Ular berbagai jenis, termasuk yang berbisa, bermunculan di Kota Cirebon, Jawa Barat, dalam sebulan terakhir seiring datangnya musim hujan. Masyarakat diimbau tidak panik dan segera melaporkan penemuan ular kepada petugas
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS - Ular berbagai jenis, termasuk yang berbisa, bermunculan di Kota Cirebon, Jawa Barat, dalam sebulan terakhir seiring datangnya musim hujan. Masyarakat diimbau tidak panik dan segera melaporkan penemuan ular kepada petugas.
Sepanjang Januari 2020, petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Cirebon mengamankan tiga ular di sekitar permukiman warga. Ular sanca kembang (Malayophyton reticulatus) sepanjang 2,5 meter ditemukan di dekat kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Sementara ular kobra (Naja) sepanjang satu meter didapatkan di perumahan Nuansa Majasem.
Dari ketiga satwa liar itu, hanya ular sanca yang tidak berbisa saat menggigit. Tetapi, ular ini kalau melilit bisa mematikan (Ade Kurniadi)
Adapun ular bungka laut (Trimeresurus Albolabris) sepanjang 40 sentimeter dilaporkan masuk ke dapur warga di perumahan Puri Majasem. Ketiga lokasi penemuan itu masih berada dalam satu kawasan Jalan Perjuangan, Sunyaragi.
"Dari ketiga satwa liar itu, hanya ular sanca yang tidak berbisa saat menggigit. Tetapi, ular ini kalau melilit bisa mematikan," kata Ade Kurniadi, Polisi Kehutanan Pertama di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jabar Bidang Konservasi SDA Wilayah III Seksi Konservasi SDA Wilayah VI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat penyerahan ular di Kantor Dinas Damkar Kota Cirebon, Kamis (30/1/2020).
Hewan melata tersebut akan dibawa ke tempat transit satwa di BKSDA Wilayah VI di Jalan Watubelah, Kabupaten Cirebon. "Nanti, kondisi ularnya akan kami pantau. Kalau sifat liarnya mudah muncul dalam beberapa hari ini akan kami lepasliarkan ke Gunung Tampomas atau Gunung Sawal di Ciamis," ujarnya.
Menurut Ade, awal tahun ini, pihaknya telah menerima tujuh ekor ular berbagai jenis dari masyarakat di Cirebon dan sekitarnya. Menurut dia, selama musim hujan, ular menetaskan telur sehingga jumlahnya bertambah. Ini berbeda ketika kemarau, saat ular bersembunyi di lubang yang dibuat.
Akhirudin, Komandan Kompi Dinas Damkar Kota Cirebon, mengatakan, pasca banjir di Kalijaga pada pertengahan Januari lalu, pihaknya menerima laporan penemuan ular. Ada juga yang melaporkannya setelah membunuh ular itu.
"Kami harapkan warga tidak panik dan segera melaporkan kepada petugas di nomor 112 jika menemui ular. Kami sudah terlatih mengevakuasi ular. Tidak ada kendala. Waktu respons kami saat ada panggilan paling lama 15 menit," ungkap Akhirudin.
Menurut dia, hingga kini, pihaknya belum menerima laporan adanya korban jiwa akibat ular. Namun, dia tetap meminta masyarakat waspada. "Satwa liar juga banyak di Cirebon adalah tawon (Vespa affinis). Tahun lalu, dalam sehari kami pernah mengevakuasi lima sarang tawon dalan sehari. Pernag ada korban yang dibawa ke rumah sakit dan selamat. Kalau penanganannya lebih dari dua jam, korban bisa gagal jantung," ujarnya.
Kebersihan rumah
Oleh karena itu, menurut dia, masyarakat perlu memperhatikan kebersihan rumah dan lingkungannya. Sebab, ular dan tawon kerap muncul di tempat lembab dan kotor.
Apalagi, saat ini musim hujan. Ahmad Faa Izyin, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, mengatakan, hujan diperkirakan masih mengguyur Cirebon dan sekitarnya hingga pertengahan Mei mendatang.
Dede Juliansyah dari Komunitas Reptil Kuningan mengingatkan, warga yang ingin mengevakuasi ular harus menggunakan perlengkapan keselamatan, seperti tongkat, kaca mata, dan helm. "Tetapi, sebaiknya menghubungi petugas atau orang yang berpengalaman menangani ular. Sebab, nyaris tidak ada perbedaan mencolok antara ular berbisa dan yang tidak," katanya.
Menurut dia, warga juga bisa menggunakan cairan pembersih dan pewangi lantai untuk mencegah masuknya ular ke rumah. "Kemunculan ular juga bisa karena habitatnya terganggu dengan pembangunan, seperti perumahan," ucapnya.