Dua Mahasiswa Asal NTB di Wuhan dalam Kondisi Sehat
Dua mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat dilaporkan masih berada di Wuhan, China, kota yang diisolasi menyusul merebaknya virus korona tipe baru. Sejauh ini, Pemerintah Provinsi NTB memastikan mereka dalam kondisi sehat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Dua mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat dilaporkan masih berada di Wuhan, China, kota yang diisolasi menyusul merebaknya virus korona tipe baru. Sejauh, Pemerintah Provinsi NTB memastikan mereka dalam kondisi sehat.
Ketua Divisi Kerja Sama Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Provinsi NTB Imanuella Andilolo di Mataram, Minggu (26/1/2020), mengatakan, mahasiswa penerima beasiswa NTB yang menempuh pendidikan di Wuhan sebanyak empat orang. Sebanyak dua orang sedang berada di Indonesia, sedangkan dua lagi masih berada di Wuhan.
”Dua orang yang berada di Indonesia memang kebetulan sudah keluar dari Wuhan sebelum akses ke kota itu ditutup Pemerintah China,” kata Imanuella yang belum mau memberikan identitas empat mahasiswa tersebut.
Sementara dua mahasiswa lagi, kata Imanuella, berada di asrama kampus. Seluruh kebutuhan juga difasilitasi kampus. ”Kantin yang tadinya tutup selama musim liburan sudah kembali dibuka agar mahasiswa yang tinggal di asrama tidak perlu keluar mencari makanan,” kata Imanuella.
Selain itu, para mahasiswa tersebut juga mendapat pemeriksaan rutin, seperti pengecekan suhu tubuh. Itu karena gejala virus korona tipe baru adalah demam.
Dua orang yang berada di Indonesia memang kebetulan sudah keluar dari Wuhan sebelum akses ke kota itu ditutup Pemerintah China.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah NTB Najamuddin Amy mengatakan, pemerintah daerah melalui LPP NTB juga tetap berkoordinasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China terkait perlindungan kedua mahasiswa NTB yang masih berada di Wuhan.
”Kedua mahasiswa itu dalam kondisi aman dan sehat. LPP NTB proaktif memantau kondisi mereka,” kata Najamuddin.
Imanuella menambahkan, sejauh ini, Pemerintah China belum memberi akses masuk ke Wuhan lantaran masih dalam kondisi terisolasi untuk menghindari penyebaran virus korona. ”Kalau ada perkembangan, kami di LPP akan segera dihubungi dan kami akan selalu monitor,” katanya.
Sementara itu, terkait mahasiswa NTB di wilayah lain di China, Imanuella mengatakan pihaknya juga terus berkoordinasi dengan pihak kampus masing-masing dan KBRI. Situasi saat ini masih kondusif. Akan tetapi, sebagai antisipasi, jadwal sekolah diundur sehingga pihak KBRI dan sekolah menyarankan untuk pulang ke Indonesia menyusul libur panjang.
”Tinggal di asrama juga tidak apa-apa karena langkah-langkah antisipatif sudah ditetapkan. Anak-anak juga diwajibkan selalu ikut arahan kepala asrama,” kata Imanuella. Ia juga membantah isu pemulangan seluruh mahasiswa asal NTB yang berada di China.
Seperti diberitakan, kasus pneumonia yang merebak di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, sejak akhir tahun 2019 hingga kini diduga disebabkan virus korona jenis baru. Sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong, juga melaporkan kasus yang sama.
Puluhan kasus pneumonia di Wuhan itu memicu ketakutan akan epidemi baru setelah sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang menewaskan ratusan orang di China pada 2002-2003.
Pada Kamis (9/1/2020), kantor berita China, Xinhua, menyatakan, hasil uji laboratorium sementara oleh tim ahli menunjukkan bahwa kasus pneumonia di Wuhan disebabkan virus korona tipe baru (Kompas, 10/1).
Hingga Sabtu (25/1/2020) pukul 12.00 WIB, seperti dilaporkan kantor berita Associated Press, 10 negara melaporkan adanya kasus virus korona tipe baru, yaitu Thailand, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Australia, Perancis, Vietnam, dan Nepal. Negara-negara di dunia, terutama yang memiliki penerbangan langsung dengan China, memperketat pemeriksaan wisatawan asal China di bandar udaranya.
Virus korona tipe baru ini telah menular pada 1.320 orang dan menelan korban jiwa 41 orang. Mereka tersebar di 29 provinsi di China. Sebanyak 237 orang di antaranya kini dalam kondisi kritis. Korban meninggal berasal dari Provinsi Hubei (39 orang) serta Hebei dan Heilongjiang (masing-masing 1 orang) (Kompas, 26/1/2020).