Rutin Picu Inflasi, BI Kalsel Kembangkan Kluster Ikan Gabus
Bank Indonesia mendorong budidaya ikan gabus yang selama ini selalu menjadi salah satu komoditas pemacu inflasi di Kalimantan Selatan. Dengan memperbesar pasokan, permintaan dan persediaan di pasaran diharapkan imbang.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Bank Indonesia mendorong percontohan budidaya ikan gabus yang selama ini selalu menjadi salah satu komoditas pemacu inflasi di Kalimantan Selatan. Dengan memperbesar pasokan, diharapkan permintaan dan persediaan produk ikan gabus di pasar lebih berimbang.
Pada Januari 2020, inflasi Kalimantan Selatan tercatat sebesar 0,31 persen (month to month/MTM) dan 3,07 persen (year on year/YOY). Inflasi tersebut dihitung dari tiga kota penghitung inflasi, yaitu Banjarmasin, Tanjung, dan Kota Baru. Inflasi utamanya bersumber dari kelompok bahan makanan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel mencatat ada lima komoditas pendorong inflasi terbesar jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu (YOY), yaitu beras, ikan gabus, rokok keretek filter, mobil, dan ikan nila. Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (MTM), pendorong inflasi terbesar adalah ikan gabus, minyak goreng, rokok keretek filter, mobil, dan cabai merah.
Kepala Kantor Perwakilan BI Kalsel Amanlison Sembiring di Banjarmasin, Rabu (12/2/2020), mengemukakan, berdasarkan hasil identifikasi komoditas pendorong inflasi dari Januari hingga Desember 2019, ikan gabus tercatat sebanyak 12 kali menjadi komoditas pendorong inflasi. Pada Januari 2020, andil ikan gabus pada inflasi Kalsel tercatat sebesar 0,38 persen YOY.
”Dari inflasi itu tecermin persediaan ikan gabus selalu masih kurang, sementara kebutuhannya tetap atau bahkan cenderung meningkat, sehingga harganya pun naik. Maka, sisi produksi atau suplainya harus digarap bersama,” katanya.
Menurut Amanlison, pihaknya sudah mulai mengembangkan kluster ikan gabus di Hulu Sungai Tengah. Meskipun bukan jawaban dari semua persoalan inflasi, setidaknya kluster itu bisa menjadi percontohan budidaya ikan gabus. Jika berhasil, bukan mustahil untuk menambah suplai atau produksi ikan gabus.
Ia pun berharap kluster ikan gabus itu nantinya bisa direplikasi pemerintah daerah. ”Kami masih terus melakukan survei untuk mencari daerah mana lagi yang cocok untuk budidaya ikan gabus supaya bisa menambah suplainya. Kalau memang bisa dibudidayakan, kami mengajak semuanya untuk bersama-sama membudidayakan ikan gabus,” tuturnya.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Kalsel Dadi Esa Cipta mengatakan, kluster ikan gabus di Hulu Sungai Tengah mulai dikembangkan akhir 2019. Dalam pengembangannya, BI Kalsel bekerja sama dengan pemda dan petani ikan setempat.
”Kami melihat di sana ada potensi untuk pengembangan ikan gabus atau haruan, maka kami fasilitasi. Kami coba mendorong dengan memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan dan peralatan,” katanya.
Pada tahap awal atau uji coba, ujar Dadi, budidaya ikan gabus dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan keramba di sungai dan budidaya di kolam. Untuk budidaya di kolam, ikan gabus digabung dengan ikan nila. ”Hasilnya belum diketahui karena memang belum panen,” ujarnya.