Empat Titik Jalan Masih Putus Akibat Banjir Bandang di Tapanuli Tengah
Pembukaan jalan menuju desa yang terisolasi akibat banjir bandang di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, belum bisa dilakukan hingga Kamis (30/1/2020). Evakuasi korban masih menjadi fokus utama.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TAPANULI TENGAH, KOMPAS – Pembukaan jalan menuju desa yang terisolasi akibat banjir bandang di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, belum bisa dilakukan hingga Kamis (30/1/2020). Selain pembukaan jalan, penanganan dampak banjir bandang pada hari ketiga masih fokus mencari korban hilang, menyalurkan bantuan kebutuhan dasar, dan membersihkan rumah warga.
Pantauan Kompas, satu alat berat bekerja membuka jalan menuju Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi. Jalan yang longsor sepanjang 100 meter pun berhasil ditimbun dengan bebatuan di sungai dan bisa dilalui secara darurat pada Kamis sore. Namun, masih ada empat titik lainnya yang terputus karena tertimbun lumpur dan longsor akibat banjir bandang.
“Saya meminta penanganan banjir bandang berfokus untuk memperbaiki rumah warga dan membuka akses jalan yang terputus,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat meninjau Tapanuli Tengah.
Banjir bandang yang meluap dari sejumlah sungai di Tapanuli Tengah pada Selasa (28/1) malam menghantam enam kecamatan yakni Barus, Andam Dewi, Sorkam, Pasaribu Tobing, Sitahuis, dan Sarudik. Daerah yang paling parah adalah Barus dan Andam Dewi yang mendapat luapan air dari Sungai Sirahar. Lebih dari 700 rumah terendam air hingga lebih dari satu meter. Delapan orang tewas akibat kejadian ini.
Di Barus, lumpur dengan tebal 20 – 50 sentimeter masih menumpuk di ratusan rumah pada Kamis. Warga pun masih terus berupaya membersihkan rumah dan perabot yang terendam lumpur. Sejumlah perabot seperti tempat tidur, lemari, rak piring, meja, kulkas, dan televisi yang masih berlumpur tampak berjejer di depan rumah warga.
“Banjir bandang terjadi sangat cepat. Tidak sampai lima menit air air setinggi satu meter sudah merendam rumah kami. Kami tidak bisa menyelamatkan harta benda kami,” kata Sarma Aritonang (50), warga Kelurahan Padang Masiang, Barus.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Agus Haryanto mengatakan, putusnya jalan di Kecamatan Andam Dewi yang berstatus jalan provinsi itu membuat sebagian wilayah Desa Sijungkang tidak bisa diakses dengan mobil maupun sepeda motor. Jalan itu juga merupakan salah satu akses utama dari Tapanuli Tengah menuju Kota Medan dan beberapa kabupaten lainnya. Kendaraan dari Barus pun dalam tiga hari ini harus memutar melalui Kota Sibolga.
Porman Tarihoran (45), warga Desa Sijungkang, mengatakan, ada dua titik yang terputus karena longsor dan dua titik tidak bisa dilalui karena tertimbun lumpur setinggi lebih dari 50 sentimeter. Jalan itu pun belum bisa diperbaiki karena alat berat belum bisa masuk. “Listrik juga masih terputus di desa kami,” katanya.
Banjir bandang terjadi sangat cepat. Tidak sampai lima menit air air setinggi satu meter sudah merendam rumah kami. Kami tidak bisa menyelamatkan harta benda kami. (Sarma Aritonang)
Sebagian warga di Kecamatan Barus pun kini sudah bisa tidur di rumahnya pada Kamis. Warga yang belum bisa menempati rumahnya tinggal di rumah sanak saudara. Masih ada juga sekitar 50 orang lainnya masih tidur di posko pengungsian. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah pun masih membuat dapur umum untuk memasok makanan kepada korban banjir bandang di Barus.
Koordinator Pos SAR Sibolga Hari Susanto mengatakan, pada pencarian hari ketiga, mereka berhasil menemukan satu korban hilang yang tertimbun longsor di Desa Sijungkang. Dengan demikian, sudah delapan korban jiwa ditemukan akibat banjir bandang itu. Satu korban lainnya masih dinyatakan hilang di Desa Sijungkang. Pencarian korban hilang bisa dilakukan karena satu alat berat bisa diturunkan dari arah Kabupaten Humbang Hasundutan.