingga kasur. Sampah itu menutup saluran air sehingga terjadi penyumbatan yang membuat air hujan menggenang.
Meskipun setiap hari ada sekitar 1.400 satgas pematusan mengeruk sampah di saluran air untuk mencegah sedimentasi dan membersihkan sampah, beberapa lokasi masih tetap tergenang banjir. Dalam sehari, sedimen yang bisa dikeruk mencapai 150 truk. Untuk memaksimalkan pembersihan sedimen, kerja bakti melibatkan warga rutin digelar hampir tiap hari di lokasi-lokasi rentan banjir.
Kendala lain, para satgas pematusan menemukan lubang kontrol saluran air yang dibeton warga. Akibatnya, petugas tidak bisa memantau kondisi saluran air. Padahal, mereka perlu mengecek kondisi saluran air dan mengeruk secara rutin guna mencegah tumpukan sampah dan sedimentasi yang membuat kapasitas saluran tidak maksimal.
”Kami minta agar warga tidak membeton saluran air sehingga petugas mudah melakukan pengerukan. Bangunan liar di atas saluran juga mulai ditertibkan,” katanya.
Hingga awal 2020, Pemkot Surabaya sudah membangun saluran air berupa box culvert yang rata-rata berada di bawah trotoar sepanjang 293,87 kilometer. Saluran air ini mengalirkan air hujan dari jalan raya ke saluran primer agar tidak menggenang. Ukurannya sekitar 2 meter persegi hingga 4 meter persegi dan rutin dibersihkan petugas untuk mencegah sedimentasi serta penumpukan sampah.
Untuk mempercepat aliran air menuju laut, menurut Risma, terdapat 204 pompa di 59 lokasi rumah pompa. Di setiap rumah pompa ada 3-5 pompa air untuk menjaga debit air sungai tidak meluap ke permukiman warga dan jalanan. Beberapa rumah pompa bahkan sudah memanfaatkan energi panas matahari sebagai sumber listrik. Ada 111 genset disiagakan untuk mengantisipasi listrik padam.
Selain dialirkan ke sungai dan saluran primer, Pemkot Surabaya juga membangun 72 waduk atau bozem dengan luas total 1,4 juta meter persegi. Bozem itu mampu menampung air hingga 6 juta meter kubik. Saat musim hujan, bozem berfungsi menampung sementara air, sedangkan pada musim kemarau untuk cadangan air dan saluran irigasi.
Saat musim hujan, bozem berfungsi menampung sementara air, sedangkan pada musim kemarau untuk cadangan air dan saluran irigasi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati menambahkan, pengerukan di saluran air dan sungai dilakukan menggunakan 63 alat berat dan 80 dump truk milik Pemkot Surabaya. Pengerahan petugas dan alat-alat berat dari Pemkot Surabaya diklaim bisa menghemat anggaran hingga Rp 14 miliar per tahun dibandingkan dengan menggunakan jasa pihak ketiga.
”Tanah hasil pengerukan dimanfaatkan untuk membangun fasilitas umum, seperti pengurukan tanggul, pembuatan taman, pengurukan bangunan, serta pembuatan zona penyangga di berbagai ruang publik di Surabaya,” tutur Erna.