27 Warga China Ajukan Perpanjangan Masa Tinggal di Manado
Setidaknya 27 warga negara China yang masih berada di Manado, Sulawesi Utara, telah mengajukan permohonan memperpanjang masa tinggal.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Setidaknya 27 warga negara China yang masih berada di Manado, Sulawesi Utara, telah mengajukan permohonan memperpanjang masa tinggal. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah menetapkan wabah virus korona jenis baru atau Covid-19 sebagai kejadian luar biasa yang menghalangi warga China pulang ke negaranya.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Manado Arthur Mawikere mengatakan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah menerbitkan Permenkumham Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penghentian Sementara Bebas Visa Kunjungan, Visa, dan Pemberian Izin Tinggal Keadaan Terpaksa bagi Warga Negara Republik Rakyat Tiongkok. Warga negara (WN) China dapat tinggal 30 hari lebih lama.
”Permenkumham itu menetapkan wabah virus korona ini sebagai KLB (kejadian luar biasa). Ini juga didasarkan alasan kemanusiaan. Perpanjangan masa tinggal ini hanya berlaku untuk WN China,” katanya, Rabu (12/2/2020).
Jadi, 27 orang sisanya berstatus terdesak karena mereka datang sebagai wisatawan, tidak bisa memperpanjang masa tinggal.
Kepala Seksi Izin Tinggal dan Status Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I TPI Manado Heri Maryono mengatakan, jumlah warga China yang mengajukan permohonan meningkat dari pekan lalu yang sebanyak 15 orang. Sejak itu, 13 orang lainnya juga mendatangi kantor imigrasi untuk tujuan yang sama.
”Dari 15 yang pertama datang, ternyata satu orang punya visa on arrival sehingga bisa diperpanjang. Jadi, 27 orang sisanya berstatus terdesak karena mereka datang sebagai wisatawan, tidak bisa memperpanjang masa tinggal,” kata Heri.
Menurut Heri, wisatawan yang datang pada gelombang pertama kebanyakan perempuan bersama anak-anaknya yang mengunjungi suaminya, tenaga kerja di Sulut. Sementara itu, sisanya adalah wisatawan biasa.
Heri mengatakan, mereka takut pulang karena khawatir tertular Covid-19. Di samping itu, Pemerintah Provinsi Sulut telah menutup penerbangan langsung ke China sejak 1 Februari. Kebanyakan warga negara China tersebut datang pada 17 dan 21 Januari.
Kita pasti menunggu situasi. Kalau perlu, pasti diperpanjang.
Masa berlaku Permenkumham No 3/2020 itu, kata Heri, berakhir pada 29 Februari. Namun, ia memperkirakan Kemenkumham akan menambah masa berlakunya. ”Kita pasti menunggu situasi. Kalau perlu, pasti diperpanjang,” ujarnya.
Heri mengatakan, saat ini dirinya belum mengetahui jumlah WN China yang masih berada di Sulut. Pihaknya terbantu dalam mendata WN China karena ada warga Manado yang mengumpulkan WN China dan menyarankan mereka melapor ke Kantor Imigrasi Manado.
Baik Arthur maupun Heri tidak mengetahui di mana para WN China tinggal sejak penerbangan ditutup. Namun, ia menyebutkan, kebanyakan tersebar di berbagai hotel di Manado. ”Sebagian di Fourpoints, ada juga dua orang di NDC Resort,” kata Heri.
Sebelumnya, Asisten Manajer Sumber Daya Manusia Hotel Fourpoints Manado Marischya Paneseh mengatakan, ada wisatawan China yang masih tinggal di hotelnya setelah penerbangan langsung Manado-China ditutup. Namun, hingga Rabu malam, tidak satu WN China pun yang tampak di lobi hotel.
Tidak pula terlihat wisatawan China di sekeliling kota. Pusat oleh-oleh milik MM Travel, UKM Jendela Indonesia, pun terlihat sepi. Bus-bus sewaan dari Makassar yang diparkir di halaman toko untuk mengantar tamu dari China tidak lagi terlihat.
Hingga kini belum ada lagi laporan warga negara China ataupun Indonesia yang dicurigai terjangkit Covid-19. Kepala Bidang Medik RSUP Prof Dr RD Kandou, dr Handry Takasenseran, mengatakan, pasien terakhir yang dirawat di ruang isolasi telah diperbolehkan pulang pada Minggu (9/2) siang.
Pasien itu adalah GY, bocah laki-laki berusia 2,5 tahun asal China. GY dirawat sejak Selasa (4/2). Handry mengatakan, dirinya mengalami radang paru-paru dengan suhu tubuh tinggi. Namun, dalam lima hari keadaannya membaik.
”Apusan hidung, tenggorokan, dan dahak sudah diuji di Laboratorium Virologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Tidak hanya dia, tetapi juga WZ (36), ayahnya, dan LD (31), ibunya. Semua negatif terkena virus korona,” kata Handry.
Hingga Rabu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 44.000 kasus infeksi Covid-19. Tingkat kematian mencapai 2 persen dari kasus. Namun, Indonesia belum melaporkan adanya infeksi virus korona kendati menerima lebih dari 100.000 wisatawan China setiap tahun.
Handry mengatakan, selama WHO belum mencabut status darurat global virus korona tipe baru, RSUP Kandou akan terus bersiaga bersama lebih dari 20 rumah sakit lain yang ditunjuk sebagai fasilitas rujukan untuk penanganannya. ”Ruang isolasi dan tim akan selalu siap. Kami terus waspada,” katanya.