Banjir akibat Luapan Sungai, 14 Kecamatan di Karawang Terdampak
Sebanyak 14 dari 30 kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terdampak banjir. Musibah ini dipicu luapan sejumlah sungai akibat hujan lebat.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/MELATI MEWANGI
Rumah warga terendam air setinggi 50 sentimeter di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020). Warga memilih bertahan di rumah hingga banjir surut.
KARAWANG, KOMPAS — Sebanyak 14 dari 30 kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terdampak banjir. Musibah itu dipicu luapan sejumlah sungai akibat hujan lebat.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, ada lima kecamatan yang dilanda banjir sejak Minggu (23/2/2020). Kecamatan itu ialah Kutawaluya, Jayakerta, Cilebar, Telukjambe Barat, dan Rengasdengklok.
Pada hari berikutnya, Senin (24/2/2020), banjir menerjang sembilan kecamatan. Kecamatan itu adalah Tegalwaru, Pangkalan, Ciampel, Karawang Timur, Pedes, Karawang Barat, Cikampek, Telukjambe Timur, dan Telukjambe Barat. Ketinggian air berkisar 10-200 cm merendam 10.529 rumah yang ditempati 11.212 rumah tangga.
Banjir disebabkan luapan sungai yang berada di sekitar rumah warga, antara lain Sungai Cibeet, Cilamaya, Cikaranggelam, dan Sungai Cidawolong. Akses warga lumpuh karena luapan air menutupi jalan. Warga harus memutar balik kendaraannya. Sebagian nekat menerjang banjir agar segera sampai rumah.
Sejumlah warga melintasi jembatan irigasi di Desa Sukasari, Kecamatan Purwasari, Karawang, Selasa (25/2/2020). Arus sungai yang deras menyebabkan pengendara sepeda motor tak bisa melintasi jalan ini.
Sejumlah warga melintasi jembatan irigasi di Desa Sukasari, Kecamatan Purwasari, Karawang, Selasa (25/2/2020). Arus sungai yang deras menyebabkan pengendara sepeda motor tak bisa melintasi jalan ini. Selasa siang, Suryani (48), warga Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, tampak sibuk mengeluarkan air yang memasuki rumahnya. Banjir menggenangi rumahnya sehari sebelumnya hingga setinggi 40 cm.
Menurut dia, tahun ini merupakan yang terparah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. ”Dulu (banjirnya) tidak pernah masuk ke dalam rumah. Semoga ini yang terakhir kalinya,” ucapnya saat sedang membersihkan teras depan rumahnya.
Dimas (26), warga Perumahan Bumi Mutiara Indah I, Kecamatan Cikampek, memilih mengungsi ke rumah saudara karena ketinggian air yang masuk ke rumahnya belum juga surut. ”Ini banjir paling parah, sudah enam kali terjadi sejak awal tahun 2020,” ucapnya.
KOMPAS/MELATI MEWANGI
Anak-anak melintasi jalan yang tergenang banjir setinggi 40 sentimeter di Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Karawang, Selasa (25/2/2020). Banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan dengan awal tahun 2020.
Iin Nasihin (35), petugas perlindungan masyarakat Desa Sukasari, Kecamatan Purwasari, juga cemas banjir bakal terus meninggi. Sedari Senin pagi, ia memantau ketinggian air pada sungai yang terhubung dengan saluran irigasi Tarum Timur.
Dua hari terakhir, Karawang dilanda hujan terus-menerus. Sesekali gerimis, kemudian hujan deras, dan mereda sejenak. Namun, tak selang lama hujan datang lagi. Bagi sejumlah warga yang tinggal di dekat sungai, kondisi tersebut membuat mereka gelisah karena dihantui ancaman banjir.
Rumah Komariah (35), warga Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, dilanda banjir setinggi 50 sentimeter. Dini hari tadi, banjir kembali mendatangi rumahnya. ”Hujan deras semalam membuat air masuk ke rumah lagi. Belum selesai membersihkan sisa yang kemarin, banjir datang lagi,” ucapnya.
Hujan deras semalam membuat air masuk ke rumah lagi. Belum selesai membersihkan sisa yang kemarin, banjir datang lagi.
Upaya penanganan
KOMPAS/MELATI MEWANGI
Pengendara sepeda motor melintasi jembatan Sungai Cilamaya di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, Selasa (25/2/2020). Sungai ini kerap menjadi penyebab banjir yang melanda Kecamatan Cilamaya Wetan. Warga diimbau waspada dengan potensi banjir susulan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karawang Imat Ruchimat mengatakan, penanganan banjir di Kecamatan Rengasdengklok berbeda dengan kecamatan lain, yakni menggunakan mesin pompa. Sebab, penyebab banjir di kecamatan ini adalah air curah yang menggenang di permukaan tanah yang rendah. Air ini disedot untuk disalurkan ke Sungai Citarum.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri mengatakan telah mengajukan kajian penanganan banjir sejak tahun 2019. Ada beberapa faktor penyebab banjir di Karawang, antara lain sampah dan limpasan air dari bendung. Normalisasi sungai akan dilakukan di Sungai Cikaranggelam dan Sungai Cilamaya.
”Solusi jangka panjang untuk banjir akibat meluapnya Sungai Cibeet adalah pembangunan bendung. Proyek ini dalam tahap perencanaan fisik atau detail engineering design,” katanya.
Hal ini didukung Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Awal tahun 2020, Gubernur Jabar Ridwan Kamil berkomitmen menangani masalah banjir di wilayah Karawang, terutama di Desa Karangligar.
”Langkah ini sejalan dengan program Pemprov Jabar serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang sedang membangun Bendung Ciawi dan Bendung Sukamahi. Dengan konsep serupa, bendung akan dibangun di atas Sungai Cibeet,” katanya.