Kemarau Panjang, Aktivitas Tanam Padi di Magelang Mundur
Musim tanam di Magelang, Jawa Tengah, terlambat. Akibatnya, panen pun molor hingga Mei. Bulog baru bisa menyerap gabah dalam jumlah besar seusai panen raya.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kekeringan dan krisis air irigasi menghambat aktivitas tanam padi di sebagian wilayah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jika biasanya aktivitas tanam sudah mulai dilakukan pada bulan Desember, saat ini sebagian besar petani baru bisa mulai menanam padi pada Januari dan Februari tahun ini.
Setelah sebelumnya lama menunggu-nunggu turun hujan, Nur Rohman, salah seorang petani di Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, akhirnya mulai menanam bibit sekitar dua minggu lalu. Ia memaksakan diri menanam walau kebutuhan air di sawah belum mencukupi.
”Di awal tanam, saya masih harus mengairi sawah dengan menyedot air sungai menggunakan mesin diesel,” ujarnya, Kamis (20/2/2020). Nur Rohman saat ini memiliki 4.000 meter persegi sawah. Lahan tersebut sempat dibiarkan kosong selama tiga bulan karena menunggu hujan.
Muntaqoh, salah seorang perangkat Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, mengatakan, dia mulai menanam padi sejak sebulan lalu, saat kondisi cuaca masih kering. Aktivitas tanam ini, menurut dia, terpaksa dilakukannya karena umur bibit yang disemaikan sudah terlalu tua.
Di awal tanam, saya masih harus mengairi sawah dengan menyedot air sungai menggunakan mesin diesel.
”Untuk menyemaikan benih padi sebenarnya hanya membutuhkan waktu dua minggu. Namun, karena menunggu hujan, benih terpaksa ditahan dan baru saya tanam setelah 21 hari berada di persemaian,” ujarnya.
Karena cuaca belum mendukung, ketika itu, Muntaqoh pun terpaksa harus terus-menerus menyedot air sungai untuk memenuhi kebutuhan air di sawah. ”Aktivitas tanam tetap bisa dilakukan, tetapi biaya operasional pertanian terpaksa bertambah,” ujarnya.
Selama satu bulan, Muntaqoh mengatakan, dirinya harus tiga kali menyedot air dari sungai. Dalam satu kali penyedotan, dia butuh 20 liter bensin untuk menghidupkan mesin airnya.
Luas areal pertanian di Desa Tanjungsari mencapai 32 hektar. Karena kondisi kekeringan dan kemarau panjang tersebut, rata-rata usia tanaman padi di seluruh Desa Tanjungsari baru satu bulan saja.
Widodo, perangkat Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, mengatakan, dari 70 hektar areal sawah di Desa Bumirejo, baru sekitar 10 persen yang ditanami padi. ”Sekitar 90 persen sawah sisanya saat ini baru sebatas dibajak,” ujarnya.
Aktivitas membajak ini dilakukan sembari menunggu benih padi disemaikan di lahan. Widodo mengatakan, petani yang sudah mulai menanam padi adalah mereka yang memiliki lahan yang dialiri air dari sistem irigasi teknis. Adapun petani pemilik lahan tadah hujan dan sawah irigasi nonteknis hanya bisa melakukan aktivitas tanam saat intensitas hujan mulai meningkat.
Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional Wilayah V Kedu Titov Agus mengatakan, mundurnya aktivitas tanam tersebut pada akhirnya menghambat aktivitas penyerapan gabah dan beras kualitas medium ataupun premium di gudang Bulog. Dari total target penyerapan sebanyak 19.000 ton beras, saat ini volume beras terserap baru mencapai 751 ton.
Dengan melihat aktivitas tanam saat ini, menurut Titov, penyerapan beras dalam jumlah besar baru akan bisa dilaksanakan pada musim panen raya, yang diprediksi berlangsung Mei mendatang.