RSUD Sidoarjo Observasi Seorang TKI dari Hong Kong
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo mengobservasi seorang tenaga kerja Indonesia yang baru pulang dari Hong Kong, Senin (27/1/2020). Pasien kini dirawat di ruang isolasi karena demam tinggi disertai batuk.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo mengobservasi seorang tenaga kerja Indonesia yang baru pulang dari Hong Kong, Senin (27/1/2020). Pasien kini dirawat di ruang isolasi karena demam tinggi disertai batuk. Hal itu dilakukan mengantisipasi penyebaran virus korona tipe baru di Tanah Air.
Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, pasien berjenis kelamin perempuan berusia 21 tahun ini dibawa ke rumah sakit Senin pagi. Dia diantar oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang mengurus pemberangkatannya ke Hong Kong.
”Saat diperiksa, suhu tubuhnya 38 derajat celsius. Pasien juga batuk. Namun, karena dia baru tiba dari negara terinfeksi virus korona, perawatannya ditempatkan di ruang isolasi khusus,” ujar Atok Irawan yang juga dokter spesialis paru ini.
Hasil pemeriksaan sementara berdasarkan foto torak, tidak menunjukkan adanya pneumonia atau radang paru. Namun, pihak rumah sakit masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan daerah untuk memastikan apakah pasien positif terinfeksi virus korona.
Berdasarkan informasi dari pasien, dia baru bekerja di Hong Kong sekitar 1,5 bulan. Namun, karena tidak cocok dengan majikan tempat dia bekerja, akhirnya pulang ke Indonesia. Perempuan ini tiba di Bandara Juanda Surabaya pagi setelah menempuh perjalanan dari Hong Kong dan sempat transit di Singapura.
Saat di terminal kedatangan internasional Bandara Juanda, pasien ini melewati alat pemindai suhu tubuh (body thermal scanner) yang dioperasikan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya. Namun, dia lolos pemindaian. Alat pemindai tidak mengeluarkan alarm peringatan.
”Pasien mengatakan, saat di Hong Kong, kondisinya masih sehat. Setelah perjalanan berjam-jam, dia baru merasakan sakit saat transit di Bandara Changi Singapura. Karena Hong Kong dan Singapura merupakan negara terinfeksi virus, kewaspadaan harus ditingkatkan,” kata Atok Irawan.
Selama masa observasi di ruang isolasi, dokter akan menangani pasien sesuai dengan diagnosis sementara. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan pasien positif terinfeksi virus korona, RSUD Sidoarjo akan berkoordinasi dengan RSUD dr Soetomo Surabaya untuk penanganan lanjutan sesuai prosedur standar penanganan penyakit menular.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh kepala daerah di wilayahnya agar meningkatkan kewaspadaan serta menyiagakan sistem pelayanan kesehatan di daerah masing-masing untuk mencegah dan mengantisipasi penyebaran virus korona.
”Jelaskan kepada masyarakat agar tetap tenang, beraktivitas normal, tetapi juga waspada apabila mengalami gejala yang mengarah pada penyakit pneumonia, seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas,” ucap Khofifah.
Kewaspadaan tinggi perlu diterapkan kepada warga yang memiliki riwayat bepergian dari luar negeri, terutama di negara-negara yang terinfeksi virus korona jenis baru. Khofifah juga mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan dengan cara menggiatkan kebiasaan hidup sehat seperti membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan mengenakan masker apabila sakit agar tidak menyebarkan kuman pada orang di sekitarnya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang sedang menempuh pendidikan di Central China Normal University (CCNU), Dian Aprilia Mahardini, berharap Pemerintah Indonesia segera mengambil kebijakan. Dia berharap bisa segera kembali ke Tanah Air dalam kondisi sehat.
”Semoga segera ada kebijakan dari pemerintah terkait dengan WNI yang saat ini ada di Wuhan, termasuk mahasiswa. Saat ini, mahasiswa Indonesia dalam kondisi sehat dan mereka tetap berupaya tenang,” ujar Dian saat dihubungi dari Sidoarjo.
Orangtua Dian yang tinggal di Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Trisuto, juga berharap pemerintah segera memulangkan para mahasiswa Indonesia di Wuhan. Dia mengaku khawatir dengan keadaan anaknya karena berada di daerah yang terinfeksi virus korona.