Korban di Desa Terisolasi Belum Mendapat Bantuan Pemerintah
Korban banjir bandang di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, membutuhkan bantuan pangan. Desa itu belum bisa diakses kendaraan hingga hari keempat pascabanjir bandang, Jumat (31/1/2020).
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TAPANULI TENGAH, KOMPAS — Korban banjir bandang di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, membutuhkan bantuan pangan. Desa itu belum bisa diakses kendaraan hingga hari keempat pascabanjir bandang, Jumat (31/1/2020). Dari sembilan titik jalan yang terputus, baru dua yang bisa dibuka secara darurat. Tujuh titik di jalan provinsi itu masih terputus karena longsor serta tertimbun batang kayu dan lumpur.
Pantauan Kompas, jalan selebar 4 meter itu ambles di beberapa titik yang berada di dekat sungai. Batang pohon besar pun menumpuk hingga ketinggian 4 meter. Batang pohon berasal dari bukit di sisi jalan dan ada juga yang terbawa arus air.
Sampai sekarang belum ada bantuan pemerintah yang kami terima.
Karena jalan masih terputus, aktivitas masyarakat di Desa Sijungkang masih memperbaiki dan membersihkan rumah. Aktivitas ekonomi masyarakat belum berjalan. Warung pun masih tutup di desa itu. Warga, yang sebagian besar adalah petani karet, durian, dan hasil hutan, belum kembali beraktivitas di ladang. Mereka tampak makan nasi dan mi instan.
”Sampai sekarang belum ada bantuan pemerintah yang kami terima. Kami hanya mendapat bantuan makanan dari Gereja Katolik Paroki Pangaribuan,” kata Doslan Simamora (50), warga Desa Sijungkang. Aliran listrik ke Desa Sijungkang masih putus total. Sinyal telepon seluler juga belum bisa tersambung ke desa itu.
Doslan merupakan salah satu korban yang rumahnya hanyut diterjang arus banjir bandang pada Selasa (28/1) malam. Batang kayu besar datang bersama air bah, lalu menghantam rumahnya.
”Kami langsung keluar dari rumah ketika melihat air yang sangat besar menerjang dari hulu. Namun, tidak ada satu harta benda yang bisa kami selamatkan kecuali baju yang melekat di badan kami,” kata Doslan.
Banjir bandang menghantam enam kecamatan di Tapanuli Tengah. Dua kecamatan yang paling parah terdampak adalah Andam Dewi dan Barus. Sembilan orang meninggal akibat banjir bandang itu. Empat meninggal karena rumahnya tertimbun longsor, tiga karena dihantam air saat berkendara, dan dua meninggal saat berada di hutan.
Di Kecamatan Barus, warga masih fokus membersihkan rumah dari genangan lumpur. Sekitar 700 rumah yang berada di dekat Sungai Sirahar tergenang lumpur. Perabot rumah tangga, seperti tempat tidur, meja, lemari, televisi, dan kulkas, yang diletakkan di luar rumah tampak berlumpur. Pemerintah membuat dapur umum untuk korban banjir di Barus. Mereka juga mendirikan satu posko pengungsian.
Anak-anak sudah mulai kembali ke sekolah, tetapi belum bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar. Mereka hanya membersihkan ruang kelasnya dari genangan lumpur setinggi 50 sentimeter. Sedikitnya ada empat sekolah yang terdampak banjir bandang.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Agus Haryanto mengatakan, mereka berupaya membuka akses ke Sijungkang agar bisa memasok bantuan. ”Kami terkendala karena akses jalan ke desa itu masih terputus,” katanya.
Agus mengatakan, sejumlah alat berat dikerahkan untuk membuka akses jalan ke desa itu. Jalan itu menghubungkan Tapanuli Tengah dengan Humbang Hasundutan. Desa itu belum bisa diakses, baik dari Tapanuli Tengah maupun dari Humbang Hasundutan, karena jalan yang terputus sekitar 10 kilometer.