Pusat Daur Ulang Sampah Seluas 2 Hektar Dibangun di Pasuruan
Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, bekerja sama dengan Project STOP dan PT Nestle Indonesia membangun tempat sampah terpadu reduce, reuse, dan recycle di Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, bekerja sama dengan Project STOP dan PT Nestle Indonesia membangun tempat sampah terpadu reduce, reuse, dan recycle di Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling. Tujuan utamanya mengurangi sampah yang mencemari pantai di Pasuruan.
Project STOP adalah program kemitraan dengan kota atau kabupaten untuk menjalankan sistem pengelolaan sampah secara komprehensif. Diluncurkan tahun 2017, kegiatan ini diinisiasi Borealis dan SYSTEMIQ. Kalangan swasta dan masyarakat setempat ikut dilibatkan. Pasuruan adalah daerah ketiga di Indonesia setelah Muncar (Banyuwangi) dan Jembrana (Bali) yang didorong mengolah sampah berkelanjutan tersebut.
Program ini dimulai dengan membangun komitmen dengan pemerintah kabupaten atau kota. Langkah selanjutnya, membangun tempat sampah terpadu reduce, reuse, dan recycle (TPST3R) sebagai pusat pengolahan dan daur ulang sampah beserta peralatan dasarnya. Pendampingan pada masyarakat untuk mengumpulkan dan memilah sampah sejak dari rumah juga dilakukan.
”Kabupaten Pasuruan dipilih karena adanya dukungan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Harapannya, program ini bisa menghentikan kebocoran sampah plastik ke laut di Asia Tenggara,” kata Sabrina Mustopo, Direktur PT SYSTEMIQ Lestari Indonesia, di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Kamis (20/2/2020).
Pemerintah Kabupaten Pasuruan bekerja sama dengan Project STOP dan Nestle, Kamis (20/2/2020), berkomitmen mengurangi sampah plastik di lautan dengan membangun tempat pengelolaan sampah terpadu reuse, reduce, dan recycle atau daur ulang seluas 2 hektar di Kecamatan Lekok dan Nguling.
Komitmen
Dalam kegiatan itu, Pemkab Pasuruan bakal menyediakan lahan seluas 2 hektar sebagai lokasi pembangunan TPST3R. Terletak di Desa Balung Anyar, Kecamatan Lekok, kegiatan ini bakal menjangkau daerah-daerah sekitarnya. Program ini direncanakan dimulai Maret 2020.
Berdasarkan penelitian Project STOP, warga Lekok dan Nguling menghasilkan 39,5 ton sampah per hari. Sebanyak 76,96 persen atau setara 30,4 ton adalah sampah rumah tangga, sedangkan 23,04 persen atau sebanyak 9,1 ton berupa sampah nonrumah tangga.
Perlakuan pada sampah-sampah itu bervariasi. Sebanyak 50 persen di antaranya dibakar, dibuang ke sungai (17 persen), dibuang ke kebun (13 persen), ditransfer ke fasilitas pengolah sampah (9 persen), dibuang di pantai (6 persen), dan dikubur (4 persen).
Kompas
Direktur PT SYSTEMIQ Lestari Indonesia Sabrina Mustopo memberikan sambutan.
Kemasan
Debora Tjandrakusuma, Corporate Affair Director PT Nestle Indonesia, mengatakan, pihaknya adalah perusahaan makanan dan minuman pertama yang bekerja sama dengan Project STOP. Nestle memberikan dana sebesar 1,6 juta Swiss franc sebagai tambahan dukungan finansial dari para co-founder Borealis, Pemerintah Norwegia, Borouge, Veolia, dan Nova Chemicals.
Nestle, kata Debora, berkomitmen memastikan 100 persen kemasannya dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada 2025. Tujuannya, menciptakan sistem berkelanjutan dan sirkular yang fokus pada tiga pekerjaan utama. Ketiganya adalah pengembangan kemasan untuk masa depan, membantu menciptakan masa depan bebas dari sampah, serta mendorong perubahan perilaku dan memberikan pemahaman baru menggunakan kemasan.
”Untuk jangka panjang, kami ingin menghentikan kebocoran sampah plastik ke lingkungan, di wilayah operasi Nestle di seluruh dunia, termasuk di Kabupaten Pasuruan,” ujarnya.
Untuk jangka panjang, kami ingin menghentikan kebocoran sampah plastik ke lingkungan, di wilayah operasi Nestle di seluruh dunia, termasuk di Kabupaten Pasuruan.
Kompas
Bupati Pasuruan, Jawa Timur, Irsyad Yusuf
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf menyambut baik program ini. Pengolahan sampah adalah salah satu prioritas pembangunan di Pasuruan. Ia mencontohkan, pemindahan tempat pemrosesan akhir Kenep di Kecamatan Beji yang sudah melebihi kapasitas ke tempat baru di Wonokerto, Kecamatan Sukorejo. Selain itu, ada program satu desa satu bank sampah.
”Semua kami lakukan untuk menangani persoalan sampah,” kata Irsyad.
Ke depan, ia berharap Project STOP tidak sekadar mengenalkan teknologi dan sistem pengelolaan sampah, tetapi juga dapat mendorong budaya dan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari rumah.
”Kami sangat senang dan termotivasi untuk bekerja sama dengan Nestle dan Project STOP dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang holistik. Hal ini merupakan salah satu cara mewujudkan cita-cita Indonesia, mencapai target pengurangan sampah di lautan hingga 70 persen pada tahun 2025,” tambahnya.