Hujan Picu Longsor dan Banjir di Pantura Barat Jateng
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur beberapa daerah di pantura barat Jawa Tengah sejak Sabtu (25/1/2020) siang memicu terjadinya tanah longsor dan banjir.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur beberapa daerah di kawasan pantai utara (pantura) barat Jawa Tengah, seperti Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pekalongan, sejak Sabtu (25/1/2020) siang, memicu terjadinya bencana tanah longsor dan banjir. Dalam kejadian tanah longsor di Brebes, satu orang dilaporkan meninggal.
Sukem (60), warga Dukuh Gembor, Desa Rajawetan, Kecamatan Tonjong, meninggal setelah tertimpa tanah longsor saat dirinya tengah memetik jagung, Sabtu siang. Hujan deras yang turun sejak pukul 11.00 membuat tanah berbatu di sekitar kebun jagung milik Sukem longsor.
”Korban meninggal dengan luka berat di kepalanya. Warga yang saat itu berada di dekat lokasi langsung mengevakuasi korban ke rumahnya,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Nushy Mansyur, di Brebes.
Tak lama kemudian, pemilik rumah mendengar suara gemuruh dari belakang rumahnya. Saat dicek, ternyata tebing setinggi 5 meter di belakang rumahnya ambruk dan menimpa bagian belakang rumah hingga bagian tersebut rusak berat. (Sunarto)
Di Dukuh Krajan, Desa Traju, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan bencana tanah longsor sekitar pukul 11.30. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, tetapi satu rumah yang tertimpa material longsor rusak berat.
Sebelumnya, pemilik rumah, Rikhul Afandi (38), mendapati selokan di belakang rumahnya tersumbat. Setelah selokan dibersihkan dan air sudah mengalir normal, Rikhul masuk ke dalam rumahnya.
”Tak lama kemudian, pemilik rumah mendengar suara gemuruh dari belakang rumahnya. Saat dicek, ternyata tebing setinggi 5 meter di belakang rumahnya ambruk dan menimpa bagian belakang rumah hingga bagian tersebut rusak berat,” ujar Kepala Markas Palang Merah Indonesia Kabupaten Tegal Sunarto.
Sementara di Kabupaten Pekalongan, longsor terjadi di Desa Lambur, Kecamatan Kandangserang, Sabtu sekitar pukul 16.00. Material longsoran menutup jalan penghubung antara Kecamatan Kajen dan Kecamatan Kandangserang. Longsor terjadi karena hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Pekalongan sejak pukul 13.00.
Akses terputus
”Sementara ini, akses dari dan ke dua daerah tersebut masih terputus. Namun, kami sudah meminta bantuan kepada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pekalongan untuk segera menangani kasus ini,” tutur Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Rahardjo, Minggu (26/1/2020) dini hari.
Selain tanah longsor, banjir juga terpantau menggenangi beberapa permukiman warga di Kabupaten Tegal dan Kota Pekalongan sejak Sabtu hingga Minggu dini hari. Akibatnya, ratusan orang terpaksa mengungsi.
Di Kabupaten Tegal, banjir terpantau menggenangi beberapa daerah, antara lain Desa Tembok Banjaran dan Desa Tembok Lor di Kecamatan Adiwerna, Desa Slwi Wetan di Kecamatan Slawi, serta Desa Yamansari dan Desa Kesuben di Kecamatan Lebaksiu. Ketinggian air berkisar 30-150 sentimeter.
Soleh (50), warga Tembok Lor, mengatakan, banjir yang terjadi Sabtu malam hingga Minggu dini hari merupakan banjir ketiga yang melanda daerah tersebut pada 2020. Banjir kali ini merupakan yang terparah.
”Banjir kali ini yang paling parah. Pada dua banjir sebelumnya ketinggian air tidak pernah lebih dari 50 sentimeter. Kali ini ketinggian air mencapai 1 meter,” ucap Soleh.
Berdasarkan pantauan Kompas, Minggu (26/1/2020) dini hari, warga Desa Tembok Banjaran dan Desa Tembok Lor terpantau mulai mengungsi. Mereka mengungsi di Masjid Al Ittihat Tembok Lor dan Balai Desa Tembok Banjaran. Hingga Minggu pukul 02.00, sekitar 50 warga terpantau mulai memenuhi posko pengungsian.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, banjir terjadi di beberapa daerah, seperti Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Selatan, dan Kecamatan Pekalongan Barat. Di Dukuh Sampangan, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pekalongan Timur, misalnya, air menggenangi permukiman warga sejak Sabtu pukul 20.00. Ketinggian air di Dukuh Sampangan berkisar 30-110 sentimeter.
”Pada Minggu sekitar pukul 01.00, sejumlah warga mulai mengungsi di beberapa posko pengungsian. Saat ini sudah ada sekitar 300 orang yang mengungsi,” tutur Aji Tri Marwanto, sukarelawan PMI Kota Pekalongan.
Menurut Aji, hingga Minggu sekitar pukul 04.00, sudah 300 orang yang mengungsi di lima titik pengungsian. Di Kota Pekalongan ada lima titik pengungsian, yaitu Markas PMI Kota Pekalongan, Masjid An Nikmah di Kecamatan Pekalongan Barat, Kantor Kelurahan Kuripan Yosorejo, Mushala Baiturrahman Pesindon, dan SD Baitussalam Pesindon.