Pantura Barat Jateng Dikepung Bencana, 1.000 Lebih Warga Mengungsi
Hujan berintensitas lebat memicu sejumlah bencana di pesisir utara bagian barat Jawa Tengah. Ribuan rumah terendam banjir.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Hujan dengan intesitas lebat yang mengguyur sejumlah wilayah di pesisir utara bagian barat Jawa Tengah, Rabu-Kamis (19-20/2/2020) menyebabkan banjir di Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang serta tanah bergerak di Kabupaten Tegal. Lebih dari 1.000 orang mengungsi akibat kejadian tersebut.
Hujan lebat mulai turun di pesisir pantai utara barat Jateng, Rabu pukul 18.00 hingga Kamis pukul 13.00. Di Kota Pekalongan, dua sungai besar, yakni Sungai Bremi dan Sungai Meduri, meluap dan merendam hampir seluruh wilayah kota. Ketinggian air bervariatif, berkisar 10-70 sentimeter (cm).
Di Kota Pekalongan, dua sungai besar, yakni Sungai Bremi dan Sungai Meduri, meluap dan merendam hampir seluruh wilayah kota.
”Banjir kali ini terbilang cukup parah karena merendam hampir 80 persen Kota Pekalongan. Sedikitnya 1.347 orang mengungsi,” kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga, Kamis siang.
Hingga Kamis siang, evakuasi korban banjir menggunakan perahu karet masih berlangsung di Kecamatan Pekalongan Barat. Pemerintah Kota Pekalongan membuka beberapa posko pengungsian antara lain di Masjid Rumah Sakit Umum Daerah Bendan, Masjid Al-Karomah Kelurahan Tirto, Mushola Al Ihsan Kelurahan Tirto, Aula Kelurahan Tirto, Aula Kecamatan Pekalongan Barat, Mushola Al Muhibbin Kelurahan Tirto, dan Masjid Muhajirin Pabean.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi, Kamis pagi, Pemerintah Kota Pekalongan menetapkan status tanggap darurat bencana banjir selama tujuh hari (20-27/2/2020). Pemkot Pekalongan juga menyiapkan anggaran darurat yang dialokasikan untuk menyalurkan bantuan logistik, pendirian dapur umum, perbaikan tanggul jebol, dan perbaikan rumah warga yang roboh dampak bencana.
”Anggaran tanggap darurat bencana di Kota Pekalongan untuk tahun 2020 sebesar Rp 1,8 miliar. Adapun besaran dana yang dikucurkan untuk mengatasi bencana kali ini masih akan dihitung sesuai kebutuhan,” ujar Wakil Wali Kota Pekalongan H A Afzan Arslan Djunaid.
Di Kabupaten Pekalongan, banjir dilaporkan merendam 2.320 rumah di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Wiradesa. Ketinggian air di tiga daerah tersebut sekitar 20-90 cm.
”Sampai dengan Kamis siang, sedikitnya 240 orang mengungsi di Masjid PT Dupantex. Adapun penyebab banjir adalah meluapnya Sungai Meduri dan Sungai Sragi karena hujan deras turun tanpa henti sejak Rabu malam,” kata Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Rahardjo.
Sementara itu, di Kabupaten Batang, banjir merendam ribuan rumah di delapan kelurahan, yakni Kelurahan Watesalit, Kelurahan Kasepuhan, Kelurahan Karangasem Utara, Kelurahan Proyonanggan Tengah, Kelurahan Kalipucang Wetan, Kelurahan Kalipucang Kulon, Kelurahan Denasri Kulon, dan Kelurahan Klidang Lor.
Di Kabupaten Batang, banjir merendam ribuan rumah di delapan kelurahan.
Kepala BPBD Kabupaten Batang Ulul Azmi mengatakan, ketinggian air yang merendam permukiman warga berkisar 10-50 cm. Meski hingga Kamis siang, banjir masih merendam, belum ada warga yang mengungsi.
Secara terpisah, Lurah Denasri Kulon Ani Wahyuningsih mengatakan, banjir di Kelurahan Denasri Kulon dipicu meluapnya Sungai Gabus. Menurut dia, Sungai Gabus dangkal akibat sedimentasi. Ia berharap Sungai Gabus segera dinormalisasi agar daya tampungnya menjadi lebih besar.
Di Desa Padasari, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, hujan deras memicu adanya tanah bergerak pada Selasa (18/2/2020) malam. Kondisi tersebut menjadi semakin parah karena Rabu-Kamis hujan deras kembali turun di daerah tersebut.
Pergerakan tanah tersebut mengakibatkan tujuh rumah rusak sedang hingga berat. Akibatnya, 27 orang terpaksa mengungsi.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis siang, sejumlah rumah warga doyong. Lantai dan dinding beberapa rumah tersebut juga retak selebar 25 cm. Beberapa warga terdampak yang mayoritas penerima bantuan program keluarga harapan (PKH) Kementerian Sosial tersebut memperbaiki rumahnya menggunakan biaya sendiri.
”Rumah saya sudah mulai diperbaiki, tapi saya masih takut pulang. Kemungkinan bertahan di sini dulu sampai (situasi) aman,” ucap Kohiriyah (46), korban tanah bergerak.
Kepala Bidang Kesejahteraan Desa Padasari Kosim mengatakan, pemerintah desa sudah mengirim laporan dan surat pemberitahuan resmi terkait kejadian tersebut kepada Pemkab Tegal. Pemerintah desa berharap korban bencana tanah bergerak yang mayoritas warga miskin tersebut dibantu memperbaiki rumahnya.