Maaf, Kami Kini Melonggarkan Ikat Pinggang
Industri MICE terdampak cukup signifikan dari kebijakan penghematan negara. Pemerintah berulang kali meminta maaf ke para pelaku usaha di sektor MICE dan pariwisata. Kini, kebijakan penghematan itu mulai dilonggarkan.
Saat baru menjabat, demi mengencangkan ikat pinggang negara, Presiden Joko Widodo melarang para pejabat pemerintahan mengadakan rapat di hotel-hotel. Negara pun berhasil menghemat puluhan triliun rupiah meski industri MICE (industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran) jadi lesu.
Kini, situasi berbalik. Di bawah tekanan ekonomi akibat wabah virus korona, ikat pinggang yang dulu kencang mulai dilonggarkan. Kementerian dan lembaga negara kini didorong untuk gencar mengadakan rapat-rapat di hotel atau pusat-pusat konvensi.
Pada kisaran 2014-2015 itu, Kabinet Kerja memang sedang melakukan penghematan besar-besaran. Presiden Jokowi yang baru menjabat meminta semua kementerian dan lembaga memangkas anggaran kegiatan nonprioritas. Tujuannya, demi menyalurkan uang kas negara untuk proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi pun menerbitkan Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2014 tentang Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara. Isinya, menginstruksikan semua aparatur negara berhemat.
Lewat penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP), para pejabat diminta ”hidup” sederhana. Penggunaan listrik dikurangi, perjalanan dinas dipangkas, serta makanan dan minuman yang disuguhkan pada rapat-rapat pun lebih merakyat. Para pejabat juga diminta mengurangi rapat di luar kantor dan memaksimalkan penggunaan ruang rapat di gedung kementerian.
Presiden Joko Widodo sudah memberi contoh ketika mengunjungi acara wisuda putranya, Kaesang Pangarep, di Singapura, dia naik pesawat di kelas ekonomi pesawat komersial. Jokowi tidak menggunakan pesawat kepresidenan. Jokowi juga tidak menggunakan kelas bisnis dengan fasilitas berlimpah.
”Saya datang ke Singapura untuk urusan keluarga, bukan urusan kenegaraan. Jadi, saya tidak menggunakan fasilitas kenegaraan,” kata Jokowi. Media-media asing langsung memberitakan hidup sederhana ala Jokowi itu. BBC, misalnya, menulis, Indonesian president flies economy to son’s graduation pada 22 November 2014(Kompas, 1 Desember 2014).
Minta maaf
Pengiritan itu berlangsung cukup lama sebelum akhirnya pada awal 2019 ditarik Presiden. Industri MICE terdampak cukup signifikan dari kebijakan penghematan itu. Pemerintah berulang kali meminta maaf kepada para pelaku usaha di sektor MICE dan pariwisata.
”Mungkin ini berdampak kepada Anda semua, tetapi ini harus kami lakukan, kami minta maaf,” demikian ucap Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, pertengahan November 2014, di hadapan para pengusaha sektor penerbangan, perhotelan, dan pariwisata, yang memadati ruangan Hotel Grand Hyatt dalam acara Indonesia Investment Forum.
Mungkin ini berdampak kepada Anda semua, tetapi ini harus kami lakukan, kami minta maaf.
Tak hanya Bambang, Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kesempatan terpisah juga menyampaikan permintaan maafnya. Kalla, yang juga seorang pengusaha, menyadari banyak pengusaha yang menjerit protes karena kebijakan itu merugikan mereka.
”Semua hotel protes, saya tahu. Tetapi, bagaimana kalian minta bangun infrastruktur dan bangun jalan kalau uang kita habis untuk rapat di hotel?” ucap Kalla di hadapan pengusaha yang hadir dalam acara Tempo Economic Briefing, Desember 2014.
Semua hotel protes, saya tahu. Tetapi, bagaimana kalian minta bangun infrastruktur dan bangun jalan kalau uang kita habis untuk rapat di hotel?
Tujuan berhemat itu tercapai. Pada APBN 2017 dan 2018 terjadi penghematan atau efisiensi anggaran di lingkungan pemerintah secara signifikan. Pada 2017, pemerintah berhasil berhemat Rp 41,15 triliun. Pada 2018, ikat pinggang diketatkan lebih kencang hingga berhasil menghemat anggaran Rp 64,8 triliun.
Baca juga: Pemprov Jabar Gunakan Aplikasi Daring untuk Menghemat Perjalanan Dinas
Enam tahun berlalu, persoalan berganti. Mengawali tahun 2020, pemerintah tidak lagi pusing memikirkan cara menghemat anggaran demi membangun infrastruktur, tetapi cara menggairahkan ekonomi dalam negeri yang lesu akibat dampak dari wabah virus Covid-19 dari Wuhan, China.
Wabah virus yang sudah mendunia itu tidak hanya menjatuhkan banyak korban jiwa, tetapi juga menghantam kondisi perekonomian banyak negara. Di Indonesia, salah satu industri yang paling terdampak adalah pariwisata.
Pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia 16,11 juta kunjungan. Jumlahnya naik dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama pada 2018, yakni 15,81 juta kunjungan.
Selama ini, China merupakan salah satu penyumbang jumlah wisman terbesar di Indonesia. Pada 2019, total realisasi kunjungan turis China mencapai 2 juta. Devisa yang dihasilkan dari kunjungan wisman China selama setahun sekitar Rp 39 triliun atau 2,8 miliar dollar AS.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menaksir, wabah virus ini berisiko merugikan sektor pariwisata hingga 4 miliar dollar AS dalam satu tahun. Angka itu setara Rp 54,6 triliun dalam satu tahun.
Selama ini, pariwisata menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sektor pariwisata yang lesu dapat berdampak pada roda perekonomian daerah yang selama ini menjadi destinasi wisata.
