Lewat program wirausaha baru, pemkot terus mendorong pengembangan ekonomi kreatif dan UMKM. Berbagai potensi yang ada terus dieksplorasi. Fekrab menjadi wadah untuk mengolaborasikan ide-ide kreatif.
Oleh
Jumarto Yulianus
·4 menit baca
Berbagai komunitas kreatif di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mulai bergerak menularkan energi kreatif. Ide-ide pembangunan Kota Sungai berbasis sektor kreatif lahir melalui kolaborasi Forum Ekonomi Kreatif Banjarmasin. Di ruangan lantai 3 Gedung Menara Pandang, Banjarmasin, Selasa (4/2/2020), beberapa orang asyik mendiskusikan sesuatu.
Sebagian lagi tampak serius menatap layar komputer yang terkoneksi dengan internet. ”Ini ruang publik yang dikelola pemerintah dan komunitas,” ujar Ketua Harian Forum Ekonomi Kreatif Banjarmasin (Fekrab) Rasyid Ridha. Pada pertengahan 2019, ruangan lantai 3 Gedung Menara Pandang diresmikan sebagai Banjarmasin Plaza Smart City.
Tempat itu dikelola Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Banjarmasin bersama Fekrab. Sebelumnya, ruangan tersebut merupakan galeri produk ekonomi kreatif, khususnya kriya, mode, dan kuliner, yang juga termasuk produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) unggulan Banjarmasin. Kini, tempat itu menjadi home base komunitas kreatif.
”Setiap bulan atau kapan saja, kami mengadakan pertemuan di sini untuk membahas berbagai hal terkait pengembangan sektor kreatif,” kata Acid, panggilan akrab Rasyid. Fekrab tergolong baru, terbentuk pada Oktober 2018 dan pengurusnya dilantik pada Maret 2019. Keberadaannya di bawah naungan Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Banjarmasin. Fekrab dibentuk untuk mewujudkan Banjarmasin sebagai kota kreatif.
Sejauh ini, Fekrab tergabung dalam Indonesia Creative Cities Network atau jejaring kota/kabupaten kreatif Indonesia pada 2019. Namun, spesifikasi atau kekhasan Banjarmasin sebagai kota kreatif belum ditentukan. Fekrab juga belum berani mengklaim kekhasan kota kreatif Banjarmasin, seperti Bandung yang dikenal sebagai kota desain, Denpasar sebagai kota kriya, dan Ambon kota musik.
”Ketika program kerja kami diasesmen oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kala itu, Banjarmasin diarahkan sebagai kota kriya, khususnya sasirangan,” kata Rasyid. Sasirangan adalah kain khas Banjar, sejenis batik, yang dibuat dengan teknik menyirang (menjelujur atau menjahit jarang-jarang).
Mendukung pariwisata
Pengembangan sasirangan menjadi salah satu prioritas di Banjarmasin. Dari 16 subsektor yang masuk dalam pengembangan ekonomi kreatif, beberapa di antaranya, yakni kriya, mode, kuliner, fotografi, film animasi, dan video, masuk dalam peta jalan untuk mendukung pariwisata sungai yang khas di Banjarmasin.
Fekrab pun terlibat aktif dalam program pengembangan kampung-kampung kreatif untuk menjadi destinasi wisata baru. Kampung di Banjarmasin yang sudah menjadi tempat wisata antara lain Kampung Hijau di Kelurahan Sungai Bilu, Kampung Biru di Kelurahan Melayu, dan Kampung Sungai Biuku di Kelurahan Sungai Andai.
”Keterlibatan kami terutama dalam pengembangan kelompok sadar wisata di kampung-kampung kreatif tersebut. Selain itu, kami juga membantu membuat konten promosi,” kata Acid, yang juga Ketua Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia Pengurus Daerah Kalsel. Ade Hidayat selaku Dewan Pembina Forum Sineas Banua mengatakan, industri film pendek juga mulai tumbuh di Banjarmasin dalam beberapa tahun terakhir. Para sineas mulai memproduksi film-film pendek yang mengangkat cerita budaya dan kearifan lokal.
”Lewat film-film pendek itu, kami memperkenalkan tempat wisata, bahasa, budaya, dan local hero,” katanya. Menurut Ade, film yang memadukan audio dan visual tidak sekadar sebuah tontonan atau hiburan, tetapi memiliki efek bagi sektor lain. Beberapa film Indonesia yang pernah tayang di bioskop terbukti bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke suatu tempat. Misalnya, orang berbondong-bondong datang ke Belitung setelah menonton film Laskar Pelangi.
”Kami juga mengupayakan ada film-film seperti itu supaya ada peningkatan kunjungan wisatawan ke Banjarmasin. Kalau banyak wisatawan, produk-produk kriya, mode, dan kuliner tentu akan dicari orang,” ucap Ade. Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina menyatakan, pemkot membuka ruang untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif di Banjarmasin.
Untuk itulah, pemkot membangun Banjarmasin Plaza Smart City. Di situ, warga ataupun komunitas bisa menggunakan layanan internet gratis untuk membuat konten-konten digital yang menarik. ”Perkembangan ekonomi kreatif di Kota Banjarmasin dalam satu tahun terakhir ini cukup menggembirakan. Ekonomi kreatif menjadi salah satu program pemerintah kota untuk menghidupi kegiatan ekonomi masyarakat,” katanya.
Ekonomi kreatif dinilai turut mengembangkan UMKM di Banjarmasin. Lewat program wirausaha baru, pemkot terus mendorong pengembangan ekonomi kreatif dan UMKM. Berbagai potensi yang ada terus dieksplorasi. ”Semua itu untuk mendukung kegiatan pariwisata dan usaha kreatif,” ujar Ibnu.
Dengan adanya Fekrab, Ibnu berharap kegiatan ekonomi kreatif bisa lebih hidup, terutama kriya sasirangan dan kuliner yang sudah jadi unggulan Banjarmasin. Fekrab menjadi wadah untuk mengolaborasikan ide-ide kreatif. ”Ide-ide kreatif itu harus diwujudkan dan berkelanjutan,” ucapnya.
Pada saatnya, Banjarmasin bakal menuai manfaat dari pengembangan ekonomi kreatif yang tengah dipupuk demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.