Penerima bantuan pangan nontunai di Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan bahan pokok yang mereka terima memiliki kualitas kurang baik.
Oleh
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Penerima bantuan pangan nontunai di Karawang, Jawa Barat, menilai, bahan pokok yang mereka tebus belum sesuai dengan harapan. Kualitas beras dan kacang hijau, misalnya, masih dikeluhkan dan menjadi perbincangan.
Wacih (40), warga Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, salah satunya. Beras bantuan pangan nontunai (BPNT) yang ia tebus menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera, Senin (10/2/2020), setelah dimasak keras dan pera. ”Ini (beras) kelihatannya bagus kalau dilihat (fisiknya). Rasanya enggak enak,” ujarnya.
Dengan harga Rp 150.000, ia mendapat 10 kilogram beras, 15 telur ayam, dan 400 gram kacang hijau. Baru tahun ini ada tambahan kacang hijau. Jika dibandingkan dengan bantuan beras sejahtera (rastra) yang ia terima sebelumnya, dari segi penampakan, beras BPNT lebih baik, yakni berwarna lebih putih dan bersih. Namun, sebaliknya, dari segi rasa dan tekstur setelah diolah, rasanya tidak jauh berbeda.
Ia juga kebingungan mengolah kacang hijau karena harus membeli bahan pelengkap lainnya, seperti santan dan gula merah. Untuk membeli bahan tersebut, uang yang dikeluarkan tidak sedikit. Wacih berharap kacang hijau bisa diganti bahan pokok lain yang lebih bermanfaat, misalnya gula pasir atau minyak goreng.
Warcem (60), penerima bantuan lain, mengeluhkan hal yang sama. Beras yang ia tebus berbau apek dan nasi yang dihasilkan tidak pulen. Ia siasati hal itu dengan cara mencampur beras BPNT dengan beras yang dibeli di warung. Artinya, ada pengeluaran tambahan. ”Berasnya bear pisan (pera sekali). Kalau tidak dicampur (berasnya), nasinya jadi keras, teu kuat dhaharnya,” kata Warcem sambil menunjukkan giginya yang ompong.
Kabar mengenai beras BPNT yang tidak sesuai harapan itu menjadi buah bibir di kalangan para penerima manfaat BPNT. Rohimi (40), warga lain, menyangka hanya beras miliknya saja yang tak sesuai harapan. Rupanya warga desa lain juga mengalami hal yang sama. Mereka pun menduga beras bantuan tersebut bukanlah jenis premium. Namun, telah dicampur beras rastra atau beras stok lama.
Tidak hanya beras yang digunjingkan, tetapi juga kacang hijau. ”Kalau mau bikin kacang hijau modalnya tambah lagi. Dikumpulin dulu. Nanti dimasak sekalian,” katanya. Data Dinas Sosial Kabupaten Karawang, jumlah penerima BPNT tahun 2018 sebanyak 145.317 KPM (keluarga penerima manfaat). Periode Oktober 2018-Oktober 2019 sebanyak 141.846 KPM, sedangkan periode Oktober 2019-Januari 2020 menjadi 163.752 KPM.
Hal berbeda dikatakan Surnah (45), penerima BPNT di Kecamatan Majalaya. Ia senang dengan kualitas beras yang ia terima. ”Warnanya putih, bulat-bulat, bersih, dan enak rasanya. Ini lebih bagus dibandingkan beras bantuan yang dulu itu,” katanya. Kacang hijau yang ia dapat masih disimpan di bawah meja. ”Besok-besok bisa dibuat bubur kacang hijau, nanti dimakan ramai-ramai,” ujarnya.
Penjelasan pemerintah
General Manager Perum Bulog Subdivisi Regional Karawang Rusli mengatakan, beras BPNT yang diterima warga bukanlah beras campuran rastra, seperti dugaan warga. Ia menjamin beras BPNT yang disalurkan merupakan beras premium. Gabah yang digiling saat ini merupakan hasil panen padi Juli-Agustus 2019. Jika ada beras berwarna kuning dan patahan tercampur, ia menduga karena gabah yang disimpan sudah membawa potensi tersebut sejak awal.
Beras premium, kata Rusli, ditentukan dari dua indikator, yakni nilai derajat sosohnya adalah 100 persen dan butir patah maksimal sebesar 15 persen. Sementara dari segi organoleptik (flavor) beras premium tidak ditentukan. Menurut dia, setiap daerah memiliki flavor dan tekstur beras berbeda. Ia menyebutkan beras yang diterima warga Karawang berasal dari Karawang, Klaten, dan Subang.
”Perbedaan flavor itu ada dua kemungkinan, yakni jenis gabah setiap daerah memiliki karakter flavor yang berbeda meski sama-sama beras premium atau usia simpan gabah yang lama,” ucapnya. Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Karawang Danilaga mengatakan, alasan Kabupaten Karawang memilih ketiga jenis bantuan pangan itu karena relatif mudah didapatkan di pasar atau di mana saja serta arahnya untuk mendukung program penanganan anak tengkes.
Penetapan bahan pokok bersifat sementara. Pemerintah Kabupaten Karawang akan mengevaluasi penetapan jenis komoditas tersebut. ”Masukan dari keluarga penerima manfaat akan kami pertimbangkan baik. Kami sangat terbuka dengan masukan jika nanti akan ada penggantian jenis komoditas,” ucapnya.