Rapat di hotel
Pemerintah pun menggodok sejumlah opsi untuk kembali membangkitkan gairah industri pariwisata Indonesia dan menyehatkan kondisi perekonomian dalam negeri. Serangkaian rapat koordinasi digelar lintas kementerian sepanjang Rabu (19/2/2020). Namun, hingga Rabu malam belum ada hasil keputusan pasti.
Setidaknya, ada dua opsi, antara kebijakan insentif dan non-insentif. Pertama, menawarkan insentif kepada pelaku usaha di sektor pariwisata untuk memberikan diskon tarif agar menarik perhatian wisman dari negara lain.
Bentuknya bisa berupa insentif fiskal/pajak kepada para pelaku usaha, atau bantuan pemerintah menanggung kebutuhan biaya pemasaran maskapai, hotel, atau perusahaan travel.
Kedua, berbagai upaya kebijakan lain, seperti menggenjot perjalanan domestik dan pasar pariwisata dalam negeri. Terkait dengan itu, industri MICE yang selama ini kurang mendapat perhatian pun diharapkan bisa signifikan mendongkrak pariwisata Indonesia yang mengalami kelesuan pasca-merebaknya virus Covid-19.
Baca juga: Tamu Asing Turun, Hotel Andalkan Pasar Domestik
Industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran itu merupakan industri yang paling cepat mendatangkan devisa. Pasalnya, karakter turis MICE biasanya berbelanja jauh lebih besar ketimbang wisatawan leisure pada umumnya.
Meski selama ini kurang mendapat perhatian, potensi pasar MICE cukup besar. Data Kementerian Pariwisata menunjukkan, kunjungan wisatawan mancanegara untuk tujuan MICE terus meningkat, pada 2017 sebanyak 695.000 orang dan pada 2018 sebanyak 1.179.000 orang.
Kunjungan wisatawan mancanegara untuk tujuan MICE terus meningkat, pada 2017 sebanyak 695.000 orang dan pada 2018 sebanyak 1.179.000 orang.
Baca juga: Wisata MICE Berpotensi Menunjang Pariwisata Bali
Ketua International Congress and Convention Association (ICCA) Indonesia Raty Ning pada Rabu lalu di Jakarta mengatakan, pengeluaran seorang turis yang datang untuk berbisnis itu bisalima sampai tujuh kali di atas turis biasa yang datang untuk berlibur.
”Jadi, jika satu turis biasa menghabiskan 100 dollar AS dalam satu hari, turis MICE bisa mencapai 500 dollar AS-700 dollar AS per hari. Jadi, potensinya besar sekali,” ujarnya.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizky Handayani mengatakan, pasar MICE dalam negeri memang harus dihidupkan demi menggenjot industri pariwisata.
”Untuk itu, pemerintah mau tidak mau akan mengubah budaya irit yang selama beberapa tahun terakhir ini diterapkan,” katanya.
Pasar MICE dalam negeri memang harus dihidupkan demi menggenjot industri pariwisata. Untuk itu, pemerintah mau tidak mau akan mengubah budaya irit yang selama beberapa tahun terakhir ini.
Persoalan ekstrem memerlukan solusi yang ekstrem. Alih-alih berhemat seperti dulu, kementerian dan lembaga negara kini didorong untuk gencar mengadakan rapat-rapat di hotel atau pusat-pusat konvensi.
Bila perlu, menggencarkan juga rapat dan perjalanan dinas ke sejumlah daerah yang paling terdampak, seperti Bali, Batam, dan Manado.
”Kami tidak bisa memprediksi sampai kapan tentunya, tetapi kami akan dorong supaya lebih banyak pertemuan rapat-rapat dari dalam negeri. Kementerian Perindustrian, misalnya, baru-baru ini melakukan rapat di Labuan Bajo. Yang seperti itu dibutuhkan agar industri pariwisata kita tetap hidup,” kata Rizky.
Kebijakan itu masih searah dengan rencana pemerintah yang ingin lebih mengoptimalkan belanja pada awal tahun 2020 ini.
Pascamerebaknya wabah virus Covid-19, ICCA memperkirakan kinerja industri MICE akan turun sebanyak 20 persen sampai akhir 2020. Kondisi pasar MICE global ikut terpukul dengan adanya sejumlah pembatalan acara besar di sejumlah negara, seperti Singapura dan Malaysia.
Baca juga: Pariwisata Tergerus Dampak Virus
Sampai Mei 2020, kata Direktur JIExpo Convention Center and Theather Ralph Scheunemann, sudah 50 persen penyelenggara acara yang membatalkan atau menjadwalkan ulang kegiatan atau pamerannya di JIExpo Kemayoran.
Salah satu acara yang batal adalah pameran otomotif INAPA 2020 yang seharusnya digelar Maret 2020 ini. Sebesar 80 persen peserta pameran itu berasal dari China. ”Kami harap pemerintah bisa membantu dengan langkah konkret,” katanya.
Raty mengatakan, industri MICE seharusnya bisa berlari lebih kencang jika tidak ada wabah virus Covid-19. Ia berharap pemerintah menyeriusi upaya mendorong lebih banyak pameran atau kegiatan rapat dan konvensi di daerah-daerah yang terpukul wabah virus Covid-19.
Sementara itu, ICCA juga tetap mengincar pasar swasta, yang sejauh ini masih rutin mengadakan acara-acara berskala kecil hingga menengah.
”Keadaannya memang begitu. Pasar wisman sedang seperti ini, maka kita harus gencarkan yang lokal. Kalau rapat hanya 50 orang pun, jangan meeting di Jakarta, lebih baik ke Jogja, atau Bali, hitung-hitung sekaligus jalan-jalan,” katanya.