Gempa tektonik berkekuatan M 4,5 kembali melanda Pulau Simeulue, Kabupaten Simeulue, Aceh, Rabu (22/1/2020) pukul 10.58. Sejak Desember 2019 hingga Januari 2020, pulau itu telah diguncang 20 kali gempa.
Oleh
ZULKARNAINI
ยท2 menit baca
BMKG ACEH
Peta titik gempa melanda Pulau Simeulue, Aceh, Rabu (22/1/2020).
SINABANG, KOMPAS โ Gempa tektonik berkekuatan magnitudo 4,5 kembali melanda Pulau Simeulue, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, Rabu (22/1/2020) pukul 10.58. Sejak Desember 2019 hingga Januari 2020, pulau itu telah diguncang gempa sebanyak 20 kali.
Gempa yang terjadi pada Rabu ini tidak memicu tsunami. Gempa ini berada pada kedalaman 10 kilometer dari permukaan tanah dan dikategorikan Modified Mercalli Intensity (MMI) III, artinya getaran hanya dirasakan saat berada di dalam gedung seperti adanya truk melintas. Getaran MMI III tidak memicu kerusakan dan tsunami.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar Djati Cipto Kuncoro meminta warga tidak perlu panik sebab BMKG tidak mengeluarkan peringatan untuk evakuasi. โGempa bumi ini termasuk dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia,โ katanya.
Dua lempeng yang membentang di bawah Pulau Simeulue itu memang sering bergerak meski tidak mengeluarkan energi besar. Sejak Desember 2019 hingga Januari 2020, ujar Djati, terjadi 20 kali getaran.
Warga melintasi jalan yang retak sepanjang 1 kilometer akibat gempa di Desa Lancang Paru, Kecamatan Panteraja, Pidie Jaya, Aceh, pada Desember 2016.
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Aceh mengeluarkan laporan sementara terkait gempa tersebut. Henny Nurmayani dari Pusdatin BPBA mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan gempa. โTidak ada korban jiwa dan tidak ada bangunan yang rusak,โ ucapnya.
Pada Selasa (7/1/2020), Pulau Simeulue juga dilanda gempa dengan kekuatan M 6,4. Gempa tersebut menyebabkan dua kantor pemerintah setempat retak ringan. Gempa saat itu tak memicu tsunami.
Dosen Magister Kebencanaan Universitas Syiah Kuala, Nazli Ismail, menuturkan, gempa itu terjadi pada jalur megathrust Simeuleu-Nias. Menurut dia, gempa yang baru terjadi lumayan dangkal, tetapi tidak berpotensi tsunami. โPada jalur tersebut frekuensi kejadian memang tinggi,โ kata Nazli.
Sebelumnya, Senin, 11 Maret 2019, gempa berkekuatan M 5,3 juga terjadi di Simeulue dan Nias. Gempa bersumber dari megathrust Simeuleu-Nias.
Pulau Simeulue yang diabadikan dari udara pada Sabtu (31/3/2012). Tsunami dikenal oleh masyarakat Simeulue dengan smong, yakni peristiwa air laut surut setelah terjadi gempa. Saat terjadi smong, masyarakat beserta hewan ternak mereka berlari mengamankan diri ke bukit terdekat.