Material Banjir Bandang di Tanah Datar Dibersihkan
Petugas dibantu warga membersihkan permukiman dari material sisa banjir bandang yang melanda Jorong Tanjung Sawah, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Jumat (17/1/2020).
Oleh
Yola Sastra
·4 menit baca
TANAH DATAR, KOMPAS — Petugas dibantu warga membersihkan permukiman dari material sisa banjir bandang yang melanda di Jorong Tanjung Sawah, Nagari Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Jumat (17/1/2020). Sebanyak empat alat berat dikerahkan untuk membersihkan sisa material berupa batu, lumpur, dan kayu.
Pantauan Kompas di lokasi, hingga Jumat malam, jalan selingkar Danau Singkarak yang tertimbun material sepanjang sekitar 400 meter hampir selesai dibersihkan. Namun, akses jalan masih terhambat oleh tanggul yang membelintang di jalan untuk menghambat aliran air Sungai Ampu agar mengalir langsung ke danau.
Petugas juga mengeruk Sungai Ampu yang dipenuhi lumpur, kayu, dan batu di sekitar jembatan. Material tersebut menghambat aliran air ke danau sehingga berpindah ke samping rumah warga. Sementara itu, petugas dibantu warga membersihkan area sekitar rumah terdampak dari material banjir bandang.
Petugas sedang menginventarisasi kerugian yang disebabkan oleh banjir bandang.
Wakil Bupati Tanah Datar Zuldafri Darma, Jumat sore, mengatakan, petugas sedang menginventarisasi kerugian yang disebabkan oleh banjir bandang. Adapun pemkab menetapkan status tanggap darurat untuk tujuh hari ke depan.
”Selama masa tanggap darurat, petugas antara lain membersihkan material banjir bandang, memulihkan infrastruktur yang rusak, dan mendeteksi potensi bencana susulan,” kata Zuldafri saat meninjau lokasi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Datar, Jumat sore, banjir bandang menyebabkan empat keluarga mengungsi ke tempat sanak saudara. Satu anak usia dua tahun juga dilaporkan mengalami luka ringan.
Banjir bandang setidaknya menyebabkan kerusakan 12 bangunan, yakni empat rumah rusak berat, tiga rumah rusak ringan, satu bengkel rusak berat, satu warung rusak berat, satu toko perabot rusak berat, satu kantor PDAM rusak berat, dan kantor jorong (dusun/kampung) rusak sedang. Selain itu, mobil, sepeda motor, dan sejumlah ternak warga juga terseret.
Curah hujan
Banjir bandang melanda permukiman warga di Jorong Tanjung Sawah, Jumat, sekitar pukul 05.00-06.00. Aliran air Sungai Ampu dari arah perbukitan meluap dengan membawa material batu, lumpur, dan kayu ke arah Danau Singkarak.
Kasmir (66), warga, mengatakan, banjir bandang dipicu curah hujan tinggi sejak pukul 03.00. ”Tidak ada korban jiwa. Sebelum kejadian, warga sudah mengungsi ke lapangan bola. Warga waspada melihat curah hujan tinggi,” kata Kasmir, yang juga anggota Kelompok Siaga Bencana Nagari Padang Laweh Malalo.
Kepala Pelaksana BPBD Tanah Datar Thamrin Basroel mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim yang dibantu polisi dan warga untuk menelusuri bagian hulu sungai di daerah perbukitan. Tim mencari tahu pemicu banjir bandang dan potensi bencana susulan. ”Sejauh ini, belum ada laporan temuan dari tim,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Rumainur mengatakan, selain curah hujan tinggi, kemungkinan besar banjir bandang disebabkan oleh adanya tampungan air di kawasan hulu atau bukit. Saat curah hujan tinggi, tampungan air itu jebol dan menghanyutkan berbagai material ke hilir.
”Oleh sebab itu, tim diturunkan untuk mengecek. Kalau ada tampungan air, bisa dibuka perlahan-lahan agar tidak terjadi lagi banjir bandang,” kata Rumainur.
Rumainur menambahkan, seluruh kabupaten/kota di Sumbar masih dalam status siaga darurat bencana hingga akhir Februari 2020 seiring dengan prediksi BMKG terkait curah hujan tinggi. Selama masa siaga darurat bencana, BPBD kabupaten/kota dan dinas terkait menyiapkan sumber daya dan peralatan antisipasi bencana.
Berulang
Kasmir mengatakan, banjir bandang sering terjadi di sekitar lokasi. Sepengetahuan Kasmir, sejak 1960-an sudah terjadi empat kali banjir bandang, yaitu 1960-an, 1975, 2004, dan 2020. Banjir bandang terparah terjadi 1960-an yang merusak sebelas rumah dan satu sekolah.
Wali Nagari Padang Laweh Malalo Akhyari mengatakan, beberapa waktu lalu, kelompok pemuda setempat sudah mengecek hulu sungai dan membersihkan material yang menghambat aliran Sungai Ampu. ”Namun, banjir bandang tetap terjadi,” kata Akhyari.
Zuldafri mengatakan, kondisi Tanjung Sawah dan sekitarnya yang rawan longsor dan banjir bandang menjadi catatan bagi pemkab. Pemkab dan pemangku kebijakan lainnya akan membahas solusi agar warga tidak lagi dibayangi bencana. ”Mudah-mudahan nanti warga mau menerima saran untuk direlokasi,” kata Zuldafri.