Fenomena tanah ambles atau ”sinkhole” kembali muncul di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kali ini, empat lubang ditemukan warga di Desa Pattirodeceng, Kecamatan Camba.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Fenomena tanah ambles atau sinkhole kembali muncul di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kali ini, empat lubang ditemukan warga di Desa Pattirodeceng, Kecamatan Camba. Aparat keamanan dan pengurus desa pun menjaga area sekitar lokasi itu agar tak membahayakan warga.
Informasi yang diperoleh dari Maros menyebutkan, lubang pertama kali muncul pada Minggu (2/2/2020) sore. Saat itu, warga menemukan tiga lubang di dalam sebuah kebun. Namun, pada Senin (3/2/2020), lubang bertambah satu lagi menjadi empat.
Kami sudah mengimbau warga untuk berhati-hati.
Diameter lubang sebesar 2-5 meter dengan kedalaman lebih dari 5 meter. Jarak antara satu lubang dan lubang lain 2-4 meter. Lubang juga terisi air. Kepala Desa Pattirodeceng Abdul Kadir mengatakan, pihaknya bersama aparat keamanan menjaga area sekitar lubang agar tak membahayakan warga. Garis pembatas juga dipasang di sekitar lokasi tersebut.
”Sejauh ini luas atau diameter lubang tidak bertambah signifikan. Kedalamannya kami tidak tahu, apakah bertambah atau tidak, karena terisi air. Asal air juga tidak jelas apakah dari bawah tanah atau permukaan. Tetapi, tak jauh dari lokasi memang ada sungai. Kami sudah mengimbau warga untuk berhati-hati,” tutur Kadir.
Kadir menambahkan, sebelumnya hujan turun dengan intensitas tinggi selama beberapa hari di Maros. Sungai yang ada di sekitar desa juga pernah meluap. Setelah hujan, warga kemudian menemukan lubang ini. Menurut warga setempat, sebelumnya tak pernah ditemukan fenomena seperti ini di wilayah mereka.
Secara terpisah, geolog sekaligus Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Makassar, Adi Maulana, mengatakan, fenomena sinkhole cenderung akan terus terjadi akibat curah hujan yang tinggi. Sebelumnya, pada Desember 2019, sinkhole serupa ditemukan di Desa Lebbotengae, Kecamatan Cenrana, Maros.
Menurut Adi, lokasi lubang terbaru ini masih berada dalam wilayah dengan struktur bebatuan yang sama dengan sinkhole di Lebbotengae, yakni karst. ”Struktur bebatuan, faktor hujan, serta kondisi tanah memungkinkan lubang-lubang akan terus bermunculan,” kata Adi.
Adi menyebut, sinkhole rawan terjadi di daerah dengan permukaan yang terbentuk dari batuan karst. Batuan ini mengandung karbonat yang sangat mudah larut oleh air hujan dan air permukaan lainnya.
Tanah ambles saat batuan atau lapisan tanah terus terkikis sehingga menyebabkan bagian bawahnya berongga. Faktor padatnya penduduk, aktivitas permukaan, dan infrastruktur turut berperan dalam mempercepat terjadinya sinkhole.
Sinkhole pertama kali terjadi di Lebbotengae, sekitar 70 kilometer arah timur Makassar, pada 23 Desember 2019. Saat itu, seorang warga mendapati lubang di sawahnya. Awalnya, diameter lubang sekitar 1,5 meter dengan kedalaman 50 sentimeter.
Namun, tanah terus ambles yang diperparah hujan yang terus turun. Setelah beberapa hari, lubang membesar dengan diameter mencapai lebih dari 20 meter dan kedalaman diperkirakan 60 meter.