Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, SH (44), pasien asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang diduga terinfeksi virus korona tipe baru atau ”novel coronavirus”, dinyatakan negatif terpapar virus itu.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, SH (44), pasien asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang diduga terinfeksi virus korona tipe baru atau novel coronavirus (2019-nCoV), dinyatakan negatif terpapar virus itu. Meski demikian, Pemerintah Kabupaten Cirebon tetap mewaspadai masuknya virus korona dan penyakit menular lainnya.
Hasil pemeriksaan itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni dan Direktur Utama RSUD Waled Budi Soenjaya kepada awak media, di Cirebon, Minggu (2/2/2020) sore. Adapun hasil laboratorium diterima dinas kesehatan setempat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan sehari sebelumnya.
Jadi, warga Cirebon jangan panik.
Pemeriksaan dilakukan oleh Laboratorium Virologi Puslitbang Biomedis dan Teknogi Dasar Kesehatan melalui metode real time RT-PCR (reverse transcription-polymerase cain reaction). ”Hasilnya, pasien SH negatif virus korona tipe baru. Jadi, warga Cirebon jangan panik,” kata Eni.
SH datang ke RSUD Waled pada Senin (27/1) sekitar pukul 10.00. Pasien mengeluh batuk, bersin, demam di atas 38 derajat celsius dan sesak napas. Korban yang bekerja di sebuah perusahaan di Indonesia ini diketahui baru pulang dari Taiwan setelah mengikuti acara National Sales Conference di Kota Taipei.
Pasien pergi bersama lima rekannya dari Jakarta, Semarang, dan sejumlah daerah di Jawa Timur pada 5 Januari dan kembali ke Indonesia pada 15 Januari. Ketika kembali ke Cirebon, dia mengeluh demam dan sesak napas. Dia sudah periksa ke dokter praktik, tetapi belum sembuh dan dirujuk ke RSUD Waled.
Pasien langsung dimasukkan ke ruangan isolasi, tidak melalui ruang instalasi gawat darurat seperti pasien pada umumnya. Prosedur itu diterapkan karena gejala yang dirasakan pasien diduga mirip virus korona jenis baru. Gejalanya, antara lain, demam di atas 38 derajat celsius, batuk, pilek, dan sesak napas.
Pada Selasa (28/1), tim Balitbangkes Kemenkes mengambil sampel cairan tubuh warga Desa Cikulak, Kecamatan Waled, tersebut. Adapun sampel cairan yang diperoleh, antara lain serum darah, apus hidung dan tenggorokan, serta dahak pasien.
Siang tadi, pasien sudah pulang ke rumahnya.
Dirut RSUD Waled Budi mengatakan, pasien tidak lagi menderita demam, pilek, dan sesak napas pada hari ketiga dirawat di ruangan isolasi. ”Pasien bahkan tidak memakai alat bantu pernapasan lagi. Siang tadi, pasien sudah pulang ke rumahnya. Pasien ingin sekali kembali ke rumah,” ujarnya.
Istri, adik, dan dua anak SH yang sempat kontak dengannya juga dipastikan tidak terpapar virus korona jenis baru. Sebelumnya, tim epidemologi Dinkes Kabupaten Cirebon turut memantau kesehatan keluarga SH.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter RSUD Waled, SH didiagnosis menderita infeksi saluran pernapasan bawah. Menurut Ahmad Fariz, dokter yang menangani SH, gejala infeksi paru-paru tersebut serupa dengan gejala korona sehingga pasien sempat menjalani observasi. ”Pasien juga tidak punya riwayat penyakit itu,” ujarnya.
Meskipun SH dipastikan negatif virus korona tipe baru, Pemkab Cirebon tetap mewaspadai kemungkinan munculnya virus membahayakan dan penyakit menular lainnya. Apalagi, Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan status darurat kesehatan dunia akibat penyebaran virus 2019-nCoV.
Sebanyak 11.374 kasus infeksi telah terkonfirmasi secara global, sebanyak 11.221 kasus terdapat di China. Korban meninggal, hingga Sabtu, mencapai 259 orang, semua di China.
Di luar China, negara dengan kasus infeksi terbanyak adalah Thailand dengan 19 kasus, disusul Jepang (17 kasus), Singapura (16 kasus), dan Hong Kong (13 kasus). Negara yang juga mengonfirmasi kasus baru korona adalah Inggris, Rusia, Perancis, Spanyol, dan Swedia. Perancis mengonfirmasi enam kasus positif, salah satunya adalah dokter yang merawat pasien (Kompas, 2/2/2020).
Bupati Cirebon Imron Rosyadi telah menerbitkan surat edaran terkait kewaspadaan terhadap virus korona jenis baru. Surat itu, antara lain, meminta Sekretariat Daerah Pemkab Cirebon memperketat pengawasan keluar masuknya orang dari negara yang terpapar virus tersebut, seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea Selatan.
Adapun jajaran Dinkes Kabupaten Cirebon diinstruksikan menginvestigasi kasus dugaan korona jenis baru serta melakukan deteksi dini dan pencegahan di puskesmas. Masyarakat juga diminta mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun, menjalankan etika batuk dan bersin, serta memakai masker jika kontak dengan penderita infeksi saluran pernapasan akut.
”Kami belum terima info terkait warga Cirebon yang pulang dari Wuhan, China. Ada atau tidak, kami tetap waspada di puskesmas dan rumah sakit,” kata Eni.
Dedi Suprayatnataris, Kepala Seksi Survailans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Cirebon, menambahkan, pihaknya telah membentuk tim gerak cepat penanggulangan penyakit menular. ”Jadi, secara rutin setiap minggu, kami menerima laporan dari puskesmas dan sembilan rumah sakit jika ada penyakit menular yang muncul, seperti demam berdarah dengue dan difteri,” ujarnya.
Jika ditemukan kasus penyakit menular, tim langsung ke rumah warga yang diduga terjangkit penyakit itu. Tim lalu menangani kasus sesuai prosedur. Di sisi lain, pihaknya mengklaim menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui penyuluhan dan sosialisasi di berbagai media.