Pembebasan Lahan Bendungan Pertama Sultra Masih Terhambat
Pembebasan lahan untuk pembangunan Bendungan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, belum tuntas meski telah memasuki tahun terakhir pekerjaan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Pembebasan lahan untuk pembangunan Bendungan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, belum tuntas meski telah memasuki tahun terakhir pekerjaan. Sebagian lahan yang masuk dalam kawasan hutan itu juga dikelola warga selama puluhan tahun. Penyelesaian bendungan pertama di Sultra senilai Rp 1,1 triliun pun terancam terhambat.
Pejabat Pembuat Komitmen Pembebasan Tanah Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari Arsamid Wartadinata menyampaikan, hingga saat ini masih ada lahan seluas 63,5 hektar yang belum tuntas dibebaskan. Lahan tersebut masuk dalam kawasan hutan produksi, yang juga dikelola warga sekitar. Selain itu, ada 35 hektar lahan yang segera dibayarkan dalam waktu dekat.
Pencabutan itu kami libatkan juga warga yang mengelola lahan.
”Khusus lokasi yang berada dalam kawasan hutan, di dalam lokasi tersebut juga ada hutan tanaman rakyat (HTR) yang dikelola masyarakat. Makanya, kami mengurus pencabutan status HTR tersebut sebelum melangkah lebih jauh. Pencabutan itu kami libatkan juga warga yang mengelola lahan. Dalam catatan kami, hanya ada 17 warga,” kata Arsamid saat ditemui di Kendari, Senin (3/2/2020).
Terkait penyelesaian lahan, Arsamid melanjutkan, pihaknya telah melakukan berbagai tahapan, seperti pengukuran dan penilaian taksiran (appraisal). Saat ini pihaknya sedang menunggu pertimbangan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan terkait proses itu.
Menurut Arsamid, tim lintas instansi, lembaga, hingga pemerintah desa yang telah terbentuk terus bekerja terkait polemik tanah di wilayah bendungan. Rekomendasi akhir akan dikeluarkan oleh tim dengan menggandeng instansi pusat, khususnya terkait jalan keluar penyelesaian penggantian tanaman milik warga.
”Kami juga ingin cepat tuntas. Tetapi, tergantung rekomendasi akhir dari tim yang bekerja yang diarahkan langsung oleh Gubernur Sultra dan Bupati Koltim (Kolaka Timur). Sebab, meski bendungan selesai, kalau lahan tidak tuntas, juga tidak bisa diairi. Kami targetkan dalam enam bulan ke depan bisa selesai,” kata Arsamid.
Total luas lahan Bendungan Ladongi mencapai 300 hektar. Sebagian besar lahan warga yang bukan kawasan hutan telah tuntas dibebaskan dalam tiga tahap. Total nilai pembayaran lahan warga dalam tiga tahap itu mencapai Rp 40 miliar.
Taufik Sasongko, kuasa hukum warga Ladongi, mengatakan, di lahan yang masuk dalam kawasan hutan, terdapat 51 warga yang telah mengelola tanah selama puluhan tahun. Warga menanam merica, cengkeh, juga buah-buahan sebagai penghasilan utama selama ini.
Oleh karena itu, Taufik melanjutkan, pihak pelaksana diharapkan segera menyelesaikan penggantian tanaman warga di lokasi tersebut. Warga khawatir, ketika pekerjaan bendungan telah selesai, penggantian tanaman warga tidak lagi diperhatikan.
”Kami telah bertemu dalam rapat kemarin dan dijanjikan sampai bulan Juni mendatang. Warga telah sepakat untuk hanya mengganti tanaman, tetapi berharap agar segera tuntas,” kata Taufik.
Tahap kedua
Bendungan Ladongi merupakan bendungan pertama di Sulawesi Tenggara. Bendungan ini memiliki daya tampung 45 juta meter kubik, yang mampu mengairi 3.604 hektar sawah di sekitar wilayah ini.
Bendungan ini juga disiapkan memiliki pembangkit listrik tenaga mikrohidro berkapasitas 1,3 megawatt. Anggaran pembangunan bendungan yang ditargetkan rampung pada November 2020 itu membengkak menjadi Rp 1,1 triliun.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen Bendungan Ladongi Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Agung Permana, saat ini tahap kedua pengerjaan bendungan dengan anggaran Rp 279 miliar mulai berlangsung. Tahap kedua melanjutkan pekerjaan tahap pertama yang menelan anggaran Rp 865 miliar.
”Tahap pertama sudah 93 persen, tinggal menyelesaikan beberapa tahap akhir. Sementara tahap kedua baru berjalan menyelesaikan pekerjaan penimbunan setinggi 22 meter dari total 66 meter. Akumulasi pekerjaan saat ini mencapai progres 70 persen,” tutur Agung.
Sejauh ini, Agung menambahkan, semua pekerjaan berat telah selesai. Pekerjaan terowongan, fondasi, dan pengalihan sungai telah dilakukan. Fokus pekerjaan hanya pada penimbunan dan penyelesaian fasilitas pendukung.
Akan tetapi, cuaca yang memasuki musim hujan menjadi tantangan besar. ”Targetnya, November bisa selesai semua. Kalau melihat kondisi progres pengerjaan sekarang, kami usahakan lebih cepat. Kami yakin pada Oktober mendatang sudah tuntas,” kata Agung.