KPU Jabar Targetkan 77,5 Persen Pemilih di Pilkada Serentak 2020
Delapan daerah tingkat kabupaten/kota di Jawa Barat akan melaksanakan pemilihan kepala daerah atau pilkada serentak pada September 2020. Pesta demokrasi ini diharapkan bisa menjaring 77,5 persen pemilih.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Delapan daerah tingkat kabupaten/kota di Jawa Barat akan melaksanakan pemilihan kepala daerah atau pilkada serentak pada September 2020. Pesta demokrasi ini diharapkan bisa menjaring 77,5 persen pemilih.
Daerah yang akan melaksanakan pilkada serentak meliputi 7 kabupaten dan 1 kota. Kabupaten tersebut antara lain Bandung, Cianjur, Indramayu, Karawang, Pangandaran, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Sementara tingkat kota hanya diikuti Kota Depok.
Dalam kunjungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat ke Grha Kompas Gramedia Bandung, Kamis (16/1/2020), Komisioner KPU Jabar Idham Holik menuturkan, pihaknya mengharapkan seluruh komponen masyarakat berpartisipasi dalam pesta rakyat ini. Dari sekitar 11,95 juta pemilih potensial, KPU Jabar menargetkan sebanyak 77,5 persen di antaranya menggunakan hak pilihnya.
”Target tersebut tidaklah mudah. Mengacu pada data sebelumnya, hanya Pangandaran yang di atas target. Padahal, angka partisipasi ini penting dan menjadi indikator keberhasilan elektoral,” tuturnya.
Dari evaluasi kehadiran pemilih pada pemilihan gubernur serentak 2018, hanya Kabupaten Pangandaran yang mencapai target, yaitu 79,04 persen. Sementara di Kabupaten Bandung tingkat partisipasi hanya menyentuh 76,2 persen disusul Kabupaten Tasikmalaya 70,25 persen. Partisipasi terendah justru ada di Kabupaten Indramayu dengan persentase 57,24 persen.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, menurut Idham, media memiliki peran yang penting dalam menyebarkan informasi terkait pilkada kepada publik. Di samping itu, media juga diharapkan bisa mencegah disinformasi yang beredar di masyarakat akibat berita hoaks dan ujaran kebencian.
”Pilkada tidak lepas dari hoaks di media sosial. Belum lagi beredarnya berita yang mengandung kebohongan dan ujaran kebencian. Karena itu, kami berharap media massa memiliki instrumen fact finding (pencari fakta) sehingga semua berita bohong dan ujaran kebencian itu bisa terbantahkan dengan fakta,” tuturnya.
Pilkada tidak lepas dari hoaks di media sosial. Belum lagi beredarnya berita yang mengandung kebohongan dan ujaran kebencian. Karena itu, kami berharap media massa memiliki instrumen fact finding (pencari fakta) sehingga semua berita bohong dan ujaran kebencian itu bisa terbantahkan dengan fakta. (Idham Holik)
Ikut tren
Sosialisasi pilkada yang menarik dan unik bisa dilakukan untuk menarik minat masyarakat. Kepala Harian Kompas Biro Jawa Barat Cornelius Helmy mengatakan, sosialisasi yang kreatif bisa membuat masyarakat tertarik sesuai dengan umur dan trennya. Di samping itu, unsur-unsur humanisme yang dekat dengan kondisi masyarakat juga menjadi bahan yang menarik untuk ditulis.
Karena itu, Helmy berharap, pihak KPU Jabar bisa memberikan arahan dan saran kepada perwakilan di setiap daerah untuk lebih mengenal kondisi di sekitar. Pendekatan tersebut diharapkan bisa meningkatkan partisipasi pemilih.
”Bahan yang unik dan kekinian itu bisa menarik karena penerimaan orang-orang berbeda di zaman sekarang ini,” tuturnya.