Fatmawati Soekarno menjahit Sang Saka Merah Putih, yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI. Penggalan sejarah itu diabadikan dalam Monumen Pahlawan Nasional Ibu Agung Hajah Fatmawati Soekarno di Bengkulu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Monumen Fatmawati diresmikan Presiden Joko Widodo pada Rabu (5/2/2020), bertepatan dengan peringatan hari lahir Fatmawati. Monumen setinggi 7 meter ini memperlihatkan sosok ibu negara pertama RI saat berusia sekitar 20 tahun tampak anggun dengan busana kebaya dan berkerudung serta sedang menjahit bendera Merah Putih.
Monumen Fatmawati di pusat Kota Bengkulu, tepatnya di Simpang Lima Ratu Samban, menghadap ke Jalan S Parman. Monumen ini berada tak jauh dari Museum Fatmawati. Selain tampak megah pada siang hari, monumen ini pada malam hari juga tampak indah dikelilingi air mancur dan sorot lampu.
Monumen dibangun sejak Agustus 2019. Adapun patung Fatmawati yang menjadi bagian utama dari monumen dibuat oleh seniman ternama I Nyoman Nuarta yang telah membuat sejumlah mahakarya, seperti Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali dan Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya. Patung terbuat dari tembaga dan kuningan. Pembuatan monumen menelan anggaran hingga Rp 5 miliar, dibiayai oleh konsorsium BUMN.
Ibu Fatmawati bukan hanya ibu negara, melainkan juga ibu pemersatu bangsa.
Monumen itu tidak hanya menjadi sebuah ikon baru Kota Bengkulu, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat Bengkulu. Hal ini karena dari kota ini lahir pahlawan nasional Indonesia yang membuat bendera Indonesia, Sang Saka Merah Putih.
”Ibu Fatmawati bukan hanya ibu negara, melainkan juga ibu pemersatu bangsa,” kata Endang Muin, Ketua Bencoolen Speaking Community, Selasa (4/2/2020). Bencoolen Speaking Community merupakan komunitas yang dibentuk untuk mempertahankan budaya berbahasa Bengkulu. Bencoolen merupakan istilah yang semasa kolonial merujuk pada wilayah Bengkulu.
Menurut dia, pembangunan monumen ini menjadi penyemangat bagi masyarakat Bengkulu untuk terus bersatu membangun Indonesia. Adapun nama Fatmawati sudah dijadikan nama banyak tempat di Bengkulu, seperti Bandara Fatmawati Soekarno, Jalan Fatmawati, dan ada Museum Fatmawati.
Kebanggaan Bengkulu
Kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap Fatmawati bukan tanpa alasan. Fatmawati lahir di Kota Bengkulu, garis keturunan ayahnya berasal dari Kaur, Provinsi Bengkulu.
Keponakan Fatmawati, Razia Nova Gafoer, mengatakan, kebanggaan dari masyarakat Bengkulu kepada Fatmawati juga terlihat dari banyaknya warga Bengkulu yang memiliki nama Fatmawati.
”Ibu Fatmawati tidak hanya dihormati, tetapi juga disayangi oleh masyarakat Bengkulu,” katanya.
Razia mengatakan, nama asli dari Fatmawati adalah Fatma yang berarti ”bunga”. sementara nama Wati merupakan tambahan yang diberikan Bung Karno. ”Jadi, wajar jika banyak yang memiliki nama Fatmawati di Bengkulu,” katanya.
Lebih dari itu, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengekspresikan kebanggaan dengan menyebutkan bahwa dalam sejarah di dunia tidak ada negara lain yang benderanya dijahit oleh ibu negara. Bahkan, sosok Fatmawati juga melahirkan Megawati Soekarnoputri yang di kemudian hari menjadi Presiden kelima RI.
Rencana pembangunan monumen Fatmawati sebenarnya sudah ada sejak 10 tahun lalu ketika Kota Bengkulu dipimpin Ahmad Kenedi. Hanya saja, rencana itu tertunda karena sejumlah hal.
Dalam perjalanannya, monumen yang resmi dibangun sejak tahun lalu dan menggantikan patung lelaki berkuda di Simpang Lima Ratu Samban itu juga tidak lepas dari sejumlah polemik. Salah satunya bendera Merah Putih dalam patung itu yang tidak berwarna Merah Putih, tetapi warna natural dari tembaga dan kuningan. Namun, hal itu tidak mengurangi kebanggaan terhadap keberadaan monumen dan kiprah dari sosok Fatmawati Soekarno.
Dengan adanya monumen ini, Razia beranggapan, saatnya Bengkulu tidak lagi dijuluki sebagai ”Bumi Raflesia”, tetapi sudah pantas dijuluki sebagai ”Bumi Merah Putih”. Itu karena pencipta bendera Merah Putih adalah Putri Bengkulu.
Sejarawan dari Universitas Bengkulu, Agus Setiyanto, mengatakan, keberadaan Fatmawati tidak hanya sebagai ibu negara, tetapi juga terlibat dalam kemerdekaan bangsa. Fatmawati menjadi mentor, teman diskusi, bahkan penyemangat bagi ”Sang Putra Fajar” saat berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan Fatmawati dengan Soekarno terjadi ketika Sang Proklamator dalam masa pengasingan di Bengkulu pada 1938-1942. Saat itu, Soekarno pindah bersama istrinya, Inggit Garnasih, anak angkatnya, Ratna Djuami, dan orang kepercayaan Bung Karno saat diasingkan di Ende, Nusa Tenggara Timur, (1934-1938), yakni Dirham dan Riwu.
Soekarno disebutkan tertarik kepada Fatmawati karena kecerdasannya. ”Walau masih muda, Fatmawati dapat mengimbangi pembicaraan dari Soekarno,” kata Agus.
Hubungan Soekarno dan Fatmawati itu membuktikan pepatah yang mengatakan, di balik kesuksesan suami ada peran besar sang istri. ”Fatmawati sudah membuktikannya,” kata Agus.
Tradisi baru
Setelah peresmian ini, Pemerintah Provinsi Bengkulu mengusulkan sebuah tradisi baru berupa napak tilas yang dilakukan oleh ibu negara dengan menjahit bendera Merah Putih di Bengkulu. Bendera itu selanjutnya akan dikibarkan di Istana Merdeka saat upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI dalam lima tahun berikutnya.
Ke depan akan selalu ada bendera Merah Putih yang merupakan karya dari setiap ibu negara.
Setelah lima tahun, bendera diharapkan bisa disimpan di Museum Fatmawati. Selanjutnya, siklus akan kembali pada napak tilas ibu negara yang membuat bendera Merah Putih. Dengan demikian, setiap ibu negara akan punya legasi atau warisan berharga bagi bangsa berupa bendera Merah Putih.
”Ke depan akan selalu ada bendera Merah Putih yang merupakan karya dari setiap ibu negara. Namun, untuk mewujudkan itu, perlu ada keppres (keputusan presiden),” kata Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Begitu kuat kebanggaan dan kecintaan terhadap sosok Fatmawati Soekarno, ia menambahkan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu juga bakal diusulkan menjadi Universitas Islam Negeri Hajah Fatmawati Soekarno.
Harapannya, sosok Fatmawati Soekarno juga menjadi inspirasi bagi Bengkulu untuk terus berbenah dan tak henti mengupayakan kesejahteraan rakyat.