Ekowisata Gunung Lawu Mesti Selaras Konservasi Hutan
Pengembangan ekowisata di kawasan Gunung Lawu dikembangkan dengan komitmen menjaga kelestarian lingkungan. Pihak Perhutani sebagai pengelola hutan bakal memutus kerja sama dengan mitra usaha yang diketahui merusak alam.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
KARANGANYAR, KOMPAS - Pengembangan ekowisata di kawasan Gunung Lawu dikembangkan dengan komitmen tetap menjaga kelestarian lingkungan. Pihak Perhutani sebagai pengelola wilayah bakal memutus kerja sama dengan mitra usaha yang diketahui merusak kawasan hutan.
Belakangan, beredar video perusakan hutan Gunung Lawu di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah di media sosial. Dalam rekaman singkat video itu, tampak alat berat merobohkan pohon di lereng Gunung Lawu yang sedang dibuka.
Rusdiyanto, ketua Anak Gunung Lawu, komunitas relawan dan pecinta alam di Gunung Lawu menyayangkan terjadinya perusakan hutan Gunung Lawu. Pihaknya mengetahui video perusakan itu beredar, Kamis (9/1/2020) siang dan langsung berkoordinasi dengan Perhutani serta kepolisian. “Itu (penebangan hutan) jelas salah dan sangat membahayakan. Kalau tidak dihentikan atau dibiarkan, itu pasti akan semakin meluas,” katanya, Rabu (15/1/2020).
Pihaknya berharap tidak ada lagi perusakan hutan Gunung Lawu. Untuk itu, penegakan aturan untuk menjaga kelestarian lingkungan hutan di Gunung Lawu harus dilakukan dengan tegas.
Terkait hal itu, Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta Sugi Purwanta mengatakan, saat ini ada 21 obyek yang sedang dikembangkan dengan konsep ekowisata di kawasan hutan Gunung Lawu di wilayah kecamatan Tawangmangu. Dalam pengembangannya, Perum Perhutani selaku pengelola hutan menjalin kemitraan dengan investor swasta sebagai pengembang serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
“Kami mendukung program pemerintah untuk mengembangkan Karanganyar menjadi salah satu destinasi wisata utama di Jawa Tengah,” katanya di Tawangmangu, Selasa.
Menurut Sugi, sejumlah obyek ekowisata yang telah dikembangkan oleh mitra Perhutani, antara lain taman hutan yang dilengkapi dengan berbagai wahana permainan, tempat berkemah, dan wisata kuliner. Kerja sama dilakukan dengan sistem bagi hasil keuntungan, yaitu 30 persen untuk Perum Perhutani dan 70 persen untuk pengelola wisata. Luas lahan untuk obyek ekowisata yang dikelola mitra tersebut bervariasi yaitu dari 5.000 meter persegi hingga 13 hektar.
Menurut Sugi, dalam kerja sama itu, mitra Perhutani wajib menjaga kelestarian lingkungan Gunung Lawu. Dalam klausul perjanjian kerja sama yang disepakati kedua pihak, pengelola wisata diwajibkan melakukan reboisasi hutan. “Kami berkomitmen untuk menjaga lingkungan, menjaga kelestarian hutan Gunung Lawu,” katanya
Menyusul adanya kerusakan hutan di wilayah Resor Pemangkuan Hutan Tlogodringo, Desa Blumbang, Tawangmangu akibat aktivitas pembangunan lokasi wisata baru oleh salah satu mitra, Sugi menyebutkan, Perum Perhutani KPH Surakarta telah memutus perjanjian kerja sama tersebut. Lahan yang telah dibuka dengan alat berat akan diperbaiki kembali. “Di situ juga sudah ditanami pohon lagi,” ujarnya.
Menurut Sugi, Tim Pengembangan Usaha Perum Perhutani KPH Surakarta kini terus mengevaluasi pelaksanaan perjanjian kerja sama pengembangan wisata yang dijalin dengan para mitra. Diakuinya, tidak semua mitra Perhutani mampu berkomitmen mengembangkan obyek wisata tanpa perusakan hutan.
Sementara itu, Kepala Bidang Destinasi Wisata, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabuoaten Karanganyar, Teguh Haryono mengatakan, kawasan wisata Tawangmangu di lereng Gunung Lawu menjadi andalan Pemerintah Kabupaten Karanganyar menarik kunjungan wisatawan. Selain wisatawan domestik, turis mancanegara yang sedang berwisata ke Borobudur, Kabupaten Magelang juga diharapkan mengunjungi obyek wisata alam di Tawangmangu.
Untuk mendukung pengembangan wisata di Tawangmangu, pemerintah terus memperbaiki akses infrastruktur jalan serta mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaku wisata di Tawangmangu.
Manajer The Lawu Park Anggun Nilla Monica, salah satu mitra Perhutani, mengatakan, ekowisata yang dikembangkan di kawasan Gunung Lawu menarik minat banyak pengunjung dari berbagai daerah. Ia mencontohkan, Lawu Park yang menawarkan wahana rekreasi keluarga di antaranya outbond, taman bermain, flying fox, serta resor camping ground, dan resto dikunjungi sekitar 2.000 orang setiap akhir pekan.
“Untuk camping ground ada 19 unit, itu sudah penuh dipesan hingga Februari untuk hari Sabtu,” katanya.