Jalur menuju Gunung Bromo di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (13/2/2020), tertimbun material longsor. Hingga kini, timbunan longsor belum dievakuasi.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Jalur menuju Gunung Bromo di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (13/2/2020), tertimbun material longsor. Hingga kini, timbunan tanah tersebut belum dievakuasi.
”Saat longsor terjadi, wilayah tersebut sedang gerimis. Material longsor berupa tanah dan batu menutupi jalan selebar 3 meter sepanjang 5 meter,” kata Kepala Resor Gunung Penanjakan, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Djoko Puruito Riadi, Kamis.
Longsor terjadi di Blok Pakis Bingkil, masuk di dalam kawasan TNBTS. Titik lokasi longsor berada di wilayah Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Lokasi longsor merupakan jalur berbukit-bukit dengan ketinggian 2.339 meter di atas permukaan laut. Longsor terjadi pada Rabu (12/2/2020) pukul 15.20.
Menurut Djoko, kondisi longsor tersebut terbilang kecil. Sebab, pada musim hujan juga sering terjadi longsor serupa di jalur menuju Gunung Bromo tersebut.
”Untuk menyingkirkan material longsor itu mudah karena secara manual bisa disingkirkan dalam 1-2 hari ini. Namun, karena masuk kawasan TNBTS, penanganannya butuh koordinasi dan penelitian lebih lanjut. Mengenai penyebabnya apa dan cara menyikapinya seperti apa,” kata Djoko.
Penanganan longsor tersebut, menurut Djoko, tidak bisa sembarangan. Sebab, jika dilakukan tergesa-gesa dan tanpa perhitungan, dikhawatirkan justru akan merusak ekosistem di kawasan taman nasional itu.
Meski tertutup material longsor, wisatawan, menurut dia, tetap bisa melewatinya dengan berjalan kaki lalu naik kuda menuju ke Bromo. ”Saat ini pun kawasan Gunung Bromo dan laut pasir masih tertutup untuk kendaraan bermotor. Ini untuk menghormati tradisi Tengger dalam Wulan Kepitu,” katanya.
Untuk menghormati ibadah dan tradisi warga suku Tengger pada Wulan Kepitu, masyarakat di kawasan Bromo bersama pemangku kewenangan di sana bersepakat menggelar Bromo car free month atau Bromo bebas kendaraan bermotor selama sebulan sejak 24 Januari 2020. Kesempatan itu akan digunakan untuk memulihkan ekosistem di sana, yang dimungkinkan terganggu setelah selama berbulan-bulan disesaki wisatawan.
Wulan Kepitu adalah bulan ketujuh dalam kalender Tengger di mana dianggap merupakan bulan suci. Pada saat itu, sesepuh Tengger akan melakukan pasa mutih atau berpuasa putih dengan tujuan menahan perilaku atau sifat keduniawian.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Khuzaini, mengatakan bahwa hingga kini pihaknya masih berkoordinasi terkait longsor tersebut. ”Kami terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait mengenai evakuasi material longsoran. Apakah akan mendatangkan alat berat atau skema lainnya. Yang jelas hari ini alat berat disiapkan untuk meluncur ke lokasi jika dibutuhkan,” katanya.
Selama masa bebas kendaraan bermotor, sebagian pelaku jasa wisata di kawasan Bromo memilih untuk libur. Selain untuk menghormati tradisi masyarakat setempat, mereka juga mengaku akan lebih repot untuk membawa rombongan wisatawan jika tidak menggunakan kendaraan.
”Sebenarnya banyak pelanggan menanyakan trip ke Bromo. Namun, kami memilih libur karena kendaraan hanya bisa sampai ke Penanjakan dan tidak bisa turun hingga ke laut pasir. Daripada layanan kami kurang maksimal, lebih baik kami libur dahulu selama sebulan,” kata Dendy Santosa, penyedia jasa wisata menuju Bromo.
Untuk menuju Gunung Bromo, wisatawan bisa menempuh tiga rute, yaitu melalui Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Malang. Lokasi di dalam kawasan TNBTS tersebut merupakan tempat bermukim suku Tengger.