Kementerian Kesehatan mengambil sampel dahak dan darah SH (44), pasien terduga terjangkit virus korona jenis baru, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengambil sampel dahak dan darah SH (44), pasien terduga terjangkit virus korona jenis baru, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sampel cairan tubuh itu akan diteliti paling lama dua pekan ke depan untuk memastikan pasien terinfeksi virus tersebut atau tidak.
Tim Balitbangkes Kemenkes mengambil sampel cairan tubuh warga Desa Cikulak, Kecamatan Waled, tersebut di ruangan isolasi RSUD Waled, Cirebon, Selasa (28/1/2020) siang. Adapun sampel cairan yang diperoleh antara lain serum darah, apus hidung dan tenggorokan, serta dahak pasien.
"Sampel ini dibawa ke Balitbangkes di Jakarta untuk diteliti. Hasilnya dua minggu ke depan. Namun, karena ini prioritas, diupayakan sebelum itu hasilnya sudah keluar," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan apakah pasien positif atau negatif terjangkit virus korona jenis baru atau novel coronavirus (2019-nCoV).
Pasien langsung dimasukkan ke ruangan isolasi, tidak melalui ruang instalasi gawat darurat seperti pasien pada umumnya.
SH datang ke RSUD Waled pada Senin (27/1) sekitar pukul 10.00. Pasien itu mengeluh batuk, bersin, demam di atas 38 derajat celsius, dan sesak napas. SH yang bekerja di sebuah perusahaan di Indonesia ini diketahui baru pulang dari Taiwan setelah mengikuti acara National Sales Conference (NSC) di Kota Taipei.
Pasien datang bersama 5 rekan lainnya dari Jakarta, Semarang, dan sejumlah daerah di Jawa Timur pada 5 Januari dan kembali ke Indonesia pada 15 Januari. Ketika kembali ke Cirebon, dia mengeluh demam dan sesak napas. Dia sudah periksa ke dokter praktik, tetapi belum sembuh dan dirujuk ke RSUD Waled.
Pasien langsung dimasukkan ke ruangan isolasi, tidak melalui ruang instalasi gawat darurat seperti pasien pada umumnya. Prosedur itu diterapkan karena gejala yang dirasakan pasien diduga mirip virus korona jenis baru. Gejalanya, antara lain, demam di atas 38 derajat celsius, batuk, pilek, hingga sesak napas.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 26 Januari 2020, ada 2.014 kasus infeksi virus korona dengan 56 korban meninggal. Virus yang bermula dari Wuhan, China, itu sudah menyebar ke negara lain, seperti Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Taiwan.
Saat ini, kondisi pasien mulai membaik. Suhu tubuhnya turun menjadi 36,8 derajat celsius sampai 37 derajat celsius. Batuk dan sesak napas sudah berkurang. "Pasien sudah bisa tidur nyenyak. Untuk saat ini, pasien masih dirawat di sini. Nanti, kami lihat perkembangan apakah perlu dirujuk ke RSUD Gunung Jati Cirebon atau tidak," kata Direktur Utama RSUD Waled Budi Soenjaya.
Pemindahan akan dilakukan jika kondisi SH memburuk. Seperti diketahui, RSUD Waled tidak masuk dalam 100 rumah sakit rujukan penanganan virus korona jenis baru oleh Kemenkes. Di wilayah Jabar timur, hanya RSUD Gunung Jati Cirebon yang menjadi RS rujukan. Di sana, terdapat ruang isolasi dengan kapasitas enam tempat tidur.
Pasien bisa dirawat di ruangan isolasi hingga 14 hari.
Ahmad Fariz, dokter yang menangani SH, mengatakan, berdasarkan pemeriksaan sementara dan rontgen, SH didiagnosis terkena radang paru-paru. Namun, kepastian penyakitnya akan diketahui setelah sampel cairan tubuhnya diteliti di Balitbangkes Jakarta.
"Apalagi, pasien sempat bepergian ke Taiwan dan tidak punya riwayat sakit infeksi paru-paru. Pasien bisa dirawat di ruangan isolasi hingga 14 hari," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut, pihak rumah sakit bersama dinas kesehatan setempat telah membentuk tim epidemologi yang bertugas mengawasi SH serta memantau keluarganya. Pasien sempat kontak dengan istri, adik, dan dua anaknya. "Kondisi mereka baik dan tidak ada gejala seperti SH. Kami tetap memantau," ujarnya.
Secara terpisah, Bupati Cirebon Imron Rosyadi menyatakan segera menerbitkan surat edaran terkait kewaspadaan terhadap virus korona jenis baru. Surat itu antara lain meminta Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon memperketat pengawasan keluar masuknya orang dari negara yang terpapar virus tersebut, seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea Selatan.
Adapun jajaran Dinkes Kabupaten Cirebon diinstruksikan menginvestigasi kasus dugaan virus korona jenis baru serta melakukan deteksi dini dan pencegahan di puskesmas. Masyarakat juga diminta mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun, menjalankan etika batuk dan bersin, serta memakai masker jika kontak dengan penderita infeksi saluran pernapasan akut.
"Saya sudah kumpulkan camat dan kepala dinas untuk mengantisipasi penyebaran virus ini. Jangan sampai ada yang tertular," kata Imron.