Sejumlah puskesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta kehabisan stok vaksin program imunisasi polio. Anggaran Rp 440 juta disiapkan guna pengadaan vaksin polio secara mandiri.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sejumlah puskesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta kehabisan stok vaksin untuk program imunisasi polio. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan anggaran Rp 440 juta guna pengadaan mandiri vaksin polio sambil menunggu pengiriman dari pemerintah pusat.
”Stok vaksin menipis sebelum akhir 2019. Kami perkirakan sekitar November. Kami sudah minta kepada pemerintah pusat sejak waktu itu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimwa Yogyakarta (DIY) Pembayun Setyaning Astutie di Yogyakarta, Kamis (13/2/2020).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pemerintah pusat bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pendistribusian logistik imunisasi. Logistik itu termasuk vaksin yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Program Imunisasi.
Dalam menyikapi persoalan ini, Dinas Kesehatan DIY telah menghitung jumlah kebutuhan vaksin polio per bulan. Dari hasil penghitungan, kebutuhan vaksin mencapai 10.000 dosis, atau sekitar 2.600 vial per bulan. Anggaran Rp 440 juta telah disiapkan untuk melakukan pengadaan mandiri.
Pembayun menyampaikan, pihaknya berupaya semaksimal mungkin bisa mencukupi kebutuhan vaksin polio. Sebelumnya, dua dinas kesehatan tingkat kabupaten dan kota, yakni Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, sudah melakukan pengadaan mandiri untuk mencukupi kebutuhan vaksinasi polio. Harapannya, vaksin polio dari pemerintah pusat bisa segera dikirimkan sehingga persoalan teratasi.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengungkapkan, vaksin polio mulai menipis jumlahnya di tingkat puskesmas sejak Oktober 2019. Pihaknya berusaha mencukupi kebutuhan vaksin tersebut dengan melakukan pengadaan pada Desember 2019. Namun, stok tersebut habis pada Januari 2020.
”Kalau sampai pertengahan Februari 2020 tidak ada kepastian dari Dinas Kesehatan DIY, kami akan mengusahakan sendiri. Pertimbangannya adalah pentingnya vaksinasi polio untuk membangun kekebalan bayi terhadap penyakit itu,” kata Joko.
Kalau sampai pertengahan Februari 2020 tidak ada kepastian dari Dinas Kesehatan DIY, kami akan mengusahakan sendiri. (Joko Hastaryo)
Joko menyatakan, menurut rencana, anggaran yang disiapkan untuk penganggaran vaksin polio mandiri itu sebesar Rp 250 juta. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap vaksin polio selama 2-3 bulan ke depan. Dengan anggaran itu, dapat diperoleh sekitar 6.500 dosis vaksin polio.
Vaksin yang tersedia itu diprioritaskan bagi bayi yang belum pernah menerima vaksin polio dan yang baru sekali menerima vaksin polio. Sebab, vaksin polio itu diberikan sebanyak tiga kali kepada bayi.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu menyampaikan, menipisnya stok vaksin di wilayahnya juga ditangani dengan pengadaan vaksin mandiri. Namun, pengadaan tersebut jumlahnya sangat terbatas sehingga sudah habis digunakan pada Januari dan Februari.
”Kami melakukan pengadaan ini untuk mengejar UCI (universal child immunisation). Bayi-bayi yang usianya setahun harus imunisasi lengkap. Pemerintah Kota Yogyakarta punya inisiatif untuk membelikan, tapi jumlahnya memang sangat terbatas,” kata Endang.
Kepala Puskesmas Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Tri Kusumo Bawono menyampaikan, stok vaksin polio habis di puskesmasnya, Selasa (11/2/2020) siang. Akibatnya, sejumlah bayi harus masuk antrean vaksinasi polio. Sudah ada 20 bayi yang masuk dalam antrean tersebut. Mereka akan divaksinasi segera setelah puskesmas itu menerima stok vaksin polio.
”Sekarang ini masuk ke waiting list. Nanti kami akan menghubungi mereka melalui Whatsapp, SMS, atau telepon setelah vaksinasi bisa dilakukan,” kata Tri.