Peternak Disarankan Ganti Peliharaan hingga Sumut Bebas ASF
Anggaran bantuan disiapkan bagi peternak di Sumatera Utara yang ekonominya terpuruk akibat wabah demam babi afrika. Para peternak disarankan berganti peliharaan hingga Sumut bebas ASF.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyiapkan anggaran bantuan bagi peternak yang ekonominya terpuruk akibat wabah demam babi Afrika (african swine fever/ASF). Para peternak disarankan memelihara ternak jenis lain hingga Sumut dinyatakan bebas wabah ASF.
”Kami akan memberikan ternak jenis lain kepada para peternak babi untuk menolong perekonomian mereka,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap, di Medan, Jumat (17/1/2020).
Azhar mengatakan, saat ini sudah lebih dari 39.000 ternak babi dilaporkan mati akibat wabah ASF di Sumut. Wabah yang sebelumnya diumumkan Kementerian Pertanian di 16 kabupaten/kota kini sudah menyebar ke 18 kabupaten/kota. Ekonomi para peternak babi pun terpuruk karena wabah tersebut.
Azhar mengatakan, hingga kini belum ada obat ataupun vaksin untuk penyakit ASF. Karena itu, yang bisa mereka lakukan hanya peningkatan biosekuritas, pembatasan lalu lintas, dan penanganan bangkai ternak yang mati.
Menurut Azhar, mereka telah bertemu dengan dinas yang menangani peternakan di seluruh kabupaten/kota di Sumut. ”Kami minta agar semua pemerintah kabupaten/kota yang terjangkit wabah mengalokasikan dana yang cukup untuk penanggulangan wabah. Sejauh ini, dana yang disiapkan untuk penanganan bangkai,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Peternak Babi Sumatera Utara Hendri Duin Sembiring mengatakan, penanggulangan ASF yang dilakukan pemerintah hingga saat ini belum maksimal. ”Para peternak tidak merasakan kehadiran pemerintah dalam menangani kasus ini,” katanya.
Menurut Hendri, pemerintah sejauh ini hanya melakukan penanganan bangkai babi. Itu pun jika ada protes dari masyarakat sekitarnya. Sementara masalah utama, yakni wabah ASF, tidak ditangani secara maksimal. Para peternak tidak tahu langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi wabah itu.
Hendri mengatakan, ekonomi para peternak sangat terpuruk akibat wabah tersebut. Jika sudah terserang wabah, seluruh ternak akan mati dalam beberapa hari. Masalah lain yang dihadapi peternak adalah sulitnya menjual ternak karena konsumsi masyarakat pun berkurang. Harga ternak babi anjlok dari Rp 30.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram. ”Itu pun sangat sulit dijual karena tidak laku,” ujarnya.
Hendri mengatakan, daging babi sebenarnya masih aman dikonsumsi meskipun terjangkit virus ASF karena penyakit tersebut tidak menular ke manusia. Namun, karena tidak ada sosialisasi kepada masyarakat, banyak yang berhenti mengonsumsi babi. ”Bahkan, banyak pesta adat yang tidak lagi menggunakan babi. Ini membuat peternak semakin terpuruk,” katanya.
Peternak babi di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Andri Siahaan (33), mengatakan, sejak diserang wabah ASF pada September, mereka tidak mendapat bantuan atau penyuluhan apa pun dari pemerintah. Para peternak pun berupaya memberikan berbagai macam obat pada ternaknya karena mereka tidak tahu penyakit itu tidak bisa diobati. Sebagian besar ternak di wilayahnya pun kini sudah mati akibat ASF.