Tangis Haru Sambut Delapan Mahasiswa ”Wuhan” di Aceh
Delapan mahasiswa asal Aceh yang berkuliah di Wuhan, China, Senin (17/2/2020), tiba di Aceh setelah sebelumnya menjalani masa karantina di Natuna, Kepulauan Riau. Mereka disambut penuh haru oleh keluarga.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
JANTHO, KOMPAS – Delapan mahasiswa asal Provinsi Aceh yang berkuliah di Wuhan, China, Senin (17/2/2020), tiba di Aceh setelah sebelumnya menjalani masa karantina di Natuna, Kepulauan Riau. Mereka telah dinyatakan bebas dari paparan virus korona jenis baru.
Kepulangan mereka disambut pebuh haru dan bahagia oleh keluarga serta kerabat. Mahasiswa yang telah tiba di Aceh adalah Ory Safwar, Siti Mawaddah, Maisal Jannah, Hayatul Hikmah, Intan Magfirah, Alfi Rian Tamara, Ita Kurniawati, dan Jihadullah. Mereka diterbangkan dari Jakarta dan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh dengan menumpang pesawat komersial Citilink.
Tiba di bandara, mereka disambut sukacita oleh keluarga dan kerabat. Isak tangis dan haru mewarnai kedatangan para mahasiswa itu. Rasa gelisah menanti kepastian kepulangan keluarga kini terbayar sudah.
Sebanyak 13 mahasiswa Aceh yang kuliah di Wuhan, China, menjalani karantina di Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, selama 14 hari untuk memastikan bebas dari paparan virus korona jenis baru atau Covid-19. Selain disambut keluarga, hadir juga Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri.
Begitu keluar dari pintu kedatangan, Hayatul Hikmah (27) langsung memeluk adiknya, Jumala (23), yang sejak pagi menunggu. Hayatul kuliah di University of Science and Technology (HUST) Wuhan. ”Alhamdulillah, kami semua sehat,” kata Hayatul.
Sebelum tiba di Aceh, Hayatul menjalani pemeriksaan dan perawatan kesehatan di Natuna. Mereka dibekali surat keterangan bebas dari paparan Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan RI.
Jumala juga menunjukkan kebahagiaan. Dia memeluk erat kakaknya. ”Alhamdulillah, kakak kembali dengan selamat,” kata Jumala.
Setelah tiba di Aceh, Hayatul akan segera kembali ke rumahnya di Kabupaten Sigli, 100 kilometer dari Banda Aceh. Hayatul juga berharap kondisi China segera pulih agar dia bisa melanjutkan pendidikan di Wuhan.
Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri mengatakan, 13 mahasiswa Aceh itu tergabung dalam 243 WNI yang mengikuti observasi di Natuna setelah dievakuasi dari Kota Wuhan. Mereka telah mengikuti pemeriksaan intensif.
”Selama masa karantina, mereka dua kali sehari diperiksa kesehatannya, jadi memang sesuai standar WHO. Jadi kami imbau masyarakat terima adik-adik kita ini seperti biasa karena mereka sehat,” kata Alhudri.