Berdasarkan hasil kajian dan data, estimasi keterpaparan akibat gempa sepanjang jalur Sesar Walanae meliputi 1.177.380 jiwa, 137.380 rumah, 1.152 sekolah, 43 puskesmas, dan 4 rumah sakit.
Oleh
Reny Sri Ayu/Fabio M Lopes Costa
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS -Para kepala daerah perlu lebih waspada terhadap potensi gempa darat akibat pergerakan Sesar Walanae di Provinsi Sulawesi Selatan. Sesar ini melintasi sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan dengan potensi gempa mencapai 8-10 Modified Mercalli Intensity (MMI). Sosialisasi dan kesiagaan mitigasi bencana terkait Sesar Walanae perlu dilakukan, mengingat selama ini jarang disebutkan.
Hal itu terungkap dalam Penataran Manajemen Penanggulangan Bencana di Makassar, Sulsel, Senin (10/2/2020). Pertemuan dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo bersama semua bupati/wali kota serta kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seluruh Sulsel.
Doni mengatakan, potensi gempa dari Sesar Walanae sebaiknya tak disikapi dengan kepanikan, tetapi lebih ke sosialisasi dan mitigasi. Sebelumnya, pihak BNPB telah melakukan kajian sejarah ke Universitas Leiden, Belanda, untuk mencari data kegempaan pada masa lalu. Selanjutnya, berdasarkan data itu, pihak BNPB bekerja sama dengan pakar kegempaan Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat kajian.
Perlu diingat, gempa tak membunuh, tapi korban biasanya terjadi akibat tertimbun bangunan.
”Gempa sesuatu yang pasti terjadi karena perulangan. Namun, tak ada satu pun yang bisa memastikan kapan gempa terjadi. Sebaiknya pemerintah dan masyarakat mempersiapkan diri agar korban dan kerugian bisa diminimalkan,” katanya.
Kepala Sub Direktorat Pemetaan Bahaya dan Risiko Bencana BNPB Abdul Muhari mengatakan, Sesar Walanae melintasi Kabupaten Pinrang, Enrekang, Sidrap, Wajo, Soppeng, Bone, Sinjai, dan Bulukumba.
”Kami menggunakan hasil riset dari ITB yang memasang GPS di sejumlah tempat di sepanjang lintasan Sesar Walanae dan mengamati. Hasilnya, sesar ini bergerak 21-29 milimeter per tahun. Memang terlihat kecil dibandingkan dengan Sesar Palu-Koro, tapi kita tidak tahu kekuatan seperti apa yang disimpan. Perlu diingat, gempa tak membunuh, tapi korban biasanya terjadi akibat tertimbun bangunan,” kata Muhari.
KOMPAS/RENY SRI AYU
Gubernur Sulsel menyerahkan cinderamata kepada kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo di Makassar, Senin (10/2/2020)
Muhari mengingatkan, gempa ini berpotensi merusak hingga meruntuhkan bangunan. Berdasarkan hasil kajian dan data, estimasi keterpaparan akibat gempa sepanjang jalur Sesar Walanae meliputi 1.177.380 jiwa, 137.380 rumah, 1.152 sekolah, 43 puskesmas, dan 4 rumah sakit.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, pihaknya akan segera rapat dengan para kepala daerah di jalur Sesar Walanae. ”Kami akan membahas bagaimana ini disosialisasikan ke masyarakat dan pemerintah setempat juga melakukan mitigasi. Dalam penyusunan tata ruang juga harus memperhatikan potensi gempa,” kata Nurdin.
Patahan Mamberamo
Dari Jayapura, Papua, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili meminta warga mewaspadai pergerakan patahan Mamberamo di Papua. Kabupaten yang rentan terhadap gempa berkekuatan di atas Magnitudo 6 dari Patahan Mamberamo antara lain Mamberamo Raya, Sarmi, Keerom, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Welliam Manderi meminta warga menggunakan aplikasi Sistem Informasi Gempa Bumi dan Tsunami agar selalu siap menghadapi gempa.