Kurangi Dampak Banjir, Pemkot Bandung Tingkatkan Penyerapan Air di Hulu
Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, menanam 2.500 pohon di Kelurahan Cisurupan, Cibiru, Jumat (7/2/2020). Penghijauan itu diharapkan meningkatkan penyerapan air di hulu sehingga dapat mengurangi dampak banjir.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, menanam 2.500 pohon di Bukit Mbah Garut di Kelurahan Cisurupan, Cibiru, Jumat (7/2/2020). Penghijauan itu diharapkan meningkatkan penyerapan air di hulu sehingga dapat mengurangi dampak banjir.
Pohon berbagai jenis, di antaranya durian, alpukat, jeruk, dan mangga, ditanam di lahan seluas 4 hektar. Lahan yang merupakan aset Pemkot Bandung tersebut sebelumnya hanya ditumbuhi rumput liar.
”Pohon-pohon produktif ini menambah penyerapan air. Harapannya, air yang mengalir ke hilir semakin sedikit sehingga dapat mengurangi dampak banjir,” ujar Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana, Jumat.
Keluruhan Cisurupan termasuk dalam kawasan Bandung utara. Penghijauan kawasan Bandung utara sangat penting mengingat daerah itu merupakan kawasan resapan air yang menopang cekungan Bandung.
Menurut Yana, kawasan itu nantinya juga akan dijadikan tempat wisata dan berolahraga. Buah dari pohon tersebut dapat dimanfaatkan warga untuk menambah penghasilan.
Besarnya debit air dari hulu beberapa kali menyebabkan banjir di Kota Bandung. Pada Maret 2018, tak kurang dari 150 rumah rusak diterjang banjir di Jatihandap. Banjir yang membawa lumpur itu juga merusak sedikitnya 17 mobil dan 5 sepeda motor.
Keluruhan Cisurupan termasuk dalam kawasan Bandung utara. Penghijauan kawasan Bandung utara sangat penting mengingat daerah itu merupakan kawasan resapan air yang menopang cekungan Bandung.
Debit air yang tinggi juga rentan menyebabkan tanggul saluran air jebol. Tanggul Sungai Cironggeng di Kecamatan Arcamanik, Bandung, jebol sehingga membanjiri lebih dari 100 rumah, Rabu (5/2/2020) malam.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Pemkot Bandung memasang tanggul darurat untuk mengantisipasi banjir susulan.
Menurut Yana, selain debit air yang tinggi, tanggul jebol juga disebabkan oleh sumbatan sampah. ”Ada kasur bekas yang menghambat. Jadi air tertahan sehingga tanggul jebol,” jelasnya.
Yana berharap masyarakat juga berperan aktif mengurangi dampak banjir. Salah satu caranya dengan tidak membuang sampah sembarangan karena dapat menyumbat saluran air.
Asep (36), warga Cisurupan, mendukung langkah Pemkot Bandung menghijaukan kawasan perbukitan. Namun, dia berharap hal itu juga diikuti oleh perusahaan pengembang perumahan.
”Kalau hanya (menanam pohon) di lahan pemerintah, dampaknya tidak maksimal. Sebaiknya Pemkot Bandung juga mewajibkan pengembang perumahan untuk ikut menanam pohon,” ujarnya.
Kalau hanya (menanam pohon) di lahan pemerintah, dampaknya tidak maksimal. Sebaiknya Pemkot Bandung juga mewajibkan pengembang perumahan untuk ikut menanam pohon.
Selain menanam pohon di kawasan hulu, Pemkot Bandung juga sedang membangun infrastruktur pengendali banjir. Salah satunya pembangunan kolam retensi di Jalan Bima, Kecamatan Cicendo, yang ditargetkan rampung dalam tiga bulan ke depan.
Dengan luas 2.500 meter persegi dan kedalaman 3 meter, kolam retensi itu dapat menampung 7.500 meter kubik air. Kolam retensi ini dibangun untuk mengurangi banjir akibat luapan Sungai Citepus.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, dua kolam retensi di Derwati dan sekitar Pasar Gedebage juga akan dibangun tahun ini. ”Ada pula rencana pembangunan kolam retensi di sekitar Jalan Mohammad Toha di perbatasan dengan Kabupaten Bandung. Namun, ini diprakarsai oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum,” ujarnya.