Penerjemah Lion Air yang dirawat di RSUP Kandou, Manado, akibat dugaan infeksi virus korona tipe baru, masih berada dalam pengawasan intensif di ruang isolasi. Pihak rumah sakit menunggu hasil tes laboratorium.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Penerjemah Lion Air yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou, Manado, akibat dugaan infeksi virus korona tipe baru, masih berada dalam pengawasan intensif di ruang isolasi. Pihak rumah sakit menunggu hasil tes laboratorium. Adapun Lion Air memastikan penerbangan ke Wuhan telah dihentikan sementara.
Dari pantauan Kompas, beberapa kerabat dari penerjemah perempuan berusia 24 tahun itu terlihat di tempat jaga perawat ruang isolasi, Senin (27/1/2020). Ia mulai dirawat secara intensif sejak mendarat di Manado dari Bandara Baiyun, Guangzhou, Sabtu (25/1/2020), dengan pesawat Lion Air PK-LPW bernomor penerbangan JT-2740.
Kami sudah mengambil sampel untuk kedua kali. Tinggal menunggu hasilnya, kira-kira keluar dua hari lagi.
Awak media tidak diperbolehkan masuk ke ruang isolasi. Namun, seorang perawat di ruang isolasi, Siti, memastikan keadaan pasien itu semakin membaik. Ia hanya diminta beristirahat, tetapi tidak ada perlakuan khusus, seperti menerima cairan infus. ”Cuma istirahat biasa saja, tapi harus tetap dalam pengawasan,” kata Siti.
Kepala Bidang Medik RSUP Kandou dr Handry Takasenseran mengatakan, penerjemah Lion Air itu akan dirawat hingga hasil uji laboratorium keluar. Sampel diuji di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta. ”Kami sudah mengambil sampel untuk kedua kali. Tinggal menunggu hasilnya, kira-kira keluar dua hari lagi,” katanya.
Sebelumnya, Direktur RS Kandou dr Jimmy Palenewen mengatakan, pemeriksaan awal mengungkapkan, pasien itu tidak terjangkit virus korona tipe baru (novel corona virus/2019-nCoV). Suhu tubuhnya normal di kisaran 36 derajat celsius. Batuknya pun tidak menunjukkan ciri-ciri pneumonia. ”Pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen sudah dilakukan, tidak ada tanda-tanda pneumonia,” kata Jimmy.
Hasil wawancara tim penanggulangan penyakit terhadap penerjemah itu mengungkapkan, pesawat Lion Air yang ditumpanginya sempat transit di Bandara Tianhe, Wuhan. Ia tidak turun dari pesawat. Kendati begitu, kata Jimmy, tetap ada risiko karena pintu pesawat dibuka.
Namun, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel mengoreksi pernyataan Jimmy. Penerjemah itu singgah di Bandara Tianhe pada Minggu (19/1) karena ditugasi mengantarkan para wisatawan asal China ke Denpasar, Bali.
Satu-satunya kota di Indonesia yang terhubung dengan Wuhan oleh Lion Air adalah Denpasar. Maskapai Sriwijaya Air juga melayani rute ini. Namun, penerbangan ini sudah dihentikan sesuai instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti yang berlaku mulai 23 Januari hingga 2 Februari 2020.
Sebelumnya, otoritas penerbangan China mengeluarkan notice to airmen (Notam) yang menyatakan Bandara Tianhe Wuhan akan ditutup. Pesawat bisa mendarat membawa penumpang, tetapi kembali ke titik berangkat tanpa membawa penumpang. Selain itu, Bandara Tianhe hanya dibuka untuk melayani pendaratan darurat.
Menyusul Notam ini, Lion Air memulangkan 81 wisatawan dari Denpasar ke Wuhan, Minggu (26/1), didampingi tujuh awak pesawat. Penerbangan itu dioperasikan sebagai ferry flight yang tidak membawa penumpang saat kembali ke Indonesia selain awak pesawat.
Penerbangan hanya akan dibuka jika keamanan di Wuhan sudah dapat dijamin.
Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pihaknya memastikan para awak pesawat kembali dalam keadaan sehat. ”Kami sudah menerapkan langkah-langkah keamanan, seperti menyemprotkan cairan disinfektan, menggunakan masker, sarung tangan, dan cairan pembersih tangan,” katanya.
Setelah penerbangan ini, Lion Air akan menghentikan dan membatalkan untuk sementara semua penerbangan pergi-pulang Denpasar-Wuhan-Denpasar. Sekalipun pembatasan hanya sampai 2 Februari, Danang mengatakan, penerbangan hanya akan dibuka jika keamanan di Wuhan sudah dapat dijamin.
Manado menerima kedatangan sekitar 120.000 wisman asal China dalam satu tahun. Setiap hari, sekitar 200-600 wisman China tiba di ibu kota Sulut itu. Ada delapan kota di China yang terhubung langsung dengan Manado, antara lain Nanjing, Changsha, Xi’an, Guangzhou, Hangzhou, dan Fuzhou.
Danang belum dapat menyampaikan kepastian soal kelanjutan penerbangan dari kota-kota lain di China ke Indonesia. ”Nanti akan kami beri kabar lebih lanjut,” katanya.