Pemprov Jawa Barat Gunakan Aplikasi Daring untuk Menghemat Biaya Perjalanan Dinas
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mulai menggunakan layanan aplikasi dalam jaringan untuk menghemat biaya perjalanan dinas. Hal itu juga diyakini bakal mendukung pelaporan keuangan yang transparan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mulai menggunakan layanan aplikasi dalam jaringan untuk menghemat biaya perjalanan dinas. Hal itu juga diyakini bakal mendukung pelaporan keuangan yang transparan.
Pilihan digital itu tertuang dalam kerja sama Pemprov Jabar dengan beberapa perusahaan aplikasi perjalanan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (18/2/2020). Tiga perusahaan yang ambil bagian dalam kerja sama ini ialah PT Aero Globe Indonesia (Aerotravel), PT Global Tiket Network (Tiket.com), dan PT Trinusa Travelindo (Traveloka).
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menuturkan, kerja sama ini dilakukan untuk mengakomodasi keperluan perjalanan dinas aparatur sipil negara. Digitalisasi ini diterapkan sebagai bagian dari inovasi sektor pengadaan jasa di lingkungan pemerintahan provinsi pertama di Indonesia.
Selama ini, biaya akomodasi dilakukan secara manual oleh setiap dinas. Kamil berujar, proses tersebut berpotensi mengakibatkan keborosan anggaran karena tidak leluasa memilih tiket perjalanan dengan melihat beberapa pilihan.
Menurut Kamil, jika pemesanan dilakukan dengan aplikasi daring, semua opsi bisa dilihat sehingga pihak pengadaan jasa bisa memilih yang lebih hemat. Bahkan, dia mengklaim penggunaan teknologi digital ini mampu menghemat anggaran hingga 30 persen.
”Pemborosan ini bisa dilihat dari harga tiket yang dipilih terkadang terlalu tinggi, bahkan bisa dua kali lipat. Kebiasaan asal beli ini tidak mengoptimalkan harga sehingga berdampak pada potensi anggaran yang tidak efisien,” tuturnya.
Kamil memaparkan, dalam kurun satu tahun, total anggaran perjalanan dinas di Jabar mencapai Rp 37 miliar. Jumlah ini melonjak hingga sekitar Rp 190 miliar jika digabung dengan biaya pemesanan hotel dan pertemuan.
”Nanti, semuanya akan dievaluasi. Kalau ternyata bisa menghemat, kami akan mengurangi anggaran perjalanan dinas,” ujar Kamil.
Pemborosan ini bisa dilihat dari harga tiket yang dipilih terkadang terlalu tinggi, bahkan bisa dua kali lipat. Kebiasaan asal beli ini tidak mengoptimalkan harga sehingga berdampak pada potensi anggaran yang tidak efisien. (Ridwan Kamil)
Sektor wisata
Di tempat yang sama, perusahaan akomodasi daring, Airy, juga turut menandatangani kerja sama mengembangkan sumber daya manusia pariwisata di Jabar. Upaya itu akan dilakukan di 30 desa wisata di Jabar.
Kamil menuturkan, penerapan provinsi digital di bidang pariwisata dilakukan dengan menyediakan akomodasi berbasis digital. Berdasarkan informasi Badan Pusat Statistik tahun 2018, dari 47.801 tenaga kerja di sektor pariwisata, hanya 10.994 orang yang dengan dasar pendidikan kepariwisataan dan ramah dengan teknologi digital.
CEO Airy Alfonso Kodoatie menuturkan, industri pariwisata tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi. Dengan menggunakan aplikasi, pengalaman perjalanan wisata menjadi lebih nyaman dan personal.
”Kami yakin sumber daya manusia menjadi kunci untuk mencapai pariwisata 4.0. Kerja sama ini bisa menguatkan komitmen kami mengembangkan dunia pariwisata di Indonesia,” ujarnya